Terkini Nasional
Soal Pencurian oleh Kapal Ikan Vietnam, Edhy Prabowo: Kalau Dia Lari, Kita Tenggelamkan
Edhy Prabowo mengonfirmasi penangkapan kapal ikan asing di perairan Natuna.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil menangkap tiga kapal ikan asing asal Vietnam di perairan Natuna.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, nelayan kapal Vietnam yang kedapatan mencuri ikan tersebut melakukan perlawanan ketika ditangkap, sehingga sejumlah dua orang tertembak di bagian pipi dan kaki.
Menurut Menteri KKP Edhy Prabowo tiga kapal Vietnam tersebut ditangkap tengah malam ketika sedang dalam perjalanan menuju Pontianak.
• Direktur CMSH Ungkap Faktor Kapal Asing Leluasa Masuk Indonesia, Bandingkan Anggaran 2018 dan 2019
"Dua orang tertembak pipi dan kakinya. Sekarang sudah dirawat di rumah sakit di Pontianak," kata Edhy Prabowo di sela kunjungannya di lokasi budidaya ikan air tawar di Kampung Parung Serab, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis (2/1/2019).
Dalam penangkapan tersebut beberapa kapal milik KKP mengalami kerusakan.
"Terjadi perlawanan yang sangat sengit. Kapal kita dua mengalami kerusakan karena ditabrak, lambung kapal rusak, mesin kapal dua rusak," sambung Edhy.
Nelayan yang tertangkap berjumlah 36 orang, dengan rincian satu kapal memiliki 5 kru, satu kapal lain memiliki 13 kru, dan kapal lainnya memiliki 18 kru.
"Satu kapal berkru 5 orang, satu kapal lagi 13 orang kru, satu kapal lagi 18 kru. Mudah-mudahan semua sampai di Pontianak dengan selamat," lanjutnya.
Edhy belum memutuskan apakah kapal-kapal yang ditangkap tersebut akan ditenggelamkan.
Menurutnya, ia lebih senang jika kapal tersebut diberikan ke masyarakat atau nelayan yang membutuhkan.
Edhy juga menyebutkan penenggelaman kapal asing akan dilakukan apabila kapal yang ditangkap berusaha kabur.
"Kalau dia lari, kita tenggelamkan," katanya.
Edhy mengatakan nelayan yang ditangkap sedang dalam perjalanan ke Pontianak.
"Sudah kita kirim sekarang on the way ke Pontianak," katanya.
Nantinya 36 nelayan tersebut akan diserahkan ke pengadilan di Pontianak.
"Kita serahkan ke pengadilan, kata pengadilan seperti apa," kata Edhy.
• Bupati Natuna Ungkap Para Nelayan Terintimidasi Masuknya Kapal Asing: Ukurannya Jauh Lebih Besar
Masih Banyak Kapal Asing Mencuri Ikan
Menurut Edhy, masyarakat memberikan laporan mengenai banyaknya keberadaan kapal asing yang mencuri ikan di Perairan Natuna, yakni di sebelah timur dan utara Pulau Laut yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan.
"Kapal asing di Natuna kita terus melakukan gerakan-gerakan. Begitu saya dapat laporan dari masyarakat, kami langsung kirim orang dan kita menangkap tiga kapal Vietnam," kata Edhy.
Edhy menyebutkan masih ada kapal asing asal China yang berusaha memasuki wilayah perairan Natuna untuk mencuri ikan.
"Di sisi lain terjadi tarikan antara kami dengan Kapal Coast Guard China."
Edhy menjelaskan KKP saat ini tengah berupaya melakukan pendekatan secara persuasif agar kapal asal China tersebut menjauhi perairan Natuna.
"Kami terus melakukan pendekatan dan penjagaan," jelas Edhy.
• Indonesia Kecolongan dengan Adanya Puluhan Kapal Asing, Kementerian Keluatan: Di Luar Jangkauan Kami
Nelayan: Banyak Kapal Asing Masuk
Menurut keterangan seorang nelayan di perairan Natuna, akhir-akhir ini semakin banyak kapal ikan asing (KIA) yang berusaha memasuki wilayah laut tersebut untuk mencari ikan.
Ketua Nelayan Kabupaten Natuna, Herman, menjelaskan sejak Susi Pudjiastuti tidak lagi menjabat KKP, banyak kapal asing yang mencoba masuk perairan Natuna, tepatnya di titik koordinat 108 sampai 109 atau sebelah utara hingga timur Pulau Laut.
“Rata-rata KIA asal Vietnam dan China, masuknya ke sana (titik koordinat 108 hingga 109 atau sebelah utara hingga timur pulau Laut),” kata Herman, dikutip dari Kompas.com, Selasa (31/12/2019).
• Ditanya Perbandingan Edhy Prabowo dan Susi Pudjiastuti Hadapi Kapal Asing, Ini Jawaban Bupati Natuna
Selain itu, kapal asing sering masuk ke sebelah selatan pulau terluar Kabupaten Natuna.
Meskipun demikian, jumlahnya tidak sebanyak yang masuk melalui utara dan timur Pulau Laut.
Menurut Herman, wilayah tersebut memang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan.
“Koordinat 108 hingga 109 memang bersinggungan langsung dengan laut Tiongkok, bahkan coast guard dari Tiongkok tidak segan-segan mengusir nelayan Natuna atau nelayan Indonesia lainnya agar tidak mencari ikan di sana,” katanya.
Bahkan beberapa nelayan kapal asing bersikap arogan karena kapal mereka yang lebih besar daripada kapal nelayan Indonesia.
“KIA Vietnam dan Tiongkok rata-rata di atas 30 GT, sementara Natuna hanya 7 sampai 10 GT itu pun jarang-jarang. Karena kebanyakan kapal Natuna kecil-kecil, kalau ditabrak atau disenggol, kapal Natuna bisa terbalik dan tenggelam,” lanjut Herman.
Herman berharap agar pemerintah bersikap serius terhadap permasalahan ini karena menyangkut perbatasan negara.
“Kalau bisa (penjagaan) 24 jam, karena saat ini tidak satu dua (kapal) lagi, terkadang sampai lima bahkan lebih,” katanya.
Herman menyebutkan bantuan berupa pengadaan radio dengan jangkauan luas dapat membantu kerja nelayan saat ini.
Radio tersebut dapat digunakan untuk berkoordinasi dengan KRI yang ada di sekitar perairan Natuna.
“Kalau ada bantuan radio, aparat keamanan tidak perlu 24 jam amankan laut perbatasan Indonesia, khususnya laut Natuna, karena setiap hari nelayan Natuna turun ke laut, jadi cukup standby saja dan menunggu informasi dari nelayan Natuna,” jelas Herman.
Menurut Herman, jumlah sepuluh radio sudah mencukupi kebutuhan pemantauan tersebut untuk setiap kelompok nelayan yang melaut.
“Jadi tidak satu kelompok saja, kalau ada 10 radio, bisa 10 kelompok nelayan yang pegang, dan 10 kelompok nelayan ini 'kan tersebar wilayah tangkapnya," katanya.
"Setidaknya bisa memudahkan KRI melakukan pemantauan perbatasan laut Natuna yang merupakan pulau terdepan.”
• Kapal Asing Masuk, Pihak KKP Bantah soal Tak Ada Pengawasan dan Ungkap yang Dilakukan Edhy Prabowo
(TribunWow.com/Brigitta Winasis)