Kabinet Jokowi
Pengamat Militer Connie Rahankundini Bingung Visi Prabowo Subianto: Bertentangan dengan Visi Jokowi
Pengamat Militer Connie Rahankundini Bakrie turut mengomentari rapat kerja perdana Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Militer Connie Rahankundini Bakrie turut mengomentari rapat kerja perdana Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Connie Rahankundini Bakrie menilai banyak pertentangan dalam visi misi yang disampaikan oleh Prabowo Subianto dengan Komisi I DPR, di Gedung DPR, Senayan pada Senin (11/11/2019).
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Kompas TV pada Selasa (12/11/2019), Connie Rahankundini Bakrie menilai ada yang membingungkan dalam penyampaian visi misi Prabowo Subianto.
• Mobil Iring-iringan Prabowo Disebut Berisik Tak seperti Jokowi, Begini Tanggapan Gerindra
"Memang bener ada yang membingungkan kalau disampaikan seperti poin-poin yang sudah diambil, menurut saya banyak yang bertentangan," kata Connie.
Connie menilai Prabowo Subianto akan menganut sistem pertahanan defensive (bertahan).
Hal itu tidak sesuai visi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tidak pernah berubah sejak 2014.
"Contoh harus defensive (bersifat bertahan) padahal kalau jelas presiden bilang bahwa tidak ada visi menteri tapi visi presiden, setahu saya sejak 2014 presiden itu tak pernah merubah visi pertahanannya," ungkap Connie.
Selama ini, Jokowi lebih menekankan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang mau tidak mau bersifat menyerang.
"Artinya ketika dia menyatakan negara ini negara poros maritim dunia, yang otomatis menjadi poros dirgantara dan permukaan dunia menurut saya mau tidak mau kita harus menjadi offensive (bersifat menyerang)."
"Apakah offensive-nya pasif atau offensive-nya aktif itu," ujar Connie.
Kemudian, Aiman Witjaksono sebagai pembawa acara bertanya apa yang menjadi visi Jokowi itu bukan defensive?
"Bukan defensive yang seperti dikatakan Pak Prabowo?," tanya Aiman.
"Tidak lagi bisa menjadi defensive," jawab Connie.
"La offensive seperti apa? Kan membayangkannya preventif seperti Amerika, sebelum serang, serang duluan kan ga begitu Indonesia," tanya Aiman lagi.
Connie menjelaskan Indonesia menganut sistem offensive tetapi bukan seperti sistem offensive milik Amerika Serikat.
"Itu namanya offensive aktif, offensive pasif itu menunggu lawan di wilayah paling luar," jelas Connie.
Namun apa yang dijelaskan Prabowo Subianto dalam rapat kerja dengan Komite I DPR RI, Menteri Pertahanan justru ingin membangun pertahanannya semakin luas dan mendalam.
• Program Mantan Menteri Susi Dihapus? Edhy Prabowo Nyatakan Tak Ada Penenggelaman Kapal Lagi

"Contoh nih, kan tadi disampaikan oleh Beliau kan membangun kekuatan regional artinya membangun kalau dalam istilahnya angkatan laut Green Water Navy yang dipayungi oleh kekuatan udara."
"Artinya, tentara kita ini harus bergerak di luar wilayah kedaulatan, memang harus mengamankan negara ini dari wilayah yang jauh."
"Contoh misalnya Marawi, terjadi waktu kemarin, bentukkanya mendadak Marawi dibentuk. Kalau nanti sudah menjadi regional power, menjadi green water navy yang diberi perlindungan udara dan permukaan maka sudah lagi tidak ada pergerakan seperti itu," jelas Connie panjang lebar
Dengan visi Prabowo Subianto, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) di Indonesia akan berkembang menjadi empat.
"Maka Kogabwilhan menurut saya baru tiga nih, tapi ekspetasi saya akan Kogabwilhan berkembang menjadi empat," tutur Connie.
Sehingga Connie menilai ada perubahan dalam sistem pertahanan Indonesia di bawah Prabowo Subianto yang dinilai berbeda dengan visi Jokowi.
• Rocky Gerung Nilai Akal Sehat Pers Kembali Pulih, Ada Faktor Gabungnya Prabowo Subianto ke Jokowi
"Nah yang kemudian kedua lagi, itu yang saya bilang pertentangan karena sekarang kalau kita mau defensive ga usah ngomong regional ga usah ngomong Nawacita."
"Sementara jelas presiden bilang bahwa visi presiden itu sejak awal 2014 tidak pernah dirubah kecuali saya mendengar ada perubahan, saya tidak melihat ada perubahan," paparnya.
Lihat videonya sejak menit awal:
Prabowo Subianto sebut Doa Bukan Strategi saat Rapat Kerja dengan Komisi I DPR
Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto baru saja menggelar Rapat Perdana dengan Komisi I DPR, di Gedung DPR, Senayan pada Senin (11/11/2019).
Dalam kesempatan itu, Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa pertahanan merupakan modal penting bangsa Indonesia.
Sedangkan dalam menyampaikan visi dan misinya, Prabowo Subianto tampak hadir dengan layar presentasi.
• Prabowo Subianto Sampaikan Kelemahan Pertahanan Indonesia, Singgung Wartawan sambil Lihat Sekitarnya
Dilansir TribunWow.com melalui channel YouTube Kompas TV, Prabowo Subianto mengungkap dua hal yang tak boleh menjadi dasar strategi pertahanan Indonesia.
"Saya juga ingin menyampaikan dalam perumusan kebijakan umum nanti saya menganut suatu istilah yang sangat sederhana," ujar Prabowo Subianto.
Hal yang tidak boleh ada dalam rumusan kebijakan Indonesia antara lain harapan.
"Kebijakan kita tidak boleh didasarkan atas harapan, hope is not a policy (harapan bukan sebuah kebijakan)."
"Kita jangan berharap mudah-mudahan negara yang akan mengganggu kita," jelas Prabowo Subianto.
Lalu sebelum mengungkap hal kedua yang tidak ingin ada dalam kebijakan pertahanannya, Prabowo sempat mengungkapkan maafnya.
"Dan kemudian maaf kita memang bangsa Indonesia yang beragama tapi saya perumus kebijakan di bidang pertahanan."
"Strategi tidak boleh didasarkan atas doa, prayer isn't strategy (doa bukanlah strategi)," ungkap pria berpangkat Letnan Jenderal ini.
Sekali lagi, ia mengungkapkan bahwa kebijakan dan strategi merupakan hal yang penting.
Namun, hal itu harus didukung oleh sumber daya dan teknologi.
"Policy dan strategy ujungnya adalah investasi, investasi adalah sumber daya manusia dan teknologi, doktrin dan strategi yang tepat kemudian kekuatan yang memadai," katanya.
(TribunWow.com/Mariah Gipty)