Polemik APBD DKI 2020
Bahas Anggaran Lem Aibon dan Bolpoin DKI, Pengamat Ini Cek Harga di Toko Online: Ya Tuhan, Buat Apa?
Pengamat Politik, M Qadari memberikan komentarnya terkait anggaran janggal pembelian lem Aibon dan bolpoin DKI Jakarta yang dinilai janggal.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Politik, M Qadari memberikan komentarnya terkait anggaran janggal pembelian lem Aibon dan bolpoin DKI Jakarta yang dinilai janggal.
M Qadari lantas membandingkan anggaran lem Aibon dan bolpoin DKI Jakarta dengan harga barang tersebut di toko online, Tokopedia.
Ia pun menyatakan keheranannya tentang anggaran lem Aibon dan bolpoin yang begitu besar.
• Anggaran TGUPP Anies Baswedan Naik Drastis, DPRD DKI Usul Dicoret: Keinginan Anggota Dinolkan
• Soroti Anggaran Lem Aibon dan Bolpoin DKI Jakarta, Politisi NasDem Wibi Andrino: Hajar Dulu Atasnya
Hal itu disampaikan melalui acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa(12/11/2019).
Mulanya, Qadari menyoroti tentang total anggaran pembelian bolpoin DKI Jakarta.
"Saya mendapatkan data, saya membaca bahwa saya mulai dari bolpoin dulu nih, bolpoin mereknya Faster, saya baca di majalah Tempo, bolpoin budget-nya, berapa budget-nya bolpoin, (Rp) 678 miliar," terang Qadari.
Ia lantas membandingkan dengan harga bolpoin dengan merek yang sama di Tokopedia.
"Ini di Tokopedia, di toko online, ini (Rp) 2.150, jadi saya bagi (Rp) 678 miliar dengan (Rp) 2.150, dapat 316 juta bolpoin," ungkap Qadari.
"Apa saya enggak terduduk? Iya kan," terang Qadari sambil menyenderkan badan di kursi.
Lantas, ia membahas soal anggaran lem Aibon DKI Jakarta yang turut menyita perhatian publik.
"Kemudian lem Aika Aibon yang botol kecil harga 11 ribu budget-nya awalnya (Rp) 82 (miliar) kemudian muncul belakangan (Rp) 126 miliar," jelas Qadari.
"(Rp)126 miliar itu identik dengan 11,5 juta kaleng (lem Aibon)," sambungnya.
Sebagai pemilik usaha, Qadari pun merasa heran terhadap anggaran yang begitu besar.

Ia menyatakan seharusnya anggaran itu dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
"Ya saya kan begini, saya juga orang usaha juga, enggak pernah anggaran itu datang tanpa tahu posnya apa bos," ujar Qadari.
"Kita itu bikin pos dulu sesuai dengan kebutuhan baru kita cari harganya berapa."