Breaking News:

Kabinet Jokowi

Guru di Pedalaman Papua Tulis Surat Terbuka untuk Nadiem, Ceritakan Kondisi Sekolah hingga Pungutan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mendapat sebuah surat terbuka dari Bumi Cendrawasih, bagaimana isinya?

Penulis: Fransisca Krisdianutami Mawaski
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Kompas.com
Pendiri Startup Gojek, Nadiem Makarim ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) 

TRIBUNWOW.COM - Seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Provinsi Papua bernama Diana Cristiana Dacosta Ati menulis surat terbuka untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.

Surat itu ia tulis di laman Facebook pribadinya pada Kamis (7/11/2019) dan sudah dibagikan 337 kali oleh warganet hingga Selasa (12/11/2019).

Dikutip dari Kompas.com Senin (11/11/2019), Diana membenarkan bahwa akun tersebut adalah tulisan surat terbukanya untuk Nadiem Makarim.

Tangkapan layar unggahan Facebook surat terbuka oleh guru di Papua
Tangkapan layar unggahan Facebook surat terbuka oleh guru di Papua (Facebook Diana Cristiana Dacosta Ati)

Viral Surat Guru untuk Nadiem: Indonesia Bukan Kota Besar yang Canggih dengan Aplikasi Pendidikan

Pada surat yang ia beri judul Ibu Guru, Kami Takut Meja Patah tersebut, ia mengawalinya dengan mengucapkan selamat kepada Nadiem atas pelantikannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ia juga memohon maaf apabila aksi yang dilakukannya ini adalah perbuatan yang lancang.

"Saya bukan orang yang penting dan berpengaruh dalam dunia politik atau instansi pemerintahan manapun. Saya hanya seorang lulusan sarjana pendidikan yang baru saja menjadi guru di pedalaman Papua, khususnya Kabupaten Mappi," begitu tulisnya.

Diana lalu menceritakan awal mulanya ia menjadi guru di daerah tersebut.

Pada 3 Oktober 2018 lalu, ia terpilih sebagai GPDT dalam program yang dibuat oleh Bupati Mappi, Kritosimus Yohanes Agawemu.

Setelah menjalani beberapa tahapan seleksi oleh Gugus Tugas Papua UGM, ia akhirnya dinyatakan lolos.

Diana mulai bertolak ke Kampung Kaibusene tempat ia ditugaskan pada 16 November 2018.

Butuh waktu sembilan jam untuk mencapai kampung tersebut dari Distrik Assue menggunakan ketinting atau perahu kecil.

Setibanya di sana, Diana merasa tak dapat menahan emosinya.

Air matanya jatuh melihat kehidupan di kampung ini.

"Ada rasa terharu melihat kampung yang kecil ini. Masyarakat hidup di atas lumpur bila musim kemarau dan genangan air rawa saat musim hujan," tutur Diana.

Diana tak pernah membayangkan kehidupan ini sebelumnya.

"Kami tiba dengan suasana sunyi dan tenang. Di sini kehidupan berbanding terbalik dengan orang kota atau desa lainnya yang pernah saya datangi," tambahnya.

Dalam surat terbukanya tersebut, Diana juga menjelaskan tentang kondisi di sekolah tempat ia mengajar.

Diana menulis, hanya terdapat satu orang guru PNS ditambah satu tenaga honorer yang mengajar lebih dari 50 murid.

Tak berhenti sampai di situ, saat menengok kondisi kelas, Diana tercengang dibuatnya.

Bagaimana tidak, hanya terdapat tiga ruang kelas untuk enam tingkatan sekolah dasar.

"Aduh mama, ini nyata. Bagaimana pembelajaran berjalan setiap hari? Dua kelas harus digabung dalam satu ruang belajar: kelas satu dan dua, tiga dan empat, lima dan enam, anak-anak menjelaskan," cerita Diana.

Ada hal miris lain yang Diana ceritakan.

Ia menyebut, kegiatan belajar mengajar di tempatnya mengajar itu seringkali di tiadakan apabila kepala sekolah melakukan tugas dinas di kabupaten.

Sekolah dapat libur hingga seminggu lamanya.

Diana juga menceritakan bagaimana murid-muridnya itu belajar.

Jangan membayangkan anak-anak itu duduk di bangku yang bagus lengkap dengan mejanya.

Para murid belajar melantai sambil membungkuk.

Bangku-bangku di sekolahan itu sudah reyot dan tak layak untuk diduduki.

Wishnutama Bongkar Percakapan dengan Nadiem Makariem yang Panik saat Dipanggil Jokowi: Gojekin Aja

Saat para murid hendak menulis di meja, meja tersebut malah bergoyang dan tak lagi kokoh.

"Ibu guru kami takut meja patah, kata seorang murid," tulis Diana menirukan ucapan muridnya.

Tak berhenti sampai di situ, ibu guru juga menulis tentang pungutan yang dilakukan pihak sekolah menjelang ujian nasional.

Hal ini ia ketahui saat seorang wali murid datang padanya dan meminta agar tidak memungut bayaran.

Ia lalu meminta pada Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengatasi hal tersebut.

"Untukmu Bapak Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan yang baru, kami sangat menantikan program kerja skala Nasional darimu untuk mencerdaskan anak-anak di pedalaman Indonesia," tuturnya.

Ia juga mengutip pernyataan Surya Paloh tentang Indonesia.

"Pak Surya Paloh pernah berkata dalam sebuah acara bertemakan Pertaruhan Sang Ideolog, saya mau lihat Indonesia yang seutuhnya," kata Diana.

"Saya mau lihat seiring dengan matahari yang terbit dari ufuk timur, suatu ketika dalama waktu yang tidak lama ada anak-anak Indonesia yang rambutnya keriting, kulitnya hitam jadi presiden di republik ini," tuturnya.

Dalam akhir suratnya, ia mengungkapkan harapannya mengenai anak-anak Papua di pedalaman Mappi.

"Namun untuk saat ini saya hanya ingin melihat buta huruf mati terkapar saat suara lantang anak-anak pedalaman Indonesia membaca buku," ujar Diana.

"Seiring dengan matahari yang terbit dari ufuk timur, saya ingin melihat anak-anak sekolah di pedalaman Mappi bisa menulis ceritra mereka dari pena dan kertasnya tanpa merasa sulit menyusun kata pada kumpulan aksara yang terbentang dari A-Z," pungkasnya.

(TribunWow.com/Fransisca Mawaski)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Nadiem MakarimMenteri Pendidikan dan KebudayaanGuruPapua
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved