Breaking News:

Terkini Daerah

Kisah Mak Iyah, Nenek Berusia 100 Tahun Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Malu Minta-minta untuk Hidup

Sudah hampir 30 tahun sejak suaminya meninggal dunia, Rukiyah alias Mak Iyah (100) hidup sebatang kara di gubuk reyot.

Editor: Lailatun Niqmah
KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN
Mak Iyah, nenek renta berusia 100 tahun asal Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat harus hidup sebatang kara di gubuk reyot di tengah kebun sayuran. 

TRIBUNWOW.COM - Sudah hampir 30 tahun sejak suaminya meninggal dunia, Rukiyah alias Mak Iyah (100) hidup sebatang kara di gubuk reyot.

Mak Iyah tinggal di tengah areal kebun sayur di Kampung Pasir Baing RT 005 RW 003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Mak Iyah kini sudah tidak bekerja.

Mak Iyah, nenek renta asal Cianjur, Jawa Barat berusia 100 tahun hidup sebatang kara di gubuk reyot di area kebun sayuran di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.
Mak Iyah, nenek renta asal Cianjur, Jawa Barat berusia 100 tahun hidup sebatang kara di gubuk reyot di area kebun sayuran di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet. (KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Kisah Junaedi, Buruh Bengkel Rakit Helikopter Pribadi karena Bosan Kemacetan, Lihat Penampakannya

Saban hari, ia habiskan dengan berdiam diri di rumah.

Sesekali turun ke perkampungan warga untuk berinteraksi atau sekedar mengobrol dengan tetangga.

Kendati masih sanggup berjalan, namun harus tertatih-tatih karena tubuhnya semakin ringkih.

Penglihatannya sudah mulai kabur dan mengalami gangguan pendengaran.

Untuk menyambung hidup, perempuan berusia seabad itu kini hanya bisa mengharapkan belas kasihan tetangga dan warga sekitar.

Ada yang menyumbang beras, memberi makanan dan ada yang sedekah uang.

Uang pemberian itu lantas dibelikan makanan atau bahan masakan.

"Suka nyangu (menanak nasi) sama goreng (ikan) asin. Kalau lalapan nyari di kebun," kata Mak Iyah, saat ditemui Kompas.com, di gubuk reyotnya, Sabtu (2/11/2019).

Kendati hidup dari kedermawanan orang, namun Mak Iyah mengaku tidak berani meminta-minta.

Bahkan, ketika ada warga yang ingin mengajaknya tinggal, ia lebih memilih tetap di gubuknya.

"Isin nyungkeun mah (malu kalau minta) emak mah se-dikasihnya saja," ucap dia.

Tetangga terdekat, Erah (65) menuturkan, sejak hidup menjanda dan tidak lagi bisa bekerja, kebutuhan hidup sehari-hari Mak Iyah dibantu warga.

Cerita Petani NTT Diundang Kemendikbud karena Berhasil Asuh sang Anak Jadi Bupati 2 Periode

"Ada yang ngasih Rp10.000, Rp 20.000, ada yang nasi, makanan. Pokoknya semampunya masing-masing warga saja," ucap dia.

Namun, Mak Iyah terkesan malu jika terus-terus bergantung pada pemberian tetangga, sehingga kadang memaksakan diri ingin nguli atau bekerja agar bisa mendapatkan upah.

"Kadang suka minta kerjaan supaya dapat upah. Tapi warga tidak tega, soalnya kan sudah tua. Jadi, mending langsung dikasih saja," ujar dia.

Kini, tak ada asa berlebih di usia senjanya, tinggal di gubuk reyot yang nyaris ambruk, Mak Iyah hanya berharap selalu diberikan keselamatan, kesehatan dan tetap bisa makan.

“Emak mah enggak mau sakit, tidak punya uang buat beli obatnya. Kalau makan alhamdulilah suka ada yang ngasih,” ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan lansia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hidup memprihatinkan di gubuk reyot di Kampung Pasir Baing, RT 005 RW 003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.

Kisah Xenia Karayiannis, Hidup dalam Bayang-bayang Mimpi Buruk karena Invasi Turki hingga Difilmkan

Rukiyah atau biasa dipanggil Mak Iyah tinggal sebatang kara di rumah tak layak huni dengan kondisi hampir ambruk di areal kebun sayuran.

Berharap Bantuan Pemerintah

Mak Iyah, nenek renta berusia 100 tahun asal Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat harus hidup sebatang kara di gubuk reyot di tengah kebun sayuran.
Mak Iyah, nenek renta berusia 100 tahun asal Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat harus hidup sebatang kara di gubuk reyot di tengah kebun sayuran. (KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Warga setempat, Aripin (50) berharap, pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa mau mengulurkan bantuan atas kondisi kehidupan Mak Iyah.

Sepengetahuannya, belum ada bantuan dari program pemerintah, seperti PKH dan rastra. Untuk makan sehari-hari, Mak Iyah dibantu tetangga dan warga sekitar.

Ia berharap pemerintah mau peduli kepada warga seperti Mak Iyah yang sangat membutuhkan perbaikan rumah agar bisa hidup dengan rasa aman dan nyaman.

“Untuk makan sehari-hari selama ini dibantu warga. Kadang ada yang ngasih nasi, makanan, ada juga yang ngasih uang,” kata Aripin.

Aripin mengaku sudah empat kali memperbaiki rumah Mak Iyah karena mau ambruk.

Kisah Viral Penjual Cilok Cantik di Solo Bikin Pembeli Penasaran, Ini Sosoknya

Namun, karena kondisi rumah tersebut secara keseluruhan sudah lapuk, sehingga mudah rusak.

“Apalagi kalau sudah turun hujan, rumahnya pasti bocor, lantainya tergenang air."

"Saya dan tetangga yang lain suka langsung cek ke sini (rumah Mak Iyah) melihat kondisinya,” ujarnya.

Karena itu, ia berharap pemerintah mau peduli kepada warga seperti mak Iyah yang sangat mengharapkan bantuan perbaikan rumah agar bisa hidup dengan rasa aman dan nyaman.

“Kami selalu khawatir, apalagi mak Iyah ini hidup sendirian, kalau terjadi apa-apa tidak ada yang tahu,” ucapnya.

Kompas.com menggalang dana untuk membantu para lansia.

Sumbangkan rezeki Anda sebagai bakti terhadap orang tua yang dilupakan.

Klik di sini untuk donasi.

(Kompas.com/Firman Taufiqurrahman)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pilu Mak Iyah, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot" dan "Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Begini Cara Mak Iyah Menyambung Hidup"

Sumber: Kompas.com
Tags:
KemiskinanCianjurJawa Barat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved