Gerakan 30 September
Pierre Tendean Selamatkan Jendral AH Nasution dari Pasukan G30S, 2 Wanita Ini Paling Kehilangan
Pierre Tendean diculik lantaran dikira Nasution, dua wanita ini pasti paling merasakan kehilangan
Penulis: Khistian Tauqid Ramadhaniswara
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Peristiwa Gerakan 30 Sepetember atau biasa dikenal G30S dikenang sebagai hari kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Diketahui, beberapa sejumlah perwira tinggi militer Indonesia beserta sejumlah orang lainnya menjadi korban dalam peristiwa G30S.
Perwira tinggi yang tewas di antaranya Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo.
Dikutip TribunWow.com dari Wikipedia, Minggu (29/9/2019), meskipun demikian hanya Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution yang lolos dari penculikan oleh pasukan Gerakan 30 September (G30S) pada 1 Oktober 1965.
Lolosnya Nasution tak lepas dari peran ajudan pribadinya yakni Lettu Pierre Tendean yang rela berkorban.
• Kisah MT Haryono, Jenderal yang Dibunuh dan Dibuang pada Peristiwa G30S 1965 di Lubang Buaya
Pada pagi tanggal 1 Oktober 1965, pasukan G30S mendatangi rumah Nasution dengan tujuan untuk menculiknya.
Tendean yang sedang tidur di ruang belakang rumah Jenderal Nasution terbangun karena suara tembakan dan ribut-ribut dan segera berlari ke bagian depan rumah.
Ia ditangkap oleh gerombolan G30S yang mengira dirinya sebagai Nasution karena kondisi rumah yang gelap.
• Kisah Amelia Yani, Putri Jenderal Achmad Yani yang Berjuang Obati Luka Batin G30S selama 20 Tahun
Sedangakan pada saat kejadian Nasution sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati pagar.
Tendean lalu dibawa ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya bersama enam perwira tinggi lainnya.
Setelah itu Tendean ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama enam jasad perwira lainnya.
• Pengakuan eks Cakrabirawa yang Terlibat G30S, Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!
Pada usia 26, Tendean harus meninggal dunia akibat keganasan pasukan G30S.
Padahal, pada November 1965, Tendean akan melangsungkan pernikahan dengan Rukmini Chaimin.
Ditambah lagi pada saat itu Tendan merencanakan akan berangkat ke Semarang pada 1 Oktober 1965 untuk merayakan hari ulang tahun ibunya yang jatuh pada 30 September.
Hal tersebut membuat dua orang wanita yang mencintai Tendean pastinya merasa sedih.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. III/KOTI/tahun l965 tanggal 5 Oktober 1965 Pierre Andries Tendean ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.
Pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi kapten.
Selain itu ia juga menerima penghargaan berupa Satya Lencana Saptamarga.
Tendean dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. (TribunWow.com)