Kabar Ibu Kota
Potret Kampung Bengek di Jakarta Utara, Dikepung Lautan Sampah dan Tak Ditemukan di Google Maps
Kampung Bengek (kini dikenal Kampung Baru) merupakan kampung terpencil di kawasan RW 17 Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kampung Bengek (kini dikenal Kampung Baru) merupakan kampung terpencil di kawasan RW 17 Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
Lokasinya tersembunyi di balik permukiman RT 3, RT 4, dan RT 11.
Tidak banyak orang yang mengenal kampung itu.
Bahkan, warga yang tinggal di RT 3, RT 4, dan RT 11 pun tidak bisa menjawab ketika ditanyai mengenai lokasi persis kampung tersebut.
• Kisah Anak-anak Hidup Bersama Kambing dan Dikepung Lautan Sampah di Kampung Bengek Jakarta Utara

Hanya segelintir warga yang rumahnya cukup dekat dengan perbatasan Kampung Bengek yang tahu mengenai keberadaan kampung itu.
Posisi Kampung Bengek tak dapat ditemukan di Google Maps.
Satu-satunya lokasi terdekat yang bisa dijadikan acuan adalah Gang Marlina, sebuah gang di RT 1 yang jaraknya kurang lebih 1 km dari Kampung Bengek.
Seluruh akses menuju Kampung Bengek harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Berdasarkan instruksi dari warga setempat, perjalanan menuju Kampung Bengek harus melalui jalan sempit di antara rumah-rumah warga yang lebarnya sekitar 60 cm.
Jalan tersebut sangat gelap, sempit, dan pengap.
Di ujung jalan, terdapat tembok-tembok semen yang membatasi permukiman warga dengan Kampung Bengek.
Lubang kecil di tembok itulah yang menjadi pintu keluar dan masuk menuju kampung tersebut.
• Paus Fransiskus Angkat Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo Jadi Kardinal

Begitu melewati lubang, tercium aroma sampah cukup menusuk.
Di balik lubang tersebut, berdirilah rumah-rumah warga dari triplek dan kayu gelondongan di atas permukaan rawa.
Permukaan rawa di Kampung Bengek nyaris tak terlihat karena tumpukan sampah yang menggunung.
Warga mendirikan sendiri rumah mereka dengan model rumah panggung di atas rawa-rawa tersebut.
Sebagian besar warga di sana terdaftar sebagai warga RT 3, RT 4, atau RT 11.
Namun, secara lokasi mereka sudah terpisah dan tidak lagi menjadi bagian dari RT tersebut.
Kisah Penghuni Kampung Bengek
Lubang-lubang kecil di tembok menjadi satu-satunya pintu keluar dan masuk bagi warga Kampung Baru.
Sejak didirikan lima tahun yang lalu, kampung ini telah menjadi tempat bagi warga yang mengungsi dari RT 3, RT 4, dan RT 11.
Keputusan untuk pindah ke Kampung Bengek didasari oleh tingginya biaya mengontrak rumah di tempat tinggal mereka sebelumnya.
"Di sana (RT 11) saya ngontrak. Kalau di sini kan rumah punya sendiri," ujar Ati (53), salah satu warga di Kampung Baru.
Rumah-rumah di Kampung Bengek tidak lebih besar dari ukuran 4x5 meter.
• Kronologi Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang hingga Kesaksian Korban Dump Truk yang Selamat
Semuanya berbentuk rumah panggung dengan tembok yang terbuat dari triplek dan lantai dari kayu gelondongan.
Ketika cuaca sedang tidak bersahabat, tak jarang rumah-rumah tersebut hampir goyah.
"Kalau angin kencang goyang ini," tutur Ati sambil menunjuk tembok rumahnya.

Sama seperti rumah milik warga lainnya, rumah yang ditinggali Ati pun tidak terlalu besar.
Di rumah kecil tersebut, ia berbagi area dengan delapan orang anggota keluarganya.
Rumah yang ditempatinya sekarang dibeli Ati dari orang lain.
Namun, sebagian besar warga justru mendirikan rumah mereka sendiri karena pemukiman di RT 3, RT 4, dan RT 11 tak lagi mampu menampung mereka.
Di bawah rumah-rumah warga, permukaan rawa nyaris tak terlihat karena banyaknya sampah yang menggunung.
Meski begitu, air rawa masih menjadi sumber air bagi warga untuk mandi dan mencuci pakaian.
Setiap musim hujan datang, warga mengaku harus waspada.
Permukaan air rawa akan naik dan sampah-sampah di dalamnya turut mengikuti.
• Pengakuan Saksi soal Detik-detik Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Selamatkan Penumpang Avanza
Tak jarang, air dan sampah tersebut masuk ke dalam rumah-rumah warga.
"Masuk semua ke sini. Paling kalau sudah reda, baru kita bersihkan sendiri," kata Ati.
Secara administrasi, Ati dan sejumlah warga di Kampung Baru lainnya terdaftar sebagai warga RT 3, RT 4, atau RT 11.
Namun, meski terdaftar secara hukum, Ati mengaku bahwa ia belum pernah menerima bantuan dari pemerintah.
"Bilangnya ada BLT (Bantuan Langsung Tunai). Mana, saya enggak pernah dapet."
Terkadang, wilayah RT tempat Ati terdaftar sebagai warga menerima bantuan sembako dari berbagai kalangan.
Akan tetapi, Ati dan warga Kampung Baru lainnya jarang menerima bantuan tersebut.
Hal ini disebabkan oleh lokasi tempat tinggal mereka yang dianggap terpisah dari pemukiman warga lainnya.

Selain itu, jumlah sembako yang dibagikan juga tidak selalu seimbang dengan jumlah warga yang tinggal di lokasi tersebut.
"Dari RT enggak pernah dateng ke sini. Kadang-kadang dapet, kadang-kadang enggak."
Penghuni Kampung Baru telah beberapa kali mendapat peringatan akan adanya gusuran di tempat tinggal mereka.
Peringatan tersebut diberikan oleh Perusahaan Umum (Perum).
Menanggapi hal tersebut, mereka menerima dengan ikhlas dan menuruti perintah untuk menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) sebagai bukti identitas.
Dokumen-dokumen itulah yang nantinya akan dijadikan bukti bahwa mereka berhak menerima biaya ganti rugi atas penggusuran yang dilakukan. (Kompas.com/Hilel Hodawya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Warga Kampung Bengek yang Terkepung Lautan Sampah di Teluk Jakarta" dan "Sulitnya Akses Menuju Kampung Bengek, Lautan Sampah Terpencil yang Tak Muncul di Peta"
WOW TODAY: