Terkini Daerah
Kisah Siswa SMA Anak Penjual Mainan di Solo yang Jadi Peraih Nilai UN Tertinggi 100 di Semua Mapel
Nama Ananda Hafidh Rifai, siswa kelas XII Jurusan IPA 6 SMAN 4 Solo pun mencuri perhatian masyarakat karena meraih nilai sempurna di Ujian nasional.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pengumuman hasil ujian nasional (UN) tingkat SMA telah dirilis.
Nama Ananda Hafidh Rifai, siswa kelas XII Jurusan IPA 6 SMAN 4 Solo pun mencuri perhatian masyarakat.
Hal tersebut lantaran ia berhasil meraih nilai sempurna, yakni 100 di empat mata pelajaran.
Ananda Hafidh Riafai merupakan anak penjual mainan, di Solo yang mengaku tidak pernah mengikuti bimbingan belajar atau bimbel.
Setiap hari, ia harus membantu orangtua menjaga adik-adiknya.
Ia pun mengaku hanya belajar secara otodidak.
• Mahfud MD Imbau Kedua Kubu Hentikan Provokasi: Sudah Diam Dulu
"Saya belajar sendiri, kadang dapat materi dari internet," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (14/5/2019) siang.
"Selama ini tidak pernah ikut bimbel, ya karena kan takutnya membebani orang tua harus membayar lagi," ucapnya.
Sebab, siswa penyuka pelajaran Fisika ini memang tidak terlahir dari keluarga berada.
Ibunya, Supatmi, sehari-hari bekerja sebagai penjual mainan anak-anak di depan sekolah dasar.
Ia juga masih memiliki tiga adik, sehingga merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap anggota keluarga lain.
"Adik saya 3, jadi kalau pulang ke rumah saya sering bantu ngemong adik-adik," ujar dia.
"Ibu kaget juga pas dengar saya dapat nilai 100, tapi ya senang juga," kata Hafidh.
Ananda Hafidh Rifai sendiri tidak menyangka bisa mendapatkan nilai tersebut.
"Tidak menyangka, karena awalnya tidak ditarget (nilai 100)," ungkapnya.
Selama ini dia mengaku belajar biasa saja dan tidak terlalu keras.
Hafidh juga mengatakan jika terlalu keras belajar hasilnya belum tentu baik.
"Kalau saya merasa tidak cukup dengan buku dari sekolah saya pasti cari tahunya dari internet, lebih praktis saja," ucapnya.
Usai mendapat nilai sempurna, Hafidh mengaku telah lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Selain itu, dirinya kini juga tengah mengikuti Olimpiade Astronomi tingkat nasional dan masuk 8 besar.
"Semoga bisa masuk 5 besar," harapnya.
• Gerindra Bawa Andre Rosiade Peroleh Suara Tebanyak di Dapil Sumbar I, Caleg PDIP Tak Satupun Lolos
Padahal UN SMA Sempat Dianggap Sulit oleh Beberapa Siswa
Seperti diketahui, UN 2019 dilaksakan dalam 2 pilihan sistem yakni: Ujian Nasional Berbasis Komputer ( UNBK) dan Ujian Nasional Berbasis Kertas Pensil ( UNKP).
Lantas, di media sosial, beberapa siswa beberapa waktu lalu sempat mengeluhkan tentang susahnya soal Matematika pada UNBK 2019.
Keluh kesah tersebut salah satunya disampaikan di kolom komentar pada unggahan di akun resmi Instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), @kemdikbud.ri.
Mengutip Kompas.com, Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim mengatakan, memang terdapat beberapa pengembangan dari kisi-kisi UN Matematika yang sebelumnya telah diberikan.
"Terkait dengan soal itu, teman-teman siswa mengeluhnya sih memang tahun ini tidak seramai tahun lalu, soal matematika yang HOTS (High Order Thinking Skills) tahun lalu," ucap Satriwan kepada Kompas.com, Kamis (4/4/2019).
"Memang ada soal yang kisi-kisinya sedikit."
"(Maksudnya) di kisi-kisinya tidak membahas panjang lebar, namun di soal ujiannya ada pengembangan dari kisi-kisi," kata dia.
Satriwan yang saat itu juga menjadi pengawas ujian menceritakan bahwa terdapat kesalahan teknis terjadi.
"Tahun ini sih keluhannya yang pertama, ada satu yang soalnya salah begitu (jawabannya tidak ada)."
"Akhirnya secara manual pengawas harus memasukkan nama-nama siswa dan soal yang keliru itu secara online," ujar dia.
Meskipun banyak yang mengeluh, lanjut Satriwan, beberapa siswa yang bersekolah di tempat ia mengajar tidak mengalami kesulitan berarti.
• Kesal Dengar Suara Petasan, Pria di Tegal Tembak 2 Siswa SMP Pakai Senapan Angin
Menurut Satriwan, FSGI telah melakukan komunikasi dengan Kemendikbud untuk melakukan beberapa pelatihan kepada para pengajar di Indonesia.
"FSGI tak henti-hentinya meminta Kemendikbud untuk memberi pelatihan penguasaan pembelajaran berbasis HOTS untuk para guru, sehingga didesain pembelajaran yang mendukung HOTS sejak kelas-kelas awal."
"Jadi siswa dan guru tak kaget lagi jika menemukan soal dengan penalaran tingkat tinggi," ujar dia. (TribunSolo/Eka Fitriani)
WOW TODAY: