Breaking News:

Kabar Tokoh

Soal Ibu Kota Pindah, Ngabalin Sebut Pemerintah Buat Karya Besar: Jokowi Ingin Tunjukkan ke Publik

Ali Mochtar Ngabalin, menyebut rencana pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke luar Jawa merupakan keberanian seorang pemimpin negara.

Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Lailatun Niqmah
Kompas TV
Ngabalin Sebut Pemindahan Ibu Kota Tergantung Keberanian Pemimpin 

TRIBUNWOW.COM - Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin, menyebut rencana pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke luar Jawa merupakan keberanian seorang pemimpin negara.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi narasumber di Kompas TV, Selasa (1/5/2019).

Ngabalin menuturkan jika pemerintah pasti memiliki keinginan untuk menciptakan karya besar.

Dirinya menilai, rencana pemindahan ibu kota juga tergantung kepada kemampuan dan keberanian seorang pemimpin.

"Setiap pemerintahan itu selalu ingin menciptakan karya besar bagi generasi yang disebut dengan legasi, Soekarno pernah berfikir seperti itu, Pak Karno juga, hari ini tentu berkaitan dengan pertanyaan ini, maka sangat tergantung kepada kemampuan keberanian seorang pemimpin," jelas Ngabalin.

Bagaimana Nasib Jakarta jika Ibu Kota Indonesia Pindah ke Luar Jawa seperti Rencana Jokowi?

Ia mengatakan keberanian Jokowi memindahkan ibu kota meski disebut berat.

"Saya ingin mengatakan bahwa dalam posisi Pak Jokowi hari ini tentu Pak Jokowi ingin menunjukkan kepada publik Indonesia bahwa keberanian kepala negara, keberanian presiden itu seberat apapun bisa terwujud," ulasnya.

Ngabalin Sebut Pemindahan Ibu Kota Tergantung Keberanian Pemimpin
Ngabalin Sebut Pemindahan Ibu Kota Tergantung Keberanian Pemimpin (Kompas TV)

 

Mahfud MD: Karena Saya Orang Madura, Senang kalau Madura Jadi Ibu Kota Indonesia

Ngabalin menuturkan, Jakarta menurutnya memang telah menjadi ibu kota yang terlampau padat dan sumpek.

"Bagi kita hari ini kita pada waktu itu telah membahas Jakarta itu sumpek luar biasa, itu menjadi Ibu Kota Negara, itu menjadi pusat pemerintaha, dia menjadi pusat perdagangan, pusat perwakilan dari negara-negara sahabat dan seterusnya."

Menurutnya, ada beberapa wilayah lain Jakarta yang berpotensi untuk menjadi Ibu Kota Indonesia.

"Jadi seperti itulah memang, sementara wilayah lain Indonesia luar biasa luas, oleh karena itu apabila pemerintah berpikir tentang pentingnya Ibu Kota Negara bukan yang baru dan bukan hal yang tabu untuk dibicarakan," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, alasan Jokowi memindahkan ibu kota didasari untuk kepentingan negara dalam jangka panjang.

"Kita harus bicara soal kepentingan yang lebih besar untuk bangsa, negara dan kepentingan visioner jangka panjang," ujar Jokowi pada Tribunnews.

Sebut Bukan Hanya Dia dari PAN yang Dukung Jokowi, Bara Hasibuan: Kenapa Cuma Saya Targetnya?

Selain itu, kepentingan global juga menjadi alasan pemindahan Ibu Kota.

"Sebagai negara besar dalam menyongsong kepentingan kompetisi global," tambah Jokowi.

Sementara itu, terkait kesiapan, Jokowi mengatakan butuh persiapan dari segi lokasi hingga pembiayaan.

"Kita ingin berpikir visioner untuk kemajuan negara ini. Memindahkan ibu kota memerlukan persiapan yang matang, persiapan yang detail, baik dari sisi pilihan lokasi yang tepat, termasuk dengan memperhatikan aspek geopolitik, geostrategis, kesiapan infrastruktur pendukungnya dan juga soal pembiayaannya," tutur Jokowi.

Jokowi pun optimis pemindahan Ibu Kota ini berjalan dengan lancar sesuai dengan persiapan yang baik.

Sedangkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro menuturkan tiga alasan mengapa Ibu Kota harus dipindah dari Jakarta, dikutip dari Kompas.com.

1. Padat penduduk

Alasan pertama adalah lantaran kondisi Jakarta yang sudah sangat padat penduduk mencapai 10,2 juta.

Padatnya jumlah penduduk di Jakarta kian menjadi-jadi karena ditopang oleh sejumlah kota yang juga punya populasi besar.

Tercatat kota Bekasi memiliki 2,4 juta penduduk, Depok 2,1 juta penduduk, Tangerang 2 juta penduduk, dan Tangerang Selatan 1,5 juta penduduk.

2. Kemacetan

Selain banyaknya penduduk di wilayah Jakarta dan kota penopangnya, ibu kota juga menjadi magnet ekonomi karena bertindak pula sebagai pusat bisnis.

Hal ini membuat lalu lintas di Jakarta tak karuan.

Kemacetan parah sudah bukan hal aneh, bahkan terjadi hampir setiap hari, sementara keberadaan jalan hanya 6,2 persen dari luas wilayah.

Bahkan, ucapnya, berdasarkan survei 2017, Jakarta merupakan kota keempat terburuk didunia untuk kondisi lalu lintas saat jam sibuk.

Soal Warga yang Viralkan Pelanggaran Pemilu, Mahfud MD Tak Permasalahkan: Tetapi Itu Bukan Keputusan

"Kalau kita bicara rata-rata kecepatan di peak hour hanya 16 km per jam, jadi percuma punya Ferrari. Kondisi lalu lintas membutuhkan perhatian dan perbaikan luar biasa dan butuh banyak waktu," sebut Bambang.

"Gubernur Anies (Baswedan) sudah mengajukan Rp 570 triliun untuk upgrade transportasi tapi masih butuh waktu sampai 10 tahun, tapi 10 tahun lagi penduduk Jakarta tidak hanya 10,2 juta saja. Apalagi Jabodetabek-nya," sambung dia.

3. Beban lingkungan

Jakarta juga harus menanggung beban lingkungan.

Bambang mengatakan, Jakarta rawan banjir terjadi akibat penurunan permukaan tanah di pantai utara Jakarta yang mencapai 7,5 cm per tahun.

Bila dihitung dari 1989 sampai 2007 saja, penurunan tanah sudah mencapai 60 cm.

Sementara itu permukaan air laut terus naik dan kualitas sungai di Jakarta juga sudah tercemar berat.

(TribunWow.com/ RoifahDzatu Azmah/ Tiffany)

WOW TODAY:

Tags:
Ali Mochtar NgabalinAli NgabalinPemindahan Ibu KotaJoko Widodo (Jokowi)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved