Pilpres 2019
Effendi Gazali Harap Hasil Survei seperti Skor El Clasico, Budiman Sudjatmiko Tertawa, Tak Percaya
Budiman Sudjatmiko tampak menertawai pengamat politik, Effendi Ghazali saat membahas terkait 'El Clasico' dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC).
Penulis: Laila Zakiyya Khairunnisa
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
TRIBUNWOW.COM - Politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko tampak menertawai pengamat politik, Effendi Gazali saat membahas hasil survei yang diibaratkan dengan skor 'El Clasico'.
Hal ini ditunjukkan Budiman dalam tayangan Indonesia Lawyer Club dengan topik ''El Clasico Jokowi VS Prabowo: Siapa Pemenangnya?', yang tayang di TvOne, pada Selasa (9/4/2019),
Dikutip TribunWow.com dari tayangan YouTube Indonesia Lawyer Club, Budiman tertawa ketika Effendi Gazali menyebutkan harapannya bahwa kelak hasil survei yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga survei yang ada di Indonesia dapat memiliki skor dengan selisih yang sangat tipis layaknya skor pertandingan yang digelar antar klub Barcelona dengan Real Madrid.
"Saya yakin nanti skornya bisa seperti hasil El Clasico selama ini. Mau tahu berapa jumlah gol dari El Clasico selama ini sampai akhirnya?"
"Itu adalah 403 dengan 400," sebut Effendi Gazali.
• Soal PSI Berikan Gabut Award untuk Anggota DPR, Andy Budiman: Kalau di Swasta Pasti Sudah Dipecat
Ia berharap setidaknya lembaga-lembaga survei di Indonesia tidak terjadi adanya bias konfirmasi dan mendahulukan kepentingan satu pihak.
"Minimal ya nilainya kalau tidak terjadi bias konfirmasi, terjadilah selisih minimal 3 persen itu sudah ada 403 gol melawan 400 gol. Kurang lebih seperti itu," ungkapnya.
Budiman Sudjatmiko yang mendengar penuturan Effendi Gazali itu kemudian tertawa.
Ia mengambil mikrofon yang berada tak jauh darinya, kemudian menanggapi ungkapan Effendi Gazali tersebut.
"Masalahnya saya enggak percaya ini El Clasico Bang Fendi," ucap Budiman Sudjatmiko.

• Budiman Sudjatmiko Beberkan Menteri yang Dikritik Keras oleh PDIP: Pak Jokowi Tak Menggantinya
Tanggapan dari Budiman Sudjatmiko itu kemudian menimbulkan tawa dari Effendi Gazali serta sejumlah pihak lainnya yang hadir dalam acara tersebut.
Di acara yang sama, Effendi Gazali sebelumnya menyebut bahwa selama ini lembaga survei telah berbohong kepada rakyat.
Hal tersebut ia sampaikan mengutip dari ucapan pembawa acara ILC yang sebelumnya mengucapkan hal serupa.
"Karena ini mengacu pada kutipan Datuk Karni Ilyas, biasanya kutipan Datuk Karni Ilyas tuh diperhatikan betul. Jadi katanya tidak apa-apa lembaga survei itu berbohong kepada rakyat," ujar Effendi Gazali.
• Di ILC, Effendi Gazali: Kita Bongkar Tuntas, Siapa yang Percaya Lembaga Survei? Enggak Ada?
Menurut penuturan Effendi Gazali, hal tersebut terjadi lantara pada akhirnya yang dibohongi oleh para lembaga survei adalah para pemilik kepentingan di lembaga tersebut, yakni para pendonor dana.
"Karena toh yang sebetulnya dibohongi adalah orang-orang yang bayar, yang membayar lembaga survei," lanjutnya.
Namun Effendi Gazali melanjutkan bahwa dari kutipan tersebut berarti rakyat yang digunakan sebagai subyek survei bagi para lembaga itu seharusnya juga diperbolehkan untuk menyampaikan kebohongan ketika menjalani survei.
"Karena rakyat sudah tahu, bahwa lembaga surveinya sedang berbohong baik kepada rakyat maupun kepada yang bayar," ucapnya.
• Karni Ilyas Tertawa saat Effendi Gazali Singgung soal Pembiayaan Lembaga Survei Jelang Pilpres 2019
Berdasarkan keterangan Effendi Gazali, ia mengatakan bahwa penganalogian lembaga survei Amerika Serikat dengan Indonesia dirasa tidaklah tepat.
"Dengan itu saya ingin mengatakan, saya ingin memberikan tanggapan, saya yakin sungguh-sungguh tidak tepat menganalogikan apa yang terjadi di Amerika dengan di Indonesia," kata Effendi Gazali.
Effendi Gazali menuturkan bahwa lembaga survei di Amerika Serikat sebenarnya sudah memiliki kecakapan dalam bidangnya dengan mengerti terkait perbedaan antara teknik jumlah penggunaan suara (popular vote) maupun teknik suara negara per bagian (electoral college).
"Dengan secara sederhana mengatakan bahwa di Amerika Serikat itu lembaga survei gagal karena mereka semata-mata tidak bisa membedakan antara popular vote dengan electoral college. Enggak," tegasnya.
• Effendi Gazali Tenangkan Rocky Gerung yang Dianggap Marah karena Tak Pernah Diundang ke Istana
Ia kemudian melanjutkan dengan menerangkan bahwa Amerika Serikat sudah memiliki sejumlah lima presiden yang dilantik usai menang dalam popular vote.
"Lembaga survei di Amerika itu juga sudah tahu bahwa dengan Trump, ada 5 presiden yang menang popular vote sejak dari John Quincy Adams 1824 sampai Trump," jelasnya kemudian.
Akan tetapi, yang diperhatikan Effendi Gazali dari lembaga survei Amerika Serikat adalah tidak adanya transparansi terkait siapa saja yang memberikan sokongan dana dalam lembaga-lembaga tersebut.
"Yang jadi masalah adalah, seperti yang disebutkan tadi di Amerika Serikat menurut saya sampai saat ini tidak ada lembaga survei yang tidak menyatakan siapa yang bayar, seperti apa dananya, itu harus terang-terangan," ujar Effendi Gazali.
• Di ILC, Karni Ilyas Singgung soal Manuver Jokowi dan Prabowo serta Perang Hasil Survei: Luar Biasa
Effendi Gazali kemudian menyebutkan satu contoh terkait lembaga survei Amerika Serikat yang pernah menyerang sebuah institusi lainnya.
Ia lalu menduga bahwa ada lembaga survei di Indonesia yang mengaku tidak mendapatkan sokongan dari pihak berkepentingan manapun, tetapi menyerang satu kandidat tertentu karena keberpihakan yang ada di dalamnya.
"Jangan-jangan di Indonesia itu ditambah pada kebencian pada lembaga survei yang mengakui tidak dibayar oleh siapa-siapa, tapi kerjaannya menyerang kandidat tertentu," tandasnya.
Effendi Gazali kemudian juga mengaku bahwa dirinya selama ini tak pernah mengetahui adanya pihak asosiasi profesi yang memberhentikan keberlangsungan lembaga yang berpihak.
"Nah kalo kita mengatakan 'kan sudah ada asosiasi profesi', saya mau bantah lagi, belum pernah saya menemukan asosiasi profesi lembaga survei itu di Indonesia yang memanggil misalnya lembaga survei seperti itu. Betul kan? Yang sekarang ini misalnya," tegasnya.
• Reaksi Dahnil Anzar saat Razman Nasution Singgung soal Jokowi Difitnah hingga Kartu yang Diejek
Namun pernyataan Effendi Gazali tersebut kemudian dibantah oleh pengamat politik yang juga Direktur Ekskutif Lembaga Survei Indikator, Burhanuddin Muhtadi.
Burhanuddin menjelaskan bahwa selama ini pihak Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) sudah memberhentikan beroperasinya sejumlah lembaga survei yang dinilai tidak sesuai.
"Jadi 2009 ada tiga lembaga survei yang dipecat 2014 ada tiga juga yang udah dipecat, 2019 dalam waktu dekat dewan etik Persepi akan memanggil lembaga-lembaga yang hasilnya bertentangan," jelas Burhanuddin.
Burhan juga menerangkan kepada Effendi Gazali bahwa para anggota Persepi tidak ada yang memiliki keberpihakan.
Lihat video selengkapnya di sini:
(TribunWow.com/Laila Zakiyya)
WOW TODAY: