Breaking News:

Pilpres 2019

SBY Kritik Konten Kampanye Akbar Prabowo, Andre Rosiade: Dibandingkan Dangdutan di Tempat Jokowi?

"Memang lebih berkah dangdutan joget-joget goyang bor kampanye Pak Jokowi?" tanya Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi saat ditanya soal kritik SBY.

Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Capture Live tvOne
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade saat di ILC, Selasa (26/3/2019). 

TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade menyampaikan pendapatnya terkait surat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Diberitakan TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Andre di program iNews Special Report, Senin (8/4/2019) malam.

Diketahui, sebelumnya SBY melayangkan surat berisi kritikan atas konten kampanye Calon Presiden Prabowo Subianto di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (7/4/2019) lalu.

TKN: Elektabilitas Jokowi Naik 1 Persen seusai SBY Layangkan Surat Protes Kampanye Akbar Prabowo

Andre mengaku, apa yang dipermasalahkan SBY adalah terkait rundown.

SBY tidak tahu bahwa agama lain juga dilibatkan dalam acara kampanye akbar Prabowo.

Namun setelah dicek, apa yang ditakutkan SBY itu tidaklah benar.

"Dan setelah berjalan acaranya sampai siang, Pak SBY sorenya merasa puas dan senang bahwa kekhawatiran beliau ada eksklusifitas ternyata nggak," tegas Andre.

Andre lantas menjelaskan sejumlah hal terkait isu yang terus 'digoreng' dari kampanye Prabowo di GBK ini.

"Ini harus tahu juga. Sebenarnya kita inginnya acaranya siang sampai sore. Tapi pihak GBK ini kan minta pagi," ujar Andre.

"Semua orang inginnya siang, karena kalau siang mungkin massanya dua kali lipat lebih banyak dari yang pagi."

"Nah karena mintanya pagi, jam 12 kami sudah harus out dari GBK, akhirnya dibuatlah pagi." jelas dia.

Andre mengatakan, karena acara berlangsung di pagi hari, maka tentu panitia menyediakan waktu untuk melaksanakan salat subuh.

"Ini kan yang dipermasalihkan salat subuh," ucap Andre.

Andre lantas menyinggung konten kampanye Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Gini gini, saya tanya, apa salahnya orang salat subuh dibandingkan dengan dangdutan di tempat Pak Jokowi? Saya tanya, apa sih yang salah dari salat subuh berjamaah?" ungkap dia.

Video Asli soal SBY Dikabarkan Dukung Jokowi-Maruf, Ternyata Ini yang Didukung

Andre menegaskan, umat Islam itu memiliki hal untuk beribadah, sesuai Pancasila sila pertama.

"Kalau ada orang di republik ini yang mempermasalahkan salat subuh berjamaah di GBK, itu berarti orang itu tidak pancasilais. Saya pastiin. Karena Pancasila mengatur Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap warga negara berhak menjalankan ibadahnya," tegas Andre.

Terkait ketentuan KPU untuk berkampanye jam 9 hingga jam 6 sore, Andre menjelaskan, pihaknya mendapatkan izin karena GBK memang tidak memperbolehkan pihaknya untuk menggunakan lokasi pada siang hari.

"Karena pagi nggak mungkin acaranya mulai jam 6, teman-teman itu jalan kan dari tengah malam. Mereka salat subuh. Panitia menyediakan salat subuh berjamaah. Apa yang salah?" tanya Andre.

"Muslimat NU saja bikin acara beberapa bulan yang lalu juga ada salat subuh berjamaah."

"Saya rasa tidak usah kita mempermasalahkan salat subuh berjamaahnya. Ini hak Muslim melaksanakan, diatur undang-undang, dilindungi Pancasila."

"Bayangkan, Anda ribut soal salat subuh berjamaah, Anda tidak ribut bagaimana dangdutannya. Memang lebih berkah dangdutan joget-joget goyang bor kampanye Pak Jokowi daripada kampanye berjamaah?" singgung dia.

Simak videonya mulai menit ke 5.05:

Sementara itu, berikut ini isi lengkap surat SBY:

"Kepada yang terhormat

1.Ketua Wanhor PD Amir Syamsudin

2.Waketum PD Syarief Hassan

3. Sekjen PD Hinca Panjaitan

Bismilahirrahmanirrahim

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Salam Sejahtera

Salam Demokrat !

Rachland Nashidik Ungkap Suasana Hati dan Kecemasan SBY saat Buat Surat Protes Kampanye Akbar di GBK

Sebenarnya saya tidak ingin mengganggu konsentrasi perjuangan politik jajaran Partai Demokrat di tanah air, utamanya tugas kampanye pemilu yang tengah dilakukan saat ini, karena terhitung mulai tanggal 1 Maret 2019 yang lalu saya sudah memandatkan dan menugaskan Kogasma dan para pimpinan partai untuk mengemban tugas penting tersebut.

Sungguhpun demikian, saya tentu memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan agar kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrat tetap berada dalam arah dan jalur yang benar, serta berlandaskan jati diri, nilai dan prinsip yang dianut oleh Partai Demokrat.

Juga tidak menabrak akal sehat dan rasionalitas yang menjadi kekuatan partai kita.

Sore hari ini, Sabtu, tanggal 6 April 2019 saya menerima berita dari tanah air tentang "set up", "run down" dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.

Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar.

Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandung kebenaran.

Sehubungan dengan itu, saya minta kepada Bapak bertiga agar dapat memberikan saran kepada Bapak Prabowo Subianto, Capres yang diusung Partai Demokrat, untuk memastikan hal-hal sebagai berikut:

Penyelenggaraan kampanye nasional (dimana Partai Demokrat menjadi bagian didalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan "inclusiveness", dengan sasanti "Indonesia Untuk Semua" Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. "Unity in diversity".

Cegah demonstrasi apalagi "show of force" identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim.

Pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua. Karenanya, sejak awal "set up"nya harus benar. Mindset kita haruslah tetap "Semua Untuk Semua" , atau "All For All".

Calon pemimpin yang cara berpikir dan tekadnya adalah untuk menjadi pemimpin bagi semua, kalau terpilih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh dan insya Allah akan berhasil.

Soal Surat SBY yang Protes Kampanye Prabowo, Gus Irfan: Inilah Repotnya Kita

 

Lautan manusia di kampanye akbar Prabowo Subianto di GBK.
Lautan manusia di kampanye akbar Prabowo Subianto di GBK. (Twitter @prabowo)

 

 

Sebaliknya, pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal "kawan dan lawan" untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh. Bahkan sejak awal sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa.

Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada pemikiran seperti itu (sekecil apapun) pada diri Pak Jokowi dan Pak Prabowo.

Saya pribadi, yang mantan Capres dan mantan Presiden, terus terang tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai "pro Pancasila" dan "pro Kilafah".

Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justeru khawatir jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan berhadapan dan bermusuhan selamanya.

Kita harus belajar dari pengalaman sejarah di seluruh dunia, betapa banyak bangsa dan negara yang mengalami nasib tragis (retak, pecah dan bubar) selamanya. The tragedy of devided nation.

Saya pikir masih banyak narasi kampanye yang cerdas dan mendidik. Seperti yang kita lakukan dulu pada pilpres tahun 2004, 2009 dan 2014. Bangsa kita sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi disisi lain musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti.

Para kader pasti sangat ingat, Partai Demokrat adalah partai Nasionalis-Relijius. Bagi kita Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati.

Tidak boleh NKRI menjadi Negara Agama ataupun Negara Komunis. Indonesia adalah "Negara Pancasila" dan juga "Negara Berke-Tuhanan". Inilah yang harus diperjuangkan oleh Partai Demokrat, selamanya.

Saya berpendapat bahwa juga tidak tepat kalau Pak Prabowo diidentikkan dengan kilafah. Sama tidak tepatnya jika kalangan Islam tertentu juga dicap sebagai kilafah ataupun radikal.

Demikian sebaliknya, mencap Pak Jokowi sebagai komunis juga narasi yang gegabah. Politik begini bisa menyesatkan. Sejak awal harusnya narasi seperti ini tidak dipilih. Tetapi sudah terlambat. Kalau mau, masih ada waktu untuk menghentikannya.

Dari pada rakyat dibakar sikap dan emosinya untuk saling membenci dan memusuhi saudara-saudaranya yang berbeda dalam pilihan politik, apalagi secara ekstrim, lebih baik diberi tahu , apa yang akan dilakukan Pak Jokowi atau Pak Prabowo jika mendapat amanah untuk memimpin Indonesia 5 tahun mendatang (2019-2024). Apa solusinya, apa kebijakannya?.

Sepakat dengan SBY soal Kampanye Mengedepankan Kebinekaan, Jokowi: Harus seperti Itu

Tinggalkan dan bebaskan negeri ini dari benturan identitas dan ideologi yang kelewat keras dan juga membahayakan. Gantilah dengan platform, visi, misi dan solusi. Tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti rakyat. Sepanjang masa kampanye, bukan hanya pada saat debat saja.

Demikian Pak Amir, Pak Syarief dan Pak Hinca pesan dan harapan saya. Ketika saya menulis pesan ini, saya tahu AHY berada dalam penerbangan dari Singapura ke Jakarta, setelah menjenguk Ibu Ani yang masih dirawat di NUH.

Partai Demokrat harus tetap menjadi bagian dari solusi, dan bukan masalah. Selamat berjuang, Tuhan beserta kita.

Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Singapura, 6 April 2019

Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono."

(TribunWow.com/Nanda)

TONTON JUGA:

Tags:
Andre RosiadeSusilo Bambang Yudhoyono (SBY)Pilpres 2019
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved