Terkini Nasional
Keluarga yang Ditolong Aiptu Sujadi di Tol Ngawi-Kertosono saat Banjir Buka Suara, Ini Kesaksiannya
Nanda mendapatkan informasi di inbox facebooknya bila keluarga yang diselamatkan itu tinggal di Karangrejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan.
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Aksi dramatis pengguna jalan tol membantu menyelamatkan dua anak kecil, seorang pria dan seorang ibu yang terjebak banjir bandang di sekitar ruas Tol Ngawi-Kertosono menjadi viral di media sosial.
Nanda Sapto Wati, seorang ibu bhayangkari Polres Kediri mengabadikan dengan rekaman video saat-saat Aiptu Sujadi, suaminya bersama anaknya dan seorang pengguna jalan lainya menyelamatkan satu keluarga yang terjebak banjir pada Kamis (7/3/2019).
Tak hanya merekam, Nanda juga mengunggah video aksi dramatis suami bersama anaknya dan seorang pengguna jalan tol lainnya di akun facebooknya hingga akhirnya viral di berbagai media sosial.
Hingga Sabtu (9/3/2019) dinihari, dua video aksi dramatis penyelamatan satu keluarga itu sudah dibagikan 50.869 kali, dikomentari 4.241 netizen dan disukai 15.436.
• Videonya Viral, Keluarga yang Tolong Korban Banjir di Pinggir Tol Awalnya Berniat Cuma Lihat Banjir
Namun usai membantu menyelamatkan satu keluarga yang terjebak banjir, Nanda tidak mengetahui nama dan alamat keluarga itu.
Belum genap sehari diunggah, Nanda mendapatkan informasi di inbox facebooknya bila keluarga yang diselamatkan itu tinggal di Karangrejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan.
Kompas.com yang mendapatkan informasi dari Nanda tentang lokasi pengungsian keluarga yang diselamatkan langsung mencari alamatnya.
Setelah selamat dari jebakan banjir, rupanya keluarga yang diselamatkan pengguna tol itu berasal dari Dusun Sumberejo, Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi.
Satu keluarga yang diselamatkan yakni Arina Fitroh (35) dan dua anaknya, Sifa Nurkaromah (5), Khamim Nurmahmudin ( 3) serta kakak kandungnya, Arif Rosidi (47).
Pascabanjir menerjang rumahnya di Ngawi, Arina bersama dua anak dan kakaknya tinggal di rumah Kasidi, pamannya, di Dukuh Gandu, Desa Karangrejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan atau sekitar 16 Km dari Kota Madiun.
Ditemui Kompas.com di kediaman pamannya, Jumat (8/3/2019) malam, Arif Rosidi (47), masih mengingat detik-detik yang menegangkan saat nyawanya bersama dua keponakan dan adik perempuannya diselamatkan Aiptu Sujadi bersama anaknya di pinggir ruas tol Ngawi-Kertosono, Kamis (7/3/2019) sore.
Aksi dramatis penyelamatan dirinya oleh pengguna tol itu akan menjadi sejarah baginya karena saat itu ia sudah pasrah hendak tenggelam terseret banjir.
Apalagi saat itu Arif sudah berteriak sekeras-kerasnya untuk minta tolong kepada pengguna jalan namun tidak ada yang menghiraukannya.
• Videonya Viral, Begini Pengakuan Keluarga yang Menolong Korban Banjir di Pinggir Tol
Padahal saat itu ia bersama Arina Fitroh (35) adiknya bersama dua keponakannya Sifa Nurkaromah (5) dan Khamim Nurmahmudin (3) berjuang untuk selamat dari jebakan banjir.
Arif bersama bersama adik dan dua keponakannya sore itu hendak mengungsi di dusun sebelah yang memiliki dataran tinggi setelah rumahnya tenggelam diterjang banjir.
"Sore itu saya sudah hampir putus asa karena sudah berteriak-teriak minta tolong 15 menit tetapi tidak ada satupun pengguna jalan tol yang mempedulikan. Padahal kondisi kami dalam posisi terjebak banjir dengan ketinggian air setinggi leher orang dewasa," ujar Arif.
Namun rupanya takdir berkata lain.
Dalam keputusasaannya, tiba-tiba sebuah mobil menepi di pinggir jalan tol.
Seorang pria keluar dari dalam mobil mencoba membantunya keluar dari jebakan banjir.
Namun sayangnya, pria yang baru turun dari mobil itu tidak bisa membantunya karena tidak bisa berenang.
Padahal saat itu Arif sedang menggendong anak pertama adiknya, Sifa Nurkaromah (5).
• Viral Penyelamatan Sejumlah Warga yang Diduga Korban Banjir Tol Madiun, Orangtua Gendong 2 Balita
Tak hilang akal, pria yang tidak bisa berenang itu mencoba bantuan lain.
Pria itu lalu mencegat kendaraan lain yang melintas di ruas tol Ngawi-Kertosono.
"Bapak itu sudah berulang kali mencegat tetapi tidak ada yang mau berhenti. Tak berapa lama kemudian, sebuah mobil mau berhenti menepi," kata Arif.
Tak lama kemudian, seorang pria yang mengemudikan mobil itu keluar dan langsung masuk ke parit pembatas jalan tol dengan sawah.
Arif tidak mengetahui kalau pria yang menolongnya itu adalah seorang anggota polisi Polres Kediri bernama Aiptu Sujadi.
Mengetahui Sujadi bersedia menolong, Arif langsung meminta agar anggota Satlantas Polres Kediri yang kesehariannya bekerja di Samsat Katang itu menolong putri adiknya terlebih dahulu.
"Saya minta bapak itu untuk mengambil Sifa dulu. Setelah itu saya langsung berenang menjemput Khamim," ungkap Arif.
Setelah Khamim selamat, Arif kembali berenang menjemput Arina yang jaraknya sekitar 20 meter karena adiknya itu tidak bisa berenang.
Setibanya di kawat pembatas jalan tol, Arif membegang dua kawat berduri pembatas agar Arina bisa keluar menuju jalan tol.
Di pinggir jalan tol, Sujadi membantu dengan mengulurkan bambu agar Arina bisa ditarik keluar dari jebakan banjir.
• Video dan Foto Banjir yang Terjang Wilayah Madiun, Meluap hingga ke Jalan Tol
Berencana mengungsi

Sebelum terjebak banjir di pinggir ruas tol Ngawi-Kertosono, Arif bersama adiknya dan dua keponakannya sebenarnya ingin mengungsi ke Dusun Klumpit yang memiliki dataran tinggi lewat underpass tol.
Mereka mengungsi setelah tempat tinggalnya sudah digenangi air banjir setinggi lutut orang dewasa sejak Kamis (7/3/2019) pukul 09.00 WIB.
Namun, air banjir besar sudah memenuhi underpass tol.
"Untuk sampai ke dusun Klumpit kami harus melewati jalan tol. Karena dusun kami dan dusun Klumpit dipisahkan oleh jalan tol," kata Arif.
Ia mengajak Arina bersama dua anaknya setelah lebih awal menyelamatkan bapaknya bersama sapinya.
Tidak ada jalan lain, Arif mengajak Arina dan dua keponakannya mengambil jalur lain.
Ia memilih jalur persawahan sepanjang 750 meter untuk bisa menyeberang tol menuju dataran tinggi di Klumpit.
Perkiraan Arif mengambil jalur persawahan yang dikiranya kedalamannya tidak dalam ternyata salah.
Saat berada di awal persawahan kedalamannya hanya selutut.
Namun mendekati tol luapan banjir bandang makin besar hingga ketinggiannya mencapai leher.
Melihat kondisi air makin tinggi dan deras, Arif tak gegabah.
Ia meminta Arina, adiknya agar berpegangan erat sebuah pohon sambil menjaga Khamim yang ditaruh dalam ember hitam besar.
Sementara dirinya sambil menggendong Sifa di leher mencoba mencari jalan yang genangan airnya tidak dalam.
Namun rupanya nasib berkata lain.
Saat berada pagar kawat berduri sebagai pembatas tol arus banjir makin deras.
Arif yang panik kemudian mulai berteriak meminta pertolongan.
Ia mencoba menaruh keponakannya di tiang beton pagar pembatas jalan tol. Tapi Arif tak tega karena tiang pagar banyak dihinggapi ular dan serangga.
"Saya takut kalau nanti Sifa kena sengat serangga atau digigit ular," jelas Arif.
15 menit berteriak minta tolong, tidak ada yang menghiraukan

Begitu pula dengan Arina. Bersama Khamim anaknya yang masih balita, ibu dua anak itu juga ikut berteriak meminta pertolongan.
Teriakan Arina dan Arif seperti saling bersahutan.
"Saya sampai menangis karena lima belas menit berteriak minta tolong tidak ada yang menghiraukan," ungkap Arina.
Bahkan ember yang menjadi tempat duduk anaknya hilang karena Arina terpeleset di pematang sawah.
Arina akhirnya menggendong anaknya sembari menenteng tas berisi pakaian anak-anaknya.
Setelah selamat dari jebakan banjir, Sujadi bersama istrinya, Nanda Sapto Wati memberikan selimut, payung, makanan dan daster.
Kondisi dua anaknya saat itu sudah kedinginan dan bibirnya membiru.
Sementara keluarga pria pengemudi mobil pertama memberikan jaket kepada Khamim, anaknya yang kedua.
"Setelah kami sampai di tol baju anak saya langsung suruh dicopot. Dan saya suruh ganti daster. Saya sangat berterima kasih kepada ibu Nanda bersama suaminya dan bapak satunya itu yang rela membantu kami. Saya tidak tahu apa jadinya kami kalau Allah tidak menghadirkan dua keluarga sebagai penolong untuk membantu kami," ujar Arina sambil berkaca-kaca matanya.
Arina yang kesehariannya bekerja sebagai buruh pabrik merasa sangat lega sekali setelah teriakannya didengar pengemudi mobil yang melintas di jalan tol.
"Rasanya lega sekali ketika ada mobil yang mau berhenti dan menolong kami," ungkap Arina.
Dia bercerita jika kedua keluarga yang menolong dan menyelamatkannya itu menawarkan bantuan untuk diantar ke rumah saudaranya.
Namun tawaran itu ia tolak karena merasa tidak sudah merepotkan.
"Kami merasa tidak enak karena sudah merepotkan mereka," kata Arina.
Selanjutnya, Arina dan Arif bersama dua anaknya berjalan sekitar setengah kilometer menuju Dusun Klumpit.
Sambil melepas lelah di tempat yang aman, Arina mengganti baju dua anaknya yang basah.
Sementara Arif beristirahat setelah satu jam berjuang keluar dari jebakan banjir.
"Setelah ganti baju saya minta mas Arif mencarikan orang agar kami diantarkan ke jalan besar. Bersama dua anak saya akhirnya saya bisa naik bus Mira tujuan Solo-Surabaya dan turun di rumah paman saya," kata Arina.
Arif Balik Berjuang Selamatkan Ibunya

Usai berhasil menyelamatkan adik dan dua keponakannya dari banjir, Arif rupanya masih memiliki PR yang besar.
Arif teringat Istianah (69), ibunya yang terjebak banjir sendirian di dalam rumahnya.
Mahmud (71), bapaknya, tidak tinggal di rumah karena terlebih dahulu mengungsi dan mengamankan sapinya di dataran tinggi.
"Menjelang Magrib saya teringat ibu saya. Kontan saya langsung harus balik ke rumah. Tetapi saya tidak lewat jalan persawahan di dekat tol. Saya memilih melewati lorong underpass tol meski banjir masih menerjang," kata Arif.
Secara berlahan-lahan akhirnya Arif berhasil melewati lorong dan tiba di rumah orang tuanya.
Setiba di rumah orang tuanya, Arif melihat ibunya sudah kedinginan karena bertahan di tangga bambu.
"Saya langsung ajak keluar ibu saya lewat atap dan beristirahat genteng tetangga hingga pagi hari, Jumat (8/3/2019).
Baru pagi harinya tim SAR menolong kami dibawa ke lokasi pengungsian," jelas Arif.
Sampai saat ini ibunya masih berada di lokasi pengungsian. Namun bapaknya tetap berada di dataran tinggi untuk menjaga sapi-sapinya. (Kompas.com/Muhlis Al Alawi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kesaksian Satu Keluarga Terjebak Banjir di Ruas Tol Ngawi-Kertosono, Sempat Menangis Putus Asa