Terkini Internasional
Sejarah Hari Perempuan Internasional Jatuh Pada 8 Maret, Berkaitan dengan Perang Dunia?
Berikut sejarah Hari Perempuan dapat jatuh pada 8 Maret sebagai tonggak kesetaraan hak-hak wanita di ranah budaya, ekonomi, hingga politik.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
TRIBUNWOW.COM - Hari Wanita Internasional yang dirayakan di seluruh dunia jatuh pada Jumat (8/3/2019).
Hari Wanita menjadi momen yang pas digunakan untuk menghargai perempuan.
Tak hanya itu, momen tersebut juga dapat menjadi awal kebangkitan wanita di berbagai bidang, baik di ranah budaya, ekonomi, hingga politik.
Namun tahukah Anda mengapa Hari Wanita diperingati pada 8 Maret setiap tahunnya?
• Peringati Hari Perempuan Sedunia, Luna Maya Banjir Ucapan Semangat dan Pujian
Berikut sejarah Hari Perempuan dapat jatuh pada 8 Maret seperti dikutip dari laman resmi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), Jumat (8/3/2019):
1909
Hari Wanita Nasional pertama diperingati di Amerika Serikat pada 28 Februari.
Partai Sosialis Amerika menunjuk hari ini untuk menghormati pemogokan pekerja garmen 1908 di New York,
Saat itu para perempuan memprotes kondisi kerja di perusahan garmen tersebut.
• Komnas Perempuan Sebut Banyak Artis Terlibat Prostitusi yang Diam-diam Minta Perlindungan
1910
Sosialis Internasional mengadakan pertemuan di Kopenhagen untuk membahas perayaaan Hari Perempuan.
Hal itu dilakukan untuk menghormati gerakan hak-hak perempuan dan untuk membangun dukungan hak pilih universal bagi perempuan.
Proposal pengadaan peringatan hari perempuan itu lantas disambut dengan baik oleh 100 wanita dari 17 negara.
Meski begitu, pada pertemuan tersebut belum ada tanggal pasti untuk memperingati Hari Perempuan.
• Resmi Dilantik, Paulina Haning Pecahkan Rekor sebagai Bupati Perempuan Pertama
1911
Hasil dari pertemuan di Kopenhagen itu lantas ditandai pertama kalinya pada 19 Maret di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss.
Disana, lebih dari satu juta wanita dan pria menghadiri demonstrasi.
Selain hak untuk memilih dan memegang jabatan publik, mereka menuntut hak perempuan untuk bekerja, pelatihan kejuruan dan untuk mengakhiri diskriminasi pada pekerjaan yang sering mengaitkan dengan gender.
• Retno Marsudi Dorong Pemberdayaan Perempuan Jadi Agen Perdamaian Dunia
1913-1914
Hari Perempuan Internasional juga menjadi mekanisme untuk memprotes Perang Dunia I.
Sebagai bagian dari gerakan perdamaian, perempuan Rusia merayakan Hari Perempuan Internasional pertama mereka pada hari Minggu terakhir di bulan Februari.
Di tempat lain di Eropa sekitar pada 8 Maret tahun 1914, wanita mengadakan aksi unjuk rasa baik untuk memprotes perang dan menyatakan solidaritas dengan aktivis lain.
• Eko Sandjojo Ingatkan Peran Perempuan Agar Terlibat dalam Pembangunan Desa
1917
Dengan latar belakang perang, perempuan di Rusia kembali memilih untuk memprotes dan melakukan pemogokan dengan mengambil tema "Roti dan Damai".
Hal itu terjadi pada hari Minggu terakhir di bulan Februari (yang jatuh pada tanggal 8 Maret di kalender Gregorian atau tahun masehi).
Empat hari kemudian, Tsar turun tahta dan Pemerintah untuk sementara akhirnya memberikan hak pilih bagi perempuan.
1975
PBB mulai merayakan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 1995.
Terjadi deklarasi dan Platform Aksi Beijing, sebuah peta jalan bersejarah yang ditandatangani oleh 189 pemerintah, berfokus pada 12 bidang penting yang menjadi perhatian.
Deklarasi itu menuntut agar setiap wanita dan gadis dapat menjalankan pilihannya, seperti berpartisipasi dalam politik, mendapatkan pendidikan, memiliki penghasilan, dan hidup dalam masyarakat yang bebas dari kekerasan dan diskriminasi.
• Mengenal Akun Catwomanizer, si Pemerhati Masalah Perempuan di Media Sosial
2014
Pada tahun 2014, Komisi Status Perempuan di berbagai negara melakukan pertemuan untuk membahas isu-isu kritis terkait kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.
• Di Hari Ibu, Fadli Zon Optimis Suara Kaum Perempuan akan Jadi Penentu Perubahan Politik Tahun Depan
Pertemuan itu berfokus pada “Tantangan dan prestasi dalam implementasi Tujuan Pembangunan Milenium untuk perempuan dan perempuan ”.
Entitas PBB dan LSM yang terakreditasi dari seluruh dunia mencatat kemajuan dan tantangan yang tersisa untuk memenuhi delapan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).
MDGs telah memainkan peran penting dalam menggembleng perhatian dan sumber daya untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
2015
Pada 2015, negara-negara mengadopsi Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutannya.
Lima sasaranya adalah “Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan serta anak- anak perempuan".
(TribunWow.com)