Membangun Ketahanan Nasional Bidang Pariwisata dengan Memperkenalkan Kuliner Tradisonal
Ketahanan Nasional di bidang Pariwisata harus dimulai dengan memperkenalkan berbagai macam makanan tradisional kepada anak didik.
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Ketahanan nasional di bidang pariwisata harus dimulai dengan memperkenalkan berbagai macam makanan tradisional kepada anak didik.
Ketidaktahuan anak didik terhadap kayanya budaya kuliner asli Indonesia menyebabkan pariwisata Indonesia tidak berkembang dan tanpa disadari akan digeser oleh kuliner asing.
Memperkenalkan segala jenis kuliner asli Indonesia sejak dini secara tidak langsung juga akan menciptakan ketahanan pangan dan industri pariwisata Indonesia.
Demikian ditegaskan oleh Alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro kepada ratusan mahasiswa Politeknik Pariwisata Palembang dalam kuliah perdana, Senin (04/02/2019).
• Sindir Pelapor Rocky Gerung, Haris Azhar: Saya Khawatir Bung Jack Ini akan Melaporkan Maruf Amin
Dari rilis yang diterima TribunWow.com, dalam kuliah perdana yang dibuka oleh Direktur Politeknik Pariwisata Palembang, Dr. Zulkifli Harahap.MM, hadir juga sebagai pembicara dalam kuliah perdana itu, Staff Ahli bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata, Kemenpar Dr. Anang Sutono, MM.Par, CHE, Ferdiansyah (Komisi X DPR RI) dan Caturida Meiwanto Doktoralina (Ketua Asosiasi Dosen dan Guru Provinsi Banten, yang juga alumnus Lemhannas PPSA XXI).
Dalam paparannya yang berjudul “JADI “LOE” MAU GIMANA, COY ?", Putut Prabantoro mengawali kuliahnya dengan memperkenalkan besarnya sebuah negara yang bernama Indonesia.
Disebutkan, luas Indonesia itu adalah separoh luas Australia, lebih luas dari Benua Eropa yang terdiri dari 11 negara.
Bahkan Provonsi Palangkaraya luasnya tiga kali negara Singapura, Danau Toba luasnya 570 kali negara Monaco atau Provinsi Jawa Timur luasnya 2,5 kali negara Kuwait.
“Dengan luasan seperti itu, berbagai macam makanan tradisional ada di setiap daerah ataupun pulau. Rata-rata mahasiswa belum pernah ke daerah-daerah di lain pulau di Indonesia. Sehingga seharusnya ada kurikulum wajib untuk mahasiswa pariwisata pergi ke daerah lain di Indonesia dan mengenal tanah air, budaya suku-suku di Indonesia serta kuliner khas daerah masing-masing seperti papeda, gudeg, conro dll," kata Putut Prabantoro.
"Tanpa memperkenalkan daerah dan makanan khasnya ke Indonesia, pendidikan pariwisata Indonesia akan hilang karena anak didik berkiblat pada kuliner barat,” tegasnya.
• Komunitas Nahdlatul Ulama Tuntut Fadli Zon Minta Maaf terkait Puisi yang Ia Buat
Oleh karenanya, Putut Prabantoro, yang juga konsultan komunikasi publik itu, menyarankan, agar institusi pendidikan pariwisata Indonesia memperkenalkan kekayaan potensi pariwisata termasuk budayanya dan juga kekayaan kuliner tradisional Indonesia agar anak didiknya membumi pada kekayaan dan keindahan tanah airnya.
Sementara itu, Caturida Meiwanto Doktoralina menegaskan bahwa, untuk mencapai keberhasilan di bidang pariwisata, para mahasiswa harus mengerti kondisi persaingan dunia tourisme di dunia.
Diibaratkan dengan burung elang, yang ingin berusia lebih dari 70 tahun, tahap penderitaan melalui pergantian kuku dan paruh pada usia 40 tahun tidak mungkin dihindari.
Jika ingin berusia panjang, burung elang hanya memiliki satu pilihan yakni menderita dengan pergantian kuku dan paruh.
“Jika kita yakin berdasarkan data yang ada bahwa dunia pariwisata merupakan bisnis masa depan yang menjanjikan dalam era Milenial, kerja keras melalui pendidikan yang tidak mudah, harus dijalani. Harus ada semangat tempur untuk memenangkan persaingan global di bidang pariwisata dari hulu ke hilir," ujar Caturida.