Terkini Daerah
Video Detik-detik Banjir di Sulawesi Selatan, Update: 30 Tewas 25 Hilang Ribuan Warga Mengungsi
Pencarian korban banjir di Sulawesi Selatan masih terus dilakukan oleh BPBD.
Penulis: Atri Wahyu Mukti
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNWOW.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho memberikan update korban jiwa akibat banjir yang terjadi di 10 kabupaten atau kota di Sulawesi Tengah.
Hal itu ia sampaikan melalui akun Instagram miliknya @sutopopurwo, Kamis, (24/1/2019).
Hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang dan gelombang tinggi telah melanda wilayah Sulawesi Selatan pada Selasa (22/1/2019) siang.
Dari 20 kabupaten atau kota yang terdampak banjir diantaranya Kabupaten Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap dan Bantaeng.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tercatat 30 orang tewas, 25 orang hilang dan ribuan warga mengungsi.
Dari video yang diunggah tampak banjir merendam rumah-rumah warga.
Selain itu, terlihat juga atap rumah yang terbawa arus akibat derasnya aliran banjir.
• Banjir di Sulawesi Selatan, Sutopo: Listrik Padam hingga Sekitar 2 Ribu Warga Mengungsi
Terdengar juga jeritan para warga yang terkena musibah di Sulawesi Selaatan tersebut.
Berikut data sementara dampak bencana banjir dari BPBD Sulawesi Selatan, pada Kamis (24/1/2019) pukul 14.00 WIB:
"Sebanyak 30 orang meninggal dunia, 25 orang hilang, 47 orang luka-luka, 5.825 orang terdampak, 3.321 orang mengungsi, 76 unit rumah rusak ( 32 unit hanyut, 25 rusak berat, 2 rusak sedang, 12 rusak ringan, 5 tertimbun), 2.694 unit rumah terendam, 11.433 hektare sawah terendam banjir, 9 jembatan rusak, 2 pasar rusak, 6 unit fasilitas peribadatan rusak dan 13 unit sekolah rusak.
Data ini sementara dan kemungkinan berubah karena pendataan masih dilakukan oleh BPBD dan unsur lainnya.
Sebaran dari dampak bencana banjir, longsor dan puting beliung di wilayah Sulawesi Selatan tersebut adalah:
1. Kabupaten Gowa meliputi 16 orang meninggal dunia, 21 orang hilang, 46 luka, 2.121 orang mengungsi, 10 unit rumah rusak (5 rusak berat dan 5 tertimbun), 604 unit rumah terendam, dan 1 jembatan rusak.
2. Kota Makassar, sebanyak 2.942 orang terdampak, 1.000 orang mengungsi, dan 477 rumah terendam banjir.
3. Kabupaten Soppeng terdapat 1.672 ha sawah terendam. Pendataan masih dilakukan.
4. Kabupaten Jeneponto meliputi 10 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, 51 rumah rusak (32 hanyut, 19 rusak berat.
5. Kabupaten Barru meliputi 2 unit pasar, 1 fasilitas pendidikan, 1 fasilitas pemerintahan.
6.Kabupaten Wajo sebanyak 1.683 orang terdampak, 1.198 rumah terendam, 1.412 ha sawah terendam, 8 jembatan rusak, 4 fasilitas peribadatan rusak, 11 fasilitas pendidikan rusak.
7. Kabupaten Maros terdapat 4 orang meninggal dunia, 1200 orang terdampak, 200 orang mengungsi, 400 unit rumah terendam, 8.349 ha sawah, 1 fasilitas peribadatan
8. Kabupaten Bantaeng 1 unit rumah rusak sedang.
9. Kabupaten Sindrap terdapat 1 kk terdampak, 1 unit rumah rusak sedang.
10. Kabupaten Pangkep terdapat 1 orang hilang, 1 luka-luka, 28 rumah (1 rusak berat, 12 rusak ringan, 15 terendam), 1 fasilitas peribadatan, 1 fasilitas sekolah rusak," tulis Sutopo.
Dilansir oleh Kompas.com, Rabu (23/1/2019), Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah menerangkan bahwa penyebab banjir yang melanda enam wilayah di Sumsel akibat pendangkalan dam sungai Bili-bili dan eksploitasi sumber daya hutan di daerah hulu.
“Ini adalah gejala alam yang luar biasa. Penyebab banjir akibat pendangkalan dam sungai Bili-Bili yang sudah serius untuk ditangani,” katanya.
• PVMBG Ingatkan Potensi Banjir Lahar Dingin Pasca-Erupsi Gunung Agung
Dia menambahkan, upaya konservasi di hulu perlu segera dilakukan karena daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang sudah masuk kategori DAS super kritis.
Konservasi ini dilakukan agar tidak terjadi bencana serupa di kemudian hari.
“DAS Jeneberang itu sudah masuk kategori DAS yang super kritis akibat terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan di hulu seperti perladangan berpindah, dan sebagainya.
Sementara lebih cepat perusakan hutan daripada upaya konservasi yang dilakukan,” ujarnya.
(TribunWow.com/Atri)