Pilpres 2019
Ditertawakan Warga saat Salah Ucap dalam Bahasa Madura, Sandiaga Uno sampai Mengulang 3 Kali
Ada kejadian unik saat Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengunjungi Madura, Jawa Timur.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Ada kejadian unik saat Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengunjungi Madura, Jawa Timur.
Kejadian itu adalah momen saat Sandiaga Uno salah ucap dalam bahasa Madura, sehingga menuai gelak tawa dari masyarakat.
Sandiaga Uno bahkan sampai mengulang kata-kata yang ia ucapkan tiga kali sampai benar.
Dalam kunjungan ini, ratusan warga tumpah ruah menunggu kedatangan Sandiaga Uno di halaman Sentra Batik Tradisional Pasar 17 Agustus, Kabupaten Pamekasan, Minggu (20/1/2019).
Setibanya mobil rombongan Sandiaga Uno di akses jalan masuk Pasar 17 Agustus, warga yang sudah lama menunggu, langsung berebut untuk sekadar bersalaman dan berfoto bersama Sandiaga Uno.
Teriak histeris dari ibu-ibu pun pecah di halaman Sentra Batik Tradisional Pasar 17 Agustus Pamekasan untuk menyapa Sandiaga Uno.
• Survei Median: Selisih Elektabilitas Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Kian Menipis
Para warga yang sudah menunggu sekitar empat jam, langsung mengelilingi mobil tersebut.
"Pak Sandi, Pak Sandi, Masa Allah gantengnya," teriak ibu-ibu yang berdesak-desakan ingin bersalaman dan berswafoto ketika Sandiaga Uno sudah mulai keluar dari dalam mobilnya.
Sorak-sorai yang diiringi tepuk tangan kembali pecah di halaman Pasar 17 Agutus Pamekasan.
Awalnya, Sandiaga Uno tampak terus melemparkan senyum sambil terus berjalan menuju toko dari salah satu pedagang batik di Pasar 17 Agustus.
Di tengah desak-desakan warga yang datang, Sandiaga Uno terus berjalan lambat lalu masuk ke salah satu toko batik.
"Carikan saya batik yang bagus dan paling halus. Saya mau beli buat oleh-oleh. Ini berapa harganya? Oh hanya Rp 1 Juta. Oke kalau begitu saya ambil," ujarnya.
Sandiaga Uno juga memuji bahwa batik Pamekasan merupakan batik yang paling bagus.
"Apalagi ini Sentra Batik terbesar kan di Jawa Timur. Kalau saya jadi Wakil Presiden 2019, akan saya kenalkan Sentra Batik Pasar 17 Agustus ini sampai ke luar negeri. Akan saya carikan distribusi yang lebih gampang, agar perajin batik di Pamekasan lebih makmur dan sejahtera," tegasnya.
Setelah mengunjungi toko batik di Sentra Pasar Batik 17 Agustus Pamekasan, Sandiaga Uno langsung berjalan menunggu panggung utama untuk membacakan visi-misinya.
Sejumlah perwakilan dari pedagang batik di Sentra Batik Tradisional Pasar 17 Agustus Pamekasan diberikan waktu untuk memberikan pertanyaan. Namun sesi pertanyaan hanya berlangsung sebentar.
Karena langit sudah mulai gelap, dan Pasar 17 Agustus tak punya banyak pencahayaan lampu yang mendukung untuk berlangsungnya acara.
• Menuju Debat Pilpres ke-2, Fahri Hamzah: Lebih Baik Panelis Berat Sebelah daripada Ada Contekan
Ucapannya yang Salah Undang Gelak Tawa Warga

Datangnya Sandiago Uno di Sentra Batik Tradisional Pasar 17 Agustus Pamekasan begitu dinanti-nanti oleh pendukung dan tim pemenangannya.
Setibanya mobil rombongan Sandiaga Uno di akses jalan masuk Pasar 17 Agustus, warga yang sudah lama menunggu, langsung berebut untuk sekadar bersalaman dan berfoto bersama Sandiaga Uno.
Teriak histeris dari ibu-ibu pun pecah di halaman Sentra Batik Tradisional Pasar 17 Agustus Pamekasan untuk menyapa Sandiaga Uno.
Namun, teriak histeris tersebut seketika berganti dengan gelak tawa setelah Sandiaga Uno membuka salam dengan memakai Bahasa Madura untuk memulai menyampaikan visi-misinya di atas panggung utama.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mator sakalangkong. Ampon betoknah," ujar Sandiaga Uno melalui pengeras suara.
Sontak warga yang hadir langsung tertawa cekikikan mendengar perkataan Sandiaga Uno, yang bagi warga Pamekasan salah ucap.
Mengapa demikian?
Karman, warga Pamekasan yang turut hadir di lokasi mengatakan, Sandiaga Uno salah ucap dan salah maksud.
"Mungkin Pak Sandi ingin mengatakan 'ampon bektonah' yang artinya sudah waktunya. Hal tersebut bisa diartikan, pada Pilpers 2019 pasangan Prabowo-Sandi sudah waktunya memimpin Indonesia.
Karena jika merujuk pada arti kata 'ampon betoknah' yang diucapkan oleh Pak Sandi artinya itu 'sudah batuknya', dan itu nggak nyambung. Kan nggak ada warga yang batuk," jelasnya sembari tersenyum.
Sandiaga Uno tak ingin meyerah, ia pun tetap saja ingin mengucapkan kalimat tersebut sampai diulang tiga kali.
"Yang benar apa Ibu-ibu? Ampon betoknah. Ampon betoknah ya. Ampon bektonah. Sudah waktunya ya Ibu-Ibu, Prabowo-Sandi memimpin Indonesia. Amin ya Ibu-ibu," ujar Sandiaga Uno sembari tersenyum.
Ibu-ibu pun menyahut pertanyaan Sandiaga Uno dengan nada yang serentak.
"Iya Pak Sandi. Amin," riuhnya.
Berkunjung ke Sampang, Sandiaga Uno Punya Inisiatif agar Santri Jadi Pengusaha di Bidang Energi
Calon Wakil Presiden no urut 02, Sandiaga Uno ingin memastikan masa depan milik para santri.
Dalam kunjungannya di Pondok Pesantren Al Ihsan, Desa Jrengoan, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Sandiaga Uno mendapatkan sambutan hangat dari pengasuh pondok pesantren, Kiai Mahrus Abdul Malik dan para santri, Minggu (20/1/2019).
Para santri menyambut Sandiaga Uno dengan berjejer di pintu gerbang.
Mereka juga mendendangkan selawat yang diiringi alat musik gambus.
Kiai Mahrus Abdul Malik langsung memeluk Sandiaga Uno saat tiba di pondok pesantren.
Sandiaga Uno lalu masuk ke dalam rumah Kiai Mahrus Abdul Malik dan berbincang-bincang.
Setelah itu, Sandiaga Uno memberikan motivasi kepada para santri di gedung aula Pondok Pesantren Al Ihsan.
Saat ditemui oleh TribunMadura.com (TribunJatim.com Network), Sandiaga Uno mengatakan, semua orang harus memastikan masa depan merupakan milik santri.
"Saya punya inisiatif agar santri-santri ini menjadi santri yang pengusaha, salah satunya adalah di bidang energi," ujarnya.
Dirinya ingin para santri mampu mengkonversi sumber daya matahari, dan menjadikan tenaga surya menjadi tenaga listrik.
"Hal ini bisa dikerjasamakan dengan semua santri karena di Madura, sumber potensi listrik sangat besar," jelasnya.
Dan ia pun ingin menggagas dengan beberapa pesantren sebagai pilot projek untuk para santri memiliki keahlian khusus di bidang pemasangan solar panel sehingga bisa menghasilkan energi.
"Listrik ini merupakan salah satu biaya tertinggi di pesantren, kalau kita bisa kurangkan 40 persen, bisa digunakan untuk kesejahteraan dan lebih maju pesantrennya serta ekonomi yang lebih kuat," tutupnya. (*)