Pilpres 2019
Media Asing Soroti Capres-Cawapres Fiktif Nurhadi-Aldo yang Viral di Media Sosial
Sosok capres cawapres fiktif Nurhadi-Aldo yang viral di media sosial ternyata juga tak luput dari pemberitaan media asing.
Penulis: Vintoko
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNWOW.COM - Sosok calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) fiktif Nurhadi-Aldo yang viral di media sosial ternyata juga tak luput dari pemberitaan media asing.
Media asing, The Guardian menyoroti sosok Nurhadi-Aldo yang memiliki penampilan layaknya politisi mana pun.
The Guardian menyebut, sosok capres-cawapres fiktif Nurhadi-Aldo dibentuk oleh sekelompok milenial yang tidak puas dengan perpolitikan Indonesia.
• Dengarkan Pidato Capres Fiktif Nurhadi, Deddy Corbuzier Protes: Lho Gitu Tok?
Nurhadi-Aldo awalnya dikenal melalui media sosial dan menjadi viral dengan tagline-nya yang vulgar.
Bahkan dalam waktu beberapa bulan, akun Instagram Nurhadi-Aldo sudah diikuti oleh 400 ribu lebih dan ribuan pengikut di media sosial lainnya.
"Saya melihat gerakan ini sebagai angin segar bagi politik kita," kata Edwin, seorang pencipta sosok Nurhadi-Aldo, Edwin seperti dikutip TribunWow.com dari Theguardian.com, Jumat (18/1/2019).
“Ini adalah perspektif baru, cara baru untuk menikmati politik, dan drama politisi elit yang selalu berdebat, tetapi tidak benar-benar mewakili kita."
"Saya benar-benar menantikan untuk mendengar dari kandidat kami, tetapi kebanyakan mereka tidak menunjukkan kepada kami program mereka, atau menghasilkan solusi untuk masalah kami," imbuh Edwin.
The Guardian juga menyoroti debat pertama Pilpres 2019 yang digelar pada Kamis, (17/1/2019) malam.
Media itu menyebut, Nurhadi-Aldo sering menggunakan akronim vulgar yang dijadikan menjadi satu kebijakannya.
Seperti program subsidi internet dengan menggunakan "Program Anak Perusahaan Tagihan Warnet Bagi Umum" menjadi "Prostat Bau".
The Guardian juga menyebut Nurhadi dan Aldo juga pro-hak LGBT dan memiliki program "halal" untuk melegalkan ganja.
"Keduanya tidak terpikirkan dalam iklim politik Indonesia saat ini," tulis The Guardian.
• Cerita Capres Fiktif Nurhadi Naik Pesawat untuk Pertama Kali: Semua Dibiayai, Pulang Disangoni
Menurut The Guardian, Edwin menciptakan sosok Nurhadi-Aldo dengan bantuan tujuh orang muda yang ia temui melalui halaman komedi online.
Hal itu berdasarkan pada pemikiran setelah mereka bosan dengan kandidat presiden tahun ini.
Media asing itu menyebut, Nurhadi merupakan seorang tukang pijat dari Kota Kudus, Jawa Tengah.
"Sementara Aldo adalah fiksi murni, sebuah penyatuan dari dua wajah yang berbeda," tulis The Guardian.
Diketahui, pasangan calon presiden dan wakil presiden fiktif, Nurhadi-Aldo sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Nurhadi dan Aldo merupakan paslon fiktif buatan netizen.
Meski tidak benar-benar berpartisipasi dalam Pilpres 2019, paslon Nurhadi-Aldo memiliki banyak penggemar di media sosial karena nada "kampanye" mereka yang kocak.
Meski nada kampanye Nurhadi-Aldo cenderung kasar dan sedikit vulgar, gaya candaan mereka tetap disukai netizen.
Sosok keduanya seakan menjadi intermezzo menjelang pemilihan presiden 2019.
Di samping sosok Nurhadi-Aldo yang viral, tagar dan kalimat yang disampaikan keduanya juga viral.
Pada awalnya, tidak ada yang mengetahui siapa sosok di balik capres cawapres fiktif ini.
Hingga kemudian terungkap fakta siapa sebenarnya Nurhadi, sang calon presiden fiktif.
Nurhadi ternyata seorang tukang pijit asal Kudus yang memang gemar melontarkan kata-kata kocak.
Ketika ditanya tentang calon presidennya, Nurhadi justru tak tahu menahu.
"Saya malah tidak tahu dan tidak kenal siapa cawapres pasangan saya itu," tutur Nurhadi, Pria kelahiran Kudus, 10 Agustus 1969 kepada Kompas.com, Minggu (6/1/2019).
• Dengar Jawaban Capres Fiktif Nurhadi, Sudjiwo Tedjo Tertawa hingga Gebrak Meja
Diberitakan Tribunnews, Nurhadi adalah hasil imajinatif seorang warga yang mengaku berasal dari Yogyakarta.
Pada Desember 2018 lalu, seseorang yang mengaku bernama Edwin asal Sleman DIY, menghubunginya via aplikasi messenger.
Dalam obrolan itu, Edwin mengaku sangat mengagumi Nurhadi.
Awalnya, beberapa tahun lalu, melalui akun Facebook pribadi, Nurhadi membentuk "Komunitas Angka 10".
"Nah, kemudian ada orang yang mengaku dari Yogyakarta bernama Edwin. Dia yang mengikuti akun saya itu mengaku ngefans dengan saya. Apalagi pengikut saya di komunitas angka 10 mencapai puluhan ribu. Kata dia, unggahan-unggahan saya itu lucu dan menginsiprasi," kata Nurhadi.
Dari situlah kemudian capres dan cawapres bayangan, Nurhadi dan Aldo (Dildo) mulai tercipta.
Edwin terus intens berkomunikasi dengan Nurhadi.
Saat itu, Edwin meminta izin kepada Nurhadi apakah berkenan jika nama dan wajahnya diviralkan melalui medsos sebagai capres fiktif.
Nurhadi pun mengamini penawaran itu asalkan tidak melanggar hukum dan agama.
Apalagi, mereka sama-sama jengah atas situasi menjelang Pilpres 2019 yang menurut mereka sudah tidak sehat.
Maka, terbentuklah capres dan cawapres fiktif tersebut di medsos hasil karya Edwin yang disebutnya sebagai tim suksesnya.
Capres-cawapres fiktif itu hanya sebatas "dagelan politik" yang berisi sindiran-sindiran dengan politik saling sikut saat ini.
"Saya jawab, kenapa harus saya kok tidak orang lain saja. Kata Edwin sih saya lebih berpotensi tenar karena dikenal banyak pengikutnya. Ya sudah saya setuju dengan syarat dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebagai humor politik saja untuk meredam ketegangan suasana Pilpres 2019. Saya enggak mau terjadi keributan hanya karena beda pilihan presiden," ungkap Nurhadi.
(TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)