Breaking News:

Tsunami di Banten dan Lampung

Kisah Korban Tsunami Banten dan Lampung, Hamil 6 Bulan hingga Teriak Minta Tolong di Antara Jenazah

Bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pantai di Banten dan Lampung, terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam. Berikut ini kisah para korban tsunami.

Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Mohamad Yoenus
Twitter/@jamesmassola
Kondisi bangunan di tepi Pantai Anyer yang sudah porak poranda pasca diterjang tsunami. 

TRIBUNWOW.COM - Bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pantai di Banten dan Lampung, terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam.

Hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00 WIB, sebanyak 281 orang dikabarkan meninggal dikarenakan peristiwa nahas itu.

Namun, tak sedikit juga korban yang sudah selamat dan kini berada di pengungsian.

Mereka membagikan kisah saat memperjuangkan hidupnya dari hempasan gelombang tsunami.

Berikut ini TribunWow.com rangkum 5 kisah korban tsunami yang selamat.

1. Teriak minta tolong di antara banyaknya jenazah

Dilansir dari TribunJakarta.com, ombak setinggi lima meter menggulung Waryani (60) di kawasan Pantai Carita.

Ketika peristiwa itu terjadi, Waryani sedang berjualan di pinggir Pantai Carita bersama dengan suaminya.

"Kalau libur, saya sama suami nginep, soalnya ramai pengunjung hari libur gitu kang," tutur Waryani yang dijumpai di Puskesmas Carita, Senin (24/12/2018).

Kabar Istri Ifan Seventeen Dylan Sahara Ditemukan Ternyata Hoax, Ifan Tak Mau Pulang

Bani Seventeen Jadi Korban Tsunami Banten, sang Istri Ternyata Tengah Mengandung Anak Kedua

Saat itu, Waryani masih terjaga, sementara sang suami sudah tertidur pulas.

Ombak tinggi tiba-tiba datang dan menerjang warungnya.

Waryani pun terseret ombak hingga puluhan meter.

Beruntung, ia selamat karena tersangku di pohon.

"Itu saya cuma bisa istighfar kang ketika tersangkut, saya gak tahu kondisi suami saya," kata Waryani.

Begitu air surut, Waryani pun langsung mencari suaminya.

Ia kembali ke warungnya yang sudah porak poranda.

"Alhamdulillah itu ada si aki (Calim) ketiban warung lagi nangis minta tolong, saya langsung geser puing-puingnya," papar Waryani.

Waryani dijumpai TribunJakarta.com ketika tengah menunggu suaminya Calim mendapat perawatan akibat luka robek di telapak kakinya di Puskesmas Carita, Senin (24/12/2018).
Waryani dijumpai TribunJakarta.com ketika tengah menunggu suaminya Calim mendapat perawatan akibat luka robek di telapak kakinya di Puskesmas Carita, Senin (24/12/2018). (TribunJakarta.com/Dwi Putra Kesuma)

Waryani bercerita, meski sekujur tubuhnya sakit akibat luka yang disebabkan oleh gulungan ombak, ia terus menyusuri wilayah pantai sambil membopong suaminya Calim (72) yang sulit berjalan karena luka robek di telapak kaki kiri karena runtuhan puing-puing itu.

Kala itu, Waryani terus menangis sambil berteriak meminta pertolongan.

"Tolong saya, tolong saya," kata Waryani mengulang perkataaanya usai digulung ombak tsunami yang melanda kawasan Pantai Carita, Pandeglang, Banten.

Ia pun mengaku sudah pasrah apabila ada kemungkinan tsunami susulan.

"Saya jalan disekitar banyak korban bergeletakan ya Allah, saya cuma bisa pasrah. Kalau ada tsunami susulan sudah gak tahu mau menyelamatkan diri kemana, yang penting saya sudah sama si aki," imbuh Waryani.

Seventeen Jadi Korban Tsunami Banten, Elemen: Awalnya, Kami yang Harusnya Main di Acara Itu

Ia terus menyusuri jalan hingga akhirnya bertemu dengan anaknya yang membawa kendaraan roda dua.

Anaknya pun loangsung mengevakuasi dirinya dan Calim ke dataran tinggi untuk menyelamatkan diri.

2. Tak dapat selamatkan anak dan ibunya

Dilansir dari Tribun Lampung, Udin Ahok (49) hanya tertunduk lesu di atas puing-puing rumah yang hancur karena terseret ombak tsunami yang terjang Lampung pada Sabtu (22/12/2018) kemarin.

Mata Udin memerah menahan tangis saat ia bercerita soal dirinya yang tak sempat menyelamatkan ibunya Ema (70) dan anaknya, Muhammad Yusuf (1).

Cerita Korban Tsunami Banten Lampung, Udin Menunggu Keluarganya yang Terhimpit Reruntuhan
Cerita Korban Tsunami Banten Lampung, Udin Menunggu Keluarganya yang Terhimpit Reruntuhan (TribunLampung)

Menurut Udin, hingga saat ibu ibu dan anaknya itu masih tertimbun reruntuhan bangunan.

Awalnya, Udin sedang tedur saat peristiwa itu terjadi.

Ia tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan ibu dan anaknya.

“Baru sekitar tujuh menitan saya tertidur, tiba-tiba ombak datang dan langsung menghantam rumah saya," ujar Udin.

Udin mencoba keluar, namun pintu rumahnya ternyata terkunci.

Ketika ombak kedua yang membawa serta perahu, rumah Udin langsung roboh karena dihantam perahu itu.

Udin tak langsung melarikan diri. Ini berusaha untuk menyelamatkan keluarganya terlebih dulu.

“Nggak pikir panjang, saya langsung menyelamatkan istri. Karena posisi kepala istri sudah di atas air. Itu kondisi air tingginya sekitar dua sampai tiga meter. Saya coba angkat istri saya biar bisa keluar dari dalam rumah lewat atap rumah depan yang bolong," ujar Udin.

Jenazah Aa Jimmy Sudah Dimakamkan, Faank Wali Band: Saya Enggak Percaya Aa Turut Jadi Korban

Udin juga mencoba menyelamatkan anak keduanya dan ibunya kala itu, sayang nasib berkata lain.

Anak dan ibunya justru terhimpit bangunan rumahnya yang roboh itu.

Saat ini Udin hanya bisa berharap agar petugas gabungan Basarnas, TNI, serta relawan dapat segera menyelamatkan ibu dan anaknya dari puing-puing reruntuhan itu.

3. Sedang hamil enam bulan

Mengutip Tribun Lampung, Sulis (32) menceritakan kejadian saat gelombang besar terjang rumahnya saat ia dan dua anaknya hendak tidur.

Sulis sekarang sedang hamil anak ketiganya, dengan usia kandungan enam bulan.

"Waktu hendak menyelamatkan diri saya sempat jatuh. Suami saya menyelamatkan anak. Saya terendam luapan air. Saat itu, saya merasa hidup saya akan berakhir, sampai ada tetangga yang menarik tangan saya," tuturnya.

Begitu selamat, Sulis bersama suami, anak, serta tetangga itu langsung berlari menuju kaki gunung Rajabasa untukmenyelamatkan diri.

4. Air laut surut jam 7 malam

Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, seorang saksi mata bernama Kamila Aprianti (18), yang merupakan warga setempat, membagikan kesaksiannya.

Ia menuturkan saat itu melihat sekitar pukul 19.00 WIB, pantai di belakang Hotel Marina Anyer sempat surut.

"Ombak dari sore sudah besar, tapi pas jam 7 malam itu sempat menghilang dan air laut surut banget, saya sih belum berpikir macam-macam saat itu," cerita Kamila, Minggu (23/12/2018) dini hari.

Kemudian malamnya ombak besar datang dan mengguyur daratan.

Ombak besar itu terus naik hingga ke pekarangan hotel.

Kamila menceritakan saat itu ia berhamburan keluar bersama belasan pengunjung lainnya.

Ia juga mengatakan kala itu telah banyak wisatawan lain panik dan saling berteriak ada tsunami.

"Saya lihat di jalan sudah ramai sekali warga dan wisatawan lain, ada teriakan tsunami-tsunami, semua panik, jalan raya sudah tergenang air setinggi tumit saya, banyak yang berlarian dan bawa kendaraan masing-masing menuju arah bukit," kata dia.

Kondisi bangunan di tepi Pantai Anyer yang sudah porak poranda pasca diterjang tsunami.
Kondisi bangunan di tepi Pantai Anyer yang sudah porak poranda pasca diterjang tsunami. (Twitter/@jamesmassola)

5. Tergulung ombak sambil peluk anak

Diberitakan Tribun Lampung, Nasoha (45) warga Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, tak menyangka gemuruh yang didengarnay merupakan ombak besar.

Nasoha saat itu sedang bersama anaknya.

Saat ombak pertama datang, kata Nasoha, ia sempat keluar rumah dan mencari sumber suara.

"Pas keluar, ternyata air sudah naik ke rumah setinggi lutut. Saya cepat masuk lagi ke rumah narik anak untuk keluar," cerita Nasoha, Minggu.

Temukan Gitar Bass Milik Mendiang Bani, Ifan Seventeen: Kesayanganmu Aku Jagain

Nasoha sempat mengira air yang memasuki rumahnya hanyalah ombak pasang air laut.

Tetapi, lanjut Nasoha, ombak kedua setinggi empat meter lebih datang, dan langsung menghantam rumahnya.

"Saya nggak sempat ngapa-ngapain lagi. Sama anak cuma bisa pelukan saja. Terus dalam sekejap saya sudah tergulung ombak," tutur Nasoha.

Nasoha mengalami luka robek di lengan kanan dan telinga kanan, serta memar di pelipis mata kiri.

"Tapi syukur, saya masih bisa selamat. Tapi rumah saya rata, tidak berbentuk lagi," ucap Nasoha.  (*)

Tags:
tsunamiLampungBanten
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved