Breaking News:

Kaleidoskop 2018

10 Hoaks Paling Berdampak Selama 2018 Versi Kominfo: Ratna Sarumpaet hingga Penyerangan Tokoh Agama

Berikut ini 10 konten terindikasi hoaks yang disebut paling berdampak selama tahun 2018. Hoaks Ratna Sarumpaet berada di urutan atas.

Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Lailatun Niqmah
Capture Twitter-Balqis_sidiqia/Tribunnews
Ratna Sarumpaet menempati posisi teratas daftar konten hoaks sepanjang 2018. Simak daftar lengkapnya seperti rilis Kominfo berikut ini. 

TRIBUNWOW.COM - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memaparkan, ada 10 konten hoaks paling berdampak selama tahun 2018.

Dampak yang ditimbulkan dari konten-konten hoaks yang beredar itu pun relatif beragam.

Ada konten yang membuat masyarakat resah dan takut, hingga menjadi konten yang menarik perhatian masyarakar luas melalui pemberitaan di media massa.

Dilansir TribunWow.com dari rilis yang dikeluarkan oleh Kominfo, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas Komindo, Ferdinandus Setu, dalam siaran persnya Rabu (19/12/2018) menyampaikan, berdasarkan pemantauan mesin pengais konten Sub Direktorat Pengendalian Konten internet Direktorat Pengendalian Informatika Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, ada sejumlah konten terindikasi hoaks yang memiliki dampak luar biasa selama tahun 2018.

Berikut ini 10 konten terindikasi hoaks yang disebut paling berdampak selama tahun 2018:

Bertemu Rektor Al Azhar, Khofifah: Insya Allah, Provinsi Jawa Timur akan Kerjasama Pendidikan

1. Hoaks Ratna Sarumpaet

Polemik Ratna Sarumpaet
Polemik Ratna Sarumpaet (Tribunnews.com)

Konten hoaks paling berpengaruh merupakan hoaks soal pengeroyokan Ratna Sarumpaet.

Pemberitaan terkait penganiayaan Ratna Sarumpaet oleh sekelompok orang itu pertama kali beredar di laman Facebook pada tanggal 2 Oktober 2018.

Pemilik akun Swary Utami Dewi adalah yang pertama mengunggah konten hoaks soal Ratna.

Unggahan itu disertai dengan tangkapan layar (screenshoot) aplikasi pesan WhatsApp yang disertai foto Ratna Sarumpaet.

Konten tersebut kemudian diviralkan melalui Twitter dan diunggah kembali serta dibenarkan oleh beberapa tokoh politik tanpa melakukan verifikasi akan kebenaran berita tersebut.

Setelah ramai diperbincangkan, konten hoaks pun ditanggapi Kepolisian yang langsung melakukan penyelidikan setelah mendapatkan tiga laporan mengenai dugaan hoaks pada pemberitaan tersebut.

Berdasarkan hasil penyelidikan Kepolisian, Ratna diketahui tidak dirawat di rumah sakit dan tidak pernah melapor ke Polsek di Bandung dalam kurun waktu 28 September sampai dengan 2 Oktober 2018.

Saat kejadian yang disebutkan pada 21 September, Ratna diketahui tidak sedang di Bandung, tempat ia mengaku dipukuli.

Hasil penyelidikan menunjukkan Ratna datang ke Rumah Sakit Bina Estetika Menteng, Jakarta Pusat, pada 21 September 2018 sekitar pukul 17.00 WIB.

Direktur Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta mengatakan Ratna telah melakukan perjanjian operasi pada 20 September 2018 dan tinggal disana hingga 24 September.

Polisi juga menemukan sejumlah bukti berupa transaksi dari rekening Ratna ke klinik tersebut.

2. Hoaks Gempa Susulan di Palu

BNPB memastikan jika informasi akan ada gempa susulan dan tsunami sebesar 8,1 SR adalah Hoax alias tidak benar.
BNPB memastikan jika informasi akan ada gempa susulan dan tsunami sebesar 8,1 SR adalah Hoax alias tidak benar. (Capture/Twitter/@Sutopo_PN)

Kabar tentang gempa susulan di Palu beredar luas melalui broadcast pesan WhatsApp.

Kabar tersebut sangat meresahkan masyarakat Kota Palu yang kala itu sedang berduka.

Berita itu berdampak langsung kepada korban gempa dan tsunami yang masih mengalami trauma.

Dalam pesan berantai tersebut tertulis bahwa Palu dalam keadaan siaga 1.

Informasi menuliskan seorang yang bekerja di BMKG ketika selesai memeriksa alat pendeteksi gempa.

Pesan tersebut menyebutkan bahwa akan terjadi gempa susulan berkekuatan 8,1 SR dan berpotensi tsunami besar.

Namun, informasi itu hanyalah sebuah isu bohong.

Kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui akun media sosial mengonfirmasi faktanya tidak ada satu pun negara di dunia dan iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti.

3. Hoaks Penculikan Anak

Ilustrasi Penculikan
Ilustrasi Penculikan (TribunTimur.com)

Hoaks penculikan anak beredar luas di sejumlah media sosial seperti Facebook, Twitter dan Whatsapp.

Hoaks ini telah meresahkan masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak-anak yang masih kecil.

Di Twitter, hoaks yang beredar menyatakan pelaku penculikan anak telah tertangkap di Jalan Kran Kemayoran, Jakarta Pusat.

Namun, hal itu langsung dibantah Kapolsek Kemayoran Kompol Saiful Anwar yang mengatakan jika kabar penangkapan pelaku penculikan tersebut tidak benar.

Ia mengatakan jika laki-laki yang terdapat dalam video tersebut adalah seorang tukang parkir yang mengidap gangguan jiwa.

Tidak hanya di Kemayoran, di beberapa daerah juga beredar hoaks serupa dengan tambahan ilustrasi gambar yang bervariasi.

Hoaks itu menjadi isu nasional yang sangat mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat.

Pastikan Bebas 24 Januari, Ahok Tulis Surat untuk Istri Hoegeng Imam Santoso

4. Hoaks Konspirasi Imunisasi dan Vaksin

Ilustrasi pemberian vaksin
Ilustrasi pemberian vaksin (SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO)

Imunisasi memang kerap mendapatkan penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat.

Pasalnya, penolakan ini dikarenakan masyarakat mendapatkan sejumlah informasi yang tidak lengkap, tidak benar atau hoaks.

Satu di antaranya hoaks tentang vaksin imunisasi yang cukup viral adalah isu soal penyebaran virus atau penyakit melalui vaksin.

Dikabarkan vaksin yang digunakan untuk imunisasi mengandung sel-sel hewan, virus, bakteri, darah, dan nanah.

“Isu yang tidak benar itu menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap stigma masyarakat Indonesia tentang Imunisasi. Imbasnya masyarakat menjadi ragu bahkan takut untuk memberikan imunisasi pada anak-anak mereka,” ungkap Ferdinandus.

5. Hoaks Rekaman Black Box Lion Air JT610

Flight Data Recorder (FDR) yang merupakan bagian dari Black Box Pesawat Lion Air PK-LQP ditunjukan di dalam Kapal Baruna Jaya 1, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018). Flight Data Recorder (FDR) Pesawat Lion Air PK-LQP ditemukan oleh penyelam dari Batalion Intai Amfibi TNI AL.
Flight Data Recorder (FDR) yang merupakan bagian dari Black Box Pesawat Lion Air PK-LQP ditunjukan di dalam Kapal Baruna Jaya 1, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018). Flight Data Recorder (FDR) Pesawat Lion Air PK-LQP ditemukan oleh penyelam dari Batalion Intai Amfibi TNI AL. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan laut Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) menjadi isu yang banyak diperbincangkan di berbagai ruang publik dan media sosial.

Bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai isu yang meliputi berita, foto dan video yang disinformasi bahkan hoaks terkait peristiwa jatuhnya pesawat tersebut.

Kabar hoaks ini tentu menimbulkan banyak spekulasi dan keresahan di kalangan masyarakat, mengingat banyaknya jumlah korban pada tragedi maut tersebut.

Satu diantara isu yang tidak benar itu adalah beredarnya video di platform youtube yang diunggah oleh channel Juragan Batik Reborn pada tanggal 29 Oktober 2018 dengan judul “LION AIR JT610 tersebut Mengerikan Hasil Rekaman BLACK BOX”.

Setelah dikonfirmasi, didapatkan bahwa video tersebut bukan isi rekaman dari blackbox Lion Air JT610.

Video itu adalah tanggapan seseorang terkait video MAP detik-detik Lion AIr JT610 hilang kontak.

Sehingga judul konten yang tidak sesuai dengan isinya itu dapat dikategorikan sebagai konten disinformasi/Hoaks.

Adapun Black box Lion Air JT 610 ditemukan oleh Tim SAR TNI AL yang dipimpin oleh Panglima Komando Armada I Laksamana Muda Yudo Margono.

Kotak yang berisi informasi penerbangan ini ditemukan pada kedalaman 30 meter pada Kamis, 01 November 2018 pukul 10.15 WIB.

Jadwal Pasar Murah di Jakarta 12-31 Desember, Catat Lokasinya!

6. Hoaks Telur Palsu atau Telur Plastik

Telur
Telur (Gizmodo)

Pada awal 2018 masyarakat Indonesia digegerkan oleh berita hoaks mengenai telur palsu atau telur plastik yang beredar di pasar tradisional dan supermarket.

Berbagai foto dan video terkait proses pembuatan telur palsu banyak diunggah di youtube dan media sosial.

Bahkan beberapa yang menyebarkan mengatakan bahwa telur-telur itu diproduksi dari negara Cina.

Masyarakat dibuat resah karena telur telah menjadi salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Selain itu, isu telur plastik ini juga merugikan peternak ayam petelur dan para penjual telur.

Kementerian Pertanian dan Satgas Pangan Mabes Polri pun bergerak dan turun langsung ke lapangan guna menyikapi beredarnya berita-berita mengenai telur palsu tersebut yang ternyata hanya hoaks.

7. Hoaks Penyerangan Tokoh Agama sebagai Tanda Kebangkitan PKI

Perlu diketahui, hoaks terkait kebangkitan PKI sebenarnya bukanlah isu yang baru di Indonesia.

Namun, isu ini menjadi makin viral di tahun 2018, seiring dengan dinamika politik yang terjadi di Indonesia.

Beberapa kejadian bahkan dikaitkan dengan kebangkitan PKI.

Misalnya di awal 2018, terjadi kasus pemukulan terhadap seorang kyai atau tokoh agama.

Setelah tertangkap pelakunya ternyata adalah orang gila.

Namun, beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab menarasikan kejadian tersebut sebagai tanda-tanda dari kebangkitan PKI.

“Isu itu menimbulkan keresahan masyarakat. Pasalnya keberadaan PKI pernah menjadi catatan sejarah kelam di Indonesia,” terang Ferdinandus.

"Kebanyakan masyarakat Indonesia tidak ingin partai komunis yang telah lama dibubarkan itu bangkit kembali," sambungnya.

8. Hoaks Kartu Nikah dengan Empat Foto Istri

Baru-baru ini Kementerian Agama resmi menerbitkan kartu nikah bagi pasangan suami-istri.

Kartu nikah ini dinilai lebih efisien dan akurat.

Namun, setelah kartu nikah ini resmi diterbitkan, viral di media sosial sebuah gambar yang menunjukkan kartu nikah berwarna kuning dengan logo Kementerian Agama.

Yang menjadi ramai, dalam kartu tersebut tercantum empat kolom istri dan satu kolom suami lengkap dengan kolom nama dan tanggal pernikahan di masing-masing kolom istri.

Sebagian netizen menganggap hal tersebut hanya lelucon, namun tidak sedikit yang berspekulasi bahwa kartu tersebut adalah kartu legalitas untuk berpoligami.

Tapi, tentu konten itu adalah hoaks.

Bentuk kartu nikah yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Bimas Islam Kemenag memiliki warna dasar hijau dengan campuran kuning.

Di bagian atas kartu bertuliskan kop Kementerian Agama.

Di bagian tengah terdapat tiga kotak, dimana dua kotak di bagian atas untuk foto pasangan pengantin, sementara kotak bagian bawah akan diisi kode batang atau barcode yang jika dipindai akan muncul data-data lengkap tentang peristiwa nikah pemiliknya.

9. Hoaks Makanan Mudah Terbakar Positif Mengandung Lilin/Plastik

Kandungan lilin atau plastik yang terdapat di produk makanan tertentu kerap kali diberitakan oleh media.

Mulai dari biskuit, kerupuk sampai pada serbuk minuman sachet.

Dalam informasi tidak benar yang beredar, dikabarkan produk-produk tersebut mudah menyala saat terkena api.

Pada awal 2018 bahkan muncul isu adanya zat berbahaya dalam serbuk sebuah merk minuman kopi sachet.

Hal itu ramai diperbincangkan setelah adanya unggahan video seseorang menebarkan serbuk kopi tersebut ke api yang membuat nyala api makin besar dan menyambar.

Video itu lantas membuat resah kalangan konsumen.

Bahkan tidak sedikit yang kemudian menggunakan teknik membakar makanan hanya untuk membuktikan adanya kadar lilin atau plastik dalam makanan tersebut.

Padahal BPOM, melalui situs resminya memberikan penjelasan bahwa isu yang beredar itu tidaklah benar.

Pasalnya, semua produk pangan yang memiliki rantai karbon (ikatan antar atom karbon) serta mengandung lemak/minyak dengan kadar air rendah, terutama yang berbentuk tipis dan berpori, seperti kerupuk, crackers, dan makanan ringan lainnya pasti akan terbakar/menyala jika disulut dengan api.

10. Hoaks Telepon Disadap dan Chat WhatsApp Dipantau Pemerintah

Aplikasi WhatsApp
Aplikasi WhatsApp (www.whatsapp.com)

Pada awal 2018 beredar berita hoaks melalui broadcast message tentang pemantauan segala aktivitas pengguna ponsel oleh pemerintah.

Informasi itu menunjukkan pengguna ponsel akan disadap dan dipantau oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Aktivitas yang disebut dipantau pemerintah itu mulai dari panggilan telepon hingga media sosial.

Dalam pesan tersebut dikatakan kebijakan itu berkenaan dengan peraturan komunikasi baru dan jaringan keamanan dari BSSN.

Kemudian ditulis secara rinci apa saja yang akan dipantau oleh pemerintah mulai dari panggilan telepon, WhatsApp, hingga Facebook.

Kondisi itu lantas memunculkan pertanyaan masyarakat pengguna jejaring sosial.

Warganet merasa resah karena ruang media komunikasi yang dianggap privasi dipantau oleh pemerintah.

Namun, kabar tersebut tentunya tidaklah benar.

Menurut Plt Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu, selama ini Kementerian Kominfo merilis informasi mengenai klarifikasi dan konten yang terindikasi hoaks melalui portal www.kominfo.go.id dan stophoax.id.

“Oleh karena itu, Kementerian Kominfo mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan pengecekan dan penyaringan dulu sebelum menyebarkan informasi yang belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya,” pungkas Ferdinandus. (TribunWow.com)

Tags:
Kaleidoskop 2018Berita HoaksRatna SarumpaetKementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved