Kabar Tokoh
Soal Hasil Survei Masjid Radikal, Tengku Zulkarnain: Penelitian Abal-abal, Sekelas BIN Percaya
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain angkat bicara soal hasil peneltian adanya masjid radikal.
Penulis: Laila N
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain angkat bicara soal hasil peneltian adanya masjid radikal.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui acar Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang pada Selasa (27/11/2018).
Tengku Zulkarnain menyebut hasil penelitian Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) adalah abal-abal.
Tengku Zulkarnain bahkan menyindir Badan Intelejen Negara (BIN) yang percaya dengan penelitian tersebut.
"Penelitian ini saya katakan abal-abal,".
"Enggak kelas lah, 100 masjid diawasi cuma 4 kali khutbah. Setahun 1 masjid itu 52 kali khutbah,".
"Dan satu masjid di Jakarta ini umumnya hanya 1-2 kali khutbah dalam setahun, kalau 4 kali khutbah, saya enggak akan masuk itu (sambil menunjuk ke perwakilan P3M), atau mungkin masuk diawasi dari 52 khutbah," ungkap Tengku Zulkarnain.
Pembawa acara, Karni Ilyas lantas menimpali "Jangan-jangan kalau ikut di situ malah jadi radikal,".
• Potong Omongan Eggi Sudjana di ILC, Ali Ngabalin Ditegur Karni Ilyas: Jangan Urusan Itu
"Ternyata kan tidak semua BUMN coret, saya di masjid BUMN belum dicoret, sudah 19 tahun," jawab Tengku Zulkarnain.
"Tapi begitu direksi Garuda Indonesia berubah bulan lalu saya dicoret,".
"Ini mungkin gara-gara penelitian abal-abal ini," imbuhnya disambut tepuk tangan penonton dan tawa dari Ketua DP P3M Agus Muhammad.
"Di Telkom, saya ngajar di Telkom lama, terus tiba-tiba setelah keluar penelitian ini setahun yang lalu dicoret, dibilang radikal," ungkap Tengku Zulkarnain.
Lebih lanjut, Tengku Zulkarnain mengatakan jika pihaknya tidak mencari makan dari khutbah.
"Kami ini enggak cari makan dari ceramah pak,".
"Saya cuma tabligh, enggak cari makan dari ceramah, istri saya pun menolak makan uang ceramah, saya bekerja profesional, auditor bank, ada duitlah, seperti buat makan enggak habis, enggak perlu sampai makan uang ceramah," imbuh Tengku Zulkaranen.
Tengku Zulkarnain kemudian mengaku kesal lantaran BIN mempercayai penelitian tersebut.
"Yang saya kesalkan, BIN percaya penelitian ini,".
• Hotman Paris Datangkan Pengacara Amerika untuk Tuntut Boeing: Keluarga Korban Lion Air Hubungi Saya!
"Sekelas BIN percaya penelitian ini, aduh..aduh..aduh, ini penelitian ini enggak laku kalau di Universitas Sumatera Utara, ini dibuang ke tong sampah bener,".
"Meneliti itu mbok sekelas UI, sekelas UGM, gitu, libatkan majelis ulama, ormas Islam, Muhammadiyah, NU, ini NU juga bukan (nunjuk Agus), ditanya dari Rumah Kebangsaan? Enggak tahu dia siapa, jangan-jangan tuyul datang ke situ," sambung Tengku Zulkarnain disambut gelak tawa penonton dan Agus.
"Jangan begitu, ini menggegerkan nasional," imbuhnya.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.
Sebelumnya, Agus Muhammad, selaku Ketua DP Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat menjelaskan proses studi sehingga menghasilkan data 41 dari 100 masjid pemerintah di Jakarta, terpapar radikalisme.
Kriteria objek yakni yang pertama berada di Jakarta, kemudian Masjid bukan mushola, yang ketiga ada kegiatan tambahan di luar sholat berjamaah.
Agus menuturkan dalam menstudikan 100 masjid, relawan sebanyak 100 diturunkan untuk merekam 4 kali khotbah Jum'at berturut turut dalam satu bulan.
Dalam menentukan relawan, Agus mengatakan pihaknya menentukan dengan rekomendasi dari orang-orang terpercaya.
"Tugas relawan, merekam khotbah jumat, yang kedua merekam videonya, untuk memastikan suara di audio dan videonya sama, dan yang ketiga adalah mengambil bahan gambar bacaan yang ada disana," ujar Agus.
"Nah hasil rekaman di analisis oleh lima orang yang mempelajari,".
Kemudian dalam menganalisis, Agus menuturkan ada lima hal kriteria menentukan masjid teridentifikasi radikal atau tidak.
"Pertama adalah sikap terhadap konstitusi nasional, NKRI, Pancasila, UUD 45, kemudian Bhineka Tunggal Ika,".
"Kedua, sikap terhadap pemimpin non muslim, karena kita sebagai negara yang sudah menyepakati, maka semua orang punya hak yang sama untuk menjadi pemimpin,".
• Dapat Transfer Sumbangan Rp20 Ribu, Prabowo Langsung Tulis Surat pada sang Pengirim, Ini Isinya
"Kita ingin tahu sikap mereka terhadap agama yang lain, Yang keempat, kita ingin tahu sikap mereka terhadap kelompok minoritas, suku, adat, ya secara umum jumlah itu sangat minoritas,".
"Terakhir sikap mereka terhadap pemimpin perempuan seperti apa. Nah jika sikap mereka negatif, kita menganggap mereka sebagai radikal. Kalau semakin negatif sikapnya kita melihat itu semakin tinggi,".
Ada tiga level dalam menganalisis tingkat radikal yang dijelaskan Agus, yakni misalkan dalam pemimpin non muslim.
"Kalau level radikal rendah, sikap mereka tidak ikhlas non muslim menjadi pemimpin. Menurut saya ada potensi menjadi radikal,".
"Level sedang, dia sudah setuju untuk tidak boleh sama sekali (non muslim menjadi pemimpin). Untuk yang radikal tinggi, itu sudah memprovokasi," tutur Agus.

(TribunWow.com/Lailatun Niqmah)