Breaking News:

BI Prediksikan Indonesia Bisa jadi Negara Berpendapatan Menengah Atas pada 2024

BI memperkirakan prospek ekonomi Indonesia akan terus membaik ke depannya dan bisa jadikan Indonesia negara berpendapatan menengah atas.

Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
Kompas.com/Robertus Belarminus
Ilustrasi Bank Indonesia 

TRIBUNWOW.COM - Bank Indonesia (BI) memperkirakan prospek ekonomi Indonesia akan terus membaik ke depannya.

Sehingga bisa mengangkat Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas atau (upper middle income).

Dilansir TribunWow.com dari website resmi Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.id, hal tersebut disampaikan Gubernur BI, Perry Warjio, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2018, di Assembly Hall Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (27/11/2018).

"Kami perkirakan pada tahun 2024 mendatang, defisit transaksi berjalan akan menurun di bawah 2% dari PDB. Dan pendapatan per kapita akan meningkat dari sekitar 3.500 dolar AS dewasa ini menjadi lebih dari 4.800 dolar AS," kata Perry.

Djarot Saiful Hidayat Ungkap Keinginan Ahok jika Masuk Kembali ke Dunia Politik

Menurut Perry, ke depannya prospek ekonomi Indonesia akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas yang tetap terjaga.

“Dalam jangka menengah, kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi yaitu mencapai kisaran 5,5-6,1% pada tahun 2024," ungkap Pery Warjio.

Perry mengatakan, di tengah perkiraan ekonomi global yang tumbuh melandai, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 diperkirakan tetap meningkat hingga mencapai kisaran 5,0 hingga 5,4 persen.

Membaiknya pertumbuhan ekonomi didukung oleh tetap kuatnya permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi.

Selain itu, kinerja ekspor membaik dengan berlanjutnya peningkatan ekspor dan menurunnya pertumbuhan impor.

Mengenai inflasi, Gubernur BI memperkirakan pada 2019 akan tetap terkendali pada kisaran sasaran 3,5 plus 1 persen, dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile food dan administered prices, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar Rupiah.

"Sedangkan defisit transaksi berjalan 2019 akan turun menjadi sekitar 2,5 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) setelah dilakukan langkah-langkah pengendalian impor serta peningkatan ekspor dan pariwisata," paparnya.

Di sisi lain, fungsi intermediasi perbankan dan pembiayaan ekonomi dari pasar modal, menurut Gubernur BI, akan terus meningkat.

Sementara pertumbuhan kredit pada 2019 diprakirakan mencapai 10-12 persen, dan DPK (dana pihak ketiga) perbankan diperkirakan akan tumbuh 8-10 persen dengan kecukupan likuiditas yang terjaga.

"Percepatan pembangunan infrastruktur dan serangkaian kebijakan deregulasi yang ditempuh selama ini akan meningkatkan produktivitas perekonomian ke depan," katanya.

Selain itu, menurut Perry, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi juga didorong oleh serangkaian kebijakan reformasi struktural yang difokuskan pada peningkatan beberapa sektor.

Soal Pembangunan Infrastruktur, Jokowi: Semuanya Selesai Jelang Pemilu, Enggak Ngerti Juga Saya

Peningkatan itu seperti daya saing perekonomian, terutama aspek modal manusia dan produktivitas; kapasitas dan kapabilitas industri untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi defisit transaksi berjalan; serta pemanfaatan ekonomi digital untuk mendorong pemberdayaan ekonomi secara luas dan merata.

“Dengan akselerasi reformasi struktural di berbagai bidang tersebut, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6,1 persen pada tahun 2024 dengan defisit transaksi berjalan akan menurun di bawah 2 persen dari PDB.

Adapun pendapatan per kapita, akan meningkat dari sekitar 3.500 dolar AS dewasa ini menjadi lebih dari 4.800 dolar AS pada tahun 2024 sehingga meningkatkan Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas (upper middle income)," ungkapnya.

Pertemuan Tahunan Bank Indonesia diselenggarakan rutin setiap akhir tahun untuk menyampaikan pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian terkini, tantangan dan prospek ke depan, serta arah kebijakan Bank Indonesia.

Pertemuan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Pimpinan Lembaga Negara, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Kepala Daerah, pimpinan perbankan dan korporasi nonbank, akademisi, pengamat ekonomi, serta perwakilan sejumlah lembaga internasional.

Sementara itu, terkait perekonomian Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan jika ketidakpastian ekonomi dunia masih akan berlanjut.

Ini dikarenakan upaya untuk mendamaikan Amerika Serikat (AS) yang disebutnya sebagai negara dengan ekonomi nomor 1 dan China yang disebutnya sebagai ekonomi nomor 2 di KTT ASEAN dan KTT APEC, pertengahan bulan ini, tidak membuahkan hasil.

Fahri Hamzah: Belakangan, Jokowi Tidak Serileks Dulu, Saya Tidak Tahu Alasannya

“Indonesia saat itu mencoba dari pagi sampai siang untuk menjadi jembatan, menjembatani. Sana kelompok sendiri, sini kelompok sendiri, kita di tengah coba membuat jembatan agar ini bisa sambung. Tapi, sampai jam setengah tiga, gagal, enggak sambung,” kata Presiden Jokowi saat membuka Kompas 100 CEO Forum Tahun 2018, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (27/11/2018) siang.

Atas gagalnya AS dan China berdamai, Jokowi menuturkan, kondisi ekonomi dunia saat ini masih sangat berpotensi dilanda ketidakpastian. (*)

Tags:
Bank Indonesiasetkab.go.idKementerian Sekretariat NegaraIndonesia
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved