Breaking News:

Hari Guru Nasional

Hari Guru Nasional, Berikut 4 Kisah Inspiratif Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dari Berbagai Wilayah

Untuk mengenang besarnya jasa para guru, berikut Tribun Wow berikan 4 rangkuman kisah inspiratif guru hingga ada yang rela membahayakan nyawanya.

Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Bobby Wiratama
(China Daily)
Li Chongsu (60), selama 10 tahun terakhir mendayung perahunya untuk menjemput murid-muridnya yang kesulitan menuju ke sekolah karena tinggal di seberang sebuah bendungan. 

TRIBUNWOW.COM - Pernah mendengar ucapan kalimat tanpa tanda jasa?

Kalimat itu tentunya sudah tidak asing bagi kita, yakni mengartikan betapa besar jasa seorang guru.

Selain memegang tanggung jawab mencerdaskan generasi bangsa, terkadang dalam perjalanannya pun mereka harus menghadapi berbagai tantangan hidup yang bisa dengan mudah memperekecil niatnya untuk melanjutkan profesi.

Untuk mengenang besarnya jasa para guru, berikut Tribun Wow berikan 4 rangkuman kisah inspiratif guru hingga ada yang rela membahayakan nyawanya.

1. Sebrangi sungai menggunakan bambu

Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, Lusia, seorang guru di SD Negeri Nomor 27 Sungai Manyan, Kecamatan Dedai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, harus melewati derasnya air sungai ketika akan berangkat mengajar.

Hal itu diceritakan oleh akun Facebook Askiman Sintang, yang tak lain adalah Wakil Bupati Kabupaten Sintang kala itu, pada 18 Maret 2017.

Hari Guru Nasional, Mahfud MD: Waktu SD kalau Saya Dimarahi Guru, Orangtua Mengucapkan Terima Kasih

"Perjuangan seorang guru di pedalaman terpencil perhuluan kayan demi mencerdaskan kehidupan bangsa," demikian tulisan yang menyertai foto yang diunggah Askiman.

Terlihat sosok Lusia yang mengenakan seragam batik berwarna putih sedang meniti jembatan yang terbuat dari sebatang bambu dengan beberapa tiang sebagai pegangan.

Kepada Kompas.com, Askiman menuturkan, sosok Lusia dalam foto yang diunggahnya tersebut mulai mengajar dari tahun 2002 sebagai guru kontrak di daerah hingga tahun 2006.

"Kemudian pada tahun 2007 ia menjadi CPNS dan diangkat sebagai PNS pada tahun 2009 dengan golongan IIIb," ujar Askiman mengawali ceritanya.

Sekolah yang menjadi tempat Lusia mengajar memiliki 6 tenaga pengajar, termasuk kepala sekolah.

"Sebetulnya jarak dari rumah Lusia ke sekolah tidak terlalu jauh, kendalanya kalau banjir ya melewati sungai itu, selalu airnya di atas jembatan yang ada, jembatan itu sudah lumayan lama dibangun mungkin sekitar 20 tahun lalu," ungkap Askiman menuturkan apa yang disampaikan oleh Lusia.

Fakta Hari Guru Nasional, Sejarah, Perayaan hingga Promo bagi Guru di Berbagai Outlet

Lantaran tidak ada akses jembatan, ketika banjir, masyarakat di sana pun kemudian membuat titian alakadarnya supaya bisa melewati sungai itu.

Fasilitas di sekolah itu, kata Askiman, masih kekurangan buku pelajaran, WC sekolah dan pagar.

"Ada juga teman guru Lusia lainnnya dan anak yang harus jalan kaki ke sekolah dengan jarak sekitar 3 kilometer dengan kondisi jalan dan jembatan yang parah," ujar Askiman yang dilantik sebagai wakil bupati Sintang periode 2006-2021 pada 17 Februari 2016 yang lalu.

Namun Askiman menjelaskan, pemerintah daerah telah berupaya mangatasinya secara perlahan namun pasti.

Foto Lusia ketika menyeberangi sungai saat hendak berangkat mengajar yang diunggah akun facebook Askiman Sintang (18/3/2017)
Foto Lusia ketika menyeberangi sungai saat hendak berangkat mengajar yang diunggah akun facebook Askiman Sintang (18/3/2017) (Facebook/ @AskimanSintang)

2. Dayung perahu jemput muridnya

Kisah inspiratif lainnya, ada di kawasan Dazu, Chongqing, Tiongkok.

Seorang guru selama 10 tahun terakhir rela mendayung perahu untuk membawa murid-muridnya ke sekolah.

Sebenarnya ada jalan biasa, namun anak-anak itu membutuhkan waktu dua jam mengitari bendungan.

Pada 2007, Li Congshu (60) memiliki ide untuk membuat sebuah perahu kayu. Tanpa ragu, dia menggunakan uangnya sendiri untuk membuat sebuah perahu. Setelah perahu itu selesai, Li kemudian menggunakannya untuk menjemput murid-muridnya.

Lirik dan Kunci Gitar Lagu Iwan Fals Guru Oemar Bakri, Bercerita tentang Perjuangan Guru

Dengan menggunakan perahu, perjalanan menuju sekolah hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Tak hanya menyediakan perahu, Li juga menyiapkan jaket pelampung demi keselamatan anak-anak muridnya.

Setiap pagi, Li meninggalkan rumahnya pada sekitar pukul 07.30 dan berjalan 20 menit menuju dermaga tempat perahunya ditambatkan.

Dia kemudian mulai mendayung ke sisi lain bendungan untuk menjemput 13 muridnya yang sudah menunggu.

Usai jam sekolah, Li kemudian mengantarkan anak-anak itu pulang ke rumah. Semua dilakukan Li dengan sukarela dan tanpa memungut biaya sama sekali.

Saat ditanya mengapa dia rela mendayung untuk menjemput murid-muridnya, Li hanya mengatakan dia bahagia bisa melihat anak-anak itu bisa belajar di sekolah.

"Saya sangat bahagia bila melihat anak-anak belajar di sekolah, meski banyak yang mengatakan saya terlalu mencintai profesi ini," ujar Li.

Hari Guru Nasional, Ini 10 Film Tentang Perjuangan Guru Lengkap dengan Sinopsisnya

Saat ini, ujar Li, dia hanya memimpikan tiga hal dan semua impiannya terkait dengan kelangsungan pendidikan murid-muridnya.

"Saya ingin pemerintah segera membangun jalan sepanjang 3,2 kilometer agar murid-murid saya bisa ke sekolah lebih cepat," kata Li.

"Jika jalan belum ada, saya ingin membeli sebuah perahu motor karena saya semakin sulit mendayung pada usia saat ini," kata dia.

Satu impian Li lainnya adalah berharap ada seseorang yang mau menggantikan tugasnya karena tak selamanya dia kuat untuk mendayung perahu.

"Namun, saat ini saya akan tetap mendayung semampu saya demi membawa murid-murid saya," kata Li.

Li Chongsu (60), selama 10 tahun terakhir mendayung perahunya untuk menjemput murid-muridnya yang kesulitan menuju ke sekolah karena tinggal di seberang sebuah bendungan.
Li Chongsu (60), selama 10 tahun terakhir mendayung perahunya untuk menjemput murid-muridnya yang kesulitan menuju ke sekolah karena tinggal di seberang sebuah bendungan. ((China Daily))

3. Lewati jalan berlumpur

Dilansir dari TribunPekanbaru.com, kali ini kisah perjuangan dari seorang guru di pelosok Bengkalis, Riau.

Guru itu bernama Yogi, melewati jalan berlumpur saat menuju sekolah di SDN 12 Kecamatan Bantan Desa Teluk Lancar, tempat ia mengajar.

Dirinya harus berjuang setiap hari untuk pergi mengajar ke sekolahnya.

Tidak hanya mobil yang melewati akses jalan yang sering terkurung di lubang jalan berlumpur tempat akses ke sekolah, tetapi Yogi juga terkadang harus berjibaku lumpur saat kendaraannya tak mampu menghadapi lubang yang menangani itu.

Ucapan Selamat Hari Guru dalam Bahasa Inggris Beserta Artinya, Cocok untuk Dikirim Lewat SMS atau WA

"Kami juga terjatuh kadang karena kondisi jalan berlubang yang cukup dalam," ungkapnya.

Menurutnya, untuk sampai ke sekolah saja dirinya harus menghabiskan waktu sekitar satu jam dengan kondisi jalan yang rusak parah

Jika kondisi jalan bagus mungkin jalan tersebut bisa ditempuh lebih cepat sekitar setengah jam.

Tidak hanya hujan, kondisi air laut pasang juga menjadi hambatan untuk berangkat sekolah, karena saat air laut pasang jalan yang ditempuh rusak ini juga ikut tenggelam terendam air.

"Kalau sudah begini kami harus menunggu pasang ini surut baru bisa melintasi jalan. Kalau sudah begini terlambatlah sampai sekolah," ungkapnya.

10 Promo Khusus di Hari Guru Nasional, Diskon Harga Servis Motor hingga Makan 100% Gratis

Selain akses jalan, guru di pedalaman juga harus sabar dalam memberikan motivasi dan semangat belajar pada siswa.

"Kita harus sabar dalam memberikan motivasi ke anak anak didik, karena memang tingkat SDM di sini rendah, harus secara berlahan memberikan motivasinya," ungkap Yogi.

"Kita juga ingin keselamatan kita terjaga selama perjalanan saat pergi mengajar," terangnya.

Yogi juga berharap agar pemerintah memperhatikan kesejahteraan guru yang ada.

Terutama tenaga guru yang masih berstatus sebagai guru honorer sekolah.

4. Gambar detail layar MS word di papan tulis

Seorang guru TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) asal Ghana, menjadi viral di media sosial karena ada foto dirinya yang lagi menggambar tampilan Microsoft Word di papan tulis.

Dilansir dari laman kompas.com, guru tersebut bernama Richard Appiah Akoto, mengajar di SMP Betenase di Sekyedomase.

Sekolah tersebut belum memiliki komputer sejak 2011, sehingga Akoto pun menggambar tampilan Microsoft dengan kapur warna-warni di papan tulis hitam di depan sekitar 100 muridnya.

Untungnya, sudah ada beberapa donatur yang memberikan komputer desktop dan laptop, serta pusat pelatihan komputer, NIIT Ghana yang berbasis di Accra juga menyumbangkan lima unit komputer desktop dan tiga buku TIK, serta laptop pribadi untuk Akoto.

Richard Appiah Akoto menggambar MS Word di papan tulis
Richard Appiah Akoto menggambar MS Word di papan tulis (Facebook/ @Richard Appiah Akoto)

(*)

Tags:
Hari Guru NasionalGuruKalimantan BaratTiongkokRiauGhana
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved