Kabar Tokoh
Datangi Ulang Tahun PSI, Ini Ekspresi Jokowi Saat Grace Natalie Bahas 'Genderuwo' hingga 'Boyolali'
Di hari perayaan ulang tahun PSI, Ketua Umum Grace Natalie membahas politik genderuwo, sontoloyo, hingga wajah Boyolali dalam sambutannya.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-4 pada Minggu (11/11/2018) kemarin yang dihelat di ICE BSD, Tangerang.
Acara tersebut turut dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Polhukam Wiranto, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, dan juga ketua tim pemenangan Jokowi-Maruf, Erick Thohir.
Sebagai pembuka, Ketua Umum PSI Grace Natalie memberikan sambutannya dihadapan para tamu undangan dan seluruh kadernya.
Dalam sambutannya, Grace tampak membahas politisi 'genderuwo' hingga wajah Boyolali.
Awalnya, Grace Natalie membahas soal perbedaan mendasar yang dimiliki antara generasi optimis dengan politisi lama.
"Politisi jaman old melihat orang atau negara lain sebagai ancaman. Karena itu jangan heran kalau mereka pidato aneh-aneh. Akan menyetop semua impor lah, bahaya asing lah," ujarnya.
Menurut Grace, politik gaya alam itu adalah politik yang menebarkan ketakutan kepada rakyatnya.
"Politisi genderuwo, begitu kalau kata bro Jokowi," ujar Grace.
Tampak Jokowi yang menyunggingkan senyumnya begitu mendengar ungkapan Grace.
• Ulang Tahun ke-4 PSI, Grace Natalie Sebut Jokowi sebagai Harapan dari Keputusasaan Politik Indonesia

"Biasanya para genderuwo ini satu geng dengan politisi sontoloyo,"
Mendengar ucapannya ditiru lagi, Jokowi pun tampak menahan tawa.
Ia masih terus tersenyum mendengarkan pidato Grace.
"Politisi yang sukanya menyebar isu SARA, dan hoaks, dan kita bukan mereka," Grace melanjutkan pidatonya disambut tepuk tangan Jokowi dan seluruh kadernya.
Ia meyakini bahwa politik PSI adalah politik yang optimis, cerdas, kreatif, serta politik kegembiraan.
"Kita adalah generasi optimis yang melihat orang atau negara lain sebagai peluang atau kesempatan untuk kerjasama, berkolaborasi," tegasnya.
"Kita selalu berpikir bagaimana caranya agar fashion Indonesia bisa diterima di Paris, musik Indonesia bisa digandrungi di New York, dan animasi bisa diputar di bioskop-bioskop dunia. Itu perbedaan generasi optimis dengan para sontoloyo, dan genderuwo," ujarnya yang disambut tawa semua hadirin, termasuk Jokowi.
Grace kembali melanjutkan pidatonya.
Ia meyakini bahwa PSI nantinya akan merebut banyak suara di Pemilu 2019.
"Tunjukkan diri kalian. Wajah Boyolali, wajah Aceh, wajah Pekalongan, muka Singkawang, muka Ambon, Papua, kalian semua wajah pemenang, wajah Indonesia," ujarnya.
• Janji PSI jika Menduduki Kursi Parlemen, Grace Natalie: Kami akan Menjaga Pak Jokowi

Mendengar hal tersebut, Jokowi pun tak kuasa menahan tawa.
Melihat sang presiden tertawa lepas, seluruh kader PSI pun sontak meneriakkan nama Jokowi
"Jokowi, Jokowi, Jokowi," seru seisi ruangan.
lihat videonya disini:
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkenalkan istilah baru untuk menyindir politikus dengan sebutan 'genderuwo' usai menggunakan sebutan 'politikus sontoloyo'.
Hal itu disampaikan Jokowi saat membagikan 3.000 sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Kabupaten Tegal, Jumat (9/11/2018).
Dikutip dari Kontan.co.id, 'politik genderuwo' yang dimaksud Jokowi ditujukan kepada politikus yang kerap menyebarkan propaganda yang menakut-nakuti masyarakat.
Menurut Jokowi, di tahun politik saat ini, banyak politikus yang pandai memengaruhi.
"Yang tidak pakai etika politik yang baik. Tidak pakai sopan santun politik yang baik. Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran," kata Jokowi.
Tak hanya itu, setelah ditakut-takuti politikus itu kerap membuat sebuah ketidakpastian dan menggiring masyarakat yang tidak benar serta ragu-ragu.
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? itu sering saya sampaikan itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," tambah Jokowi.
"Jangan sampai seperti itu. Masyarakat ini senang-senang saja kok ditakut-takuti. Iya tidak? Masyarakat senang-senang kok diberi propaganda ketakutan. Berbahaya sekali," lanjut dia.
Sehingga, ia menilai jangan sampai propaganda ketakutan menciptakan suasana ketidakpastian, menciptakan munculnya keragu-raguan.
Apalagi, ia menilai aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, persaudaraan, kerukunan.
"Jangan sampai rugi besar kita ini, karena pas setiap lima tahun itu ada pilihan bupati, gubernur, wali kota ada terus. Jangan sampai (pecah) seperti itu," katanya.
• Rayakan Ulang Tahun PSI, Ketua Umum Grace Natalie Beberkan Dua Tantangan Serius bagi Indonesia
Penjelasan Jokowi soal 'Politik Genderuwo'
Jokowi menegaskan agar politisi menghentikan berpolitik layaknya genderuwo yang menakut-nakuti rakyat.
Sebab, di tahun politik saat ini diharapkan politik yang penuh dengan kegembiraan.
"Pesta demokrasi mestinya penuh dengan kegembiraan, penuh dengan kesenangan," kata Presiden kepada wartawan usai meresmikan tol di Kabupaten Tegal, Jumat (9/11) dikutip dari Kontan.co.id.
Apalagi, masyarakat kini sudah sangat matang dalam berpolitik, memberikan suara dengan memilih secara jernih dan rasional.
Sehingga, politikus harus mengarahkan kematangan dan kedewasaan berpolitik. Bukan dengan cara-cara berpolitik dengan propaganda yang menakut-nakuti, menimbulkan kekhawatiran, ketidakpastian, dan keragu-raguan masyarakat.
"Ini cara-cara berpolitik yang tidak beretika seperti ini jangan diterus-teruskan. Stop, stop!" tambah Presiden.
Tapi sayangnya, dirinya enggan membocorkan untuk siapa sindiran itu ia tujukan.
"Enggak, saya sampaikan itu politikus genderuwo, ya dicari saja politikusnya," tegas dia.
Tapi secara prinsip, Jokowi kembali menegaskan agar para politikus hijrah dari ujaran kebencian kepada ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme kepada optimisme, hijrah dari kegaduhan ke kerukunan dan persatuan.
• Ekspresi Jokowi saat Dipanggil Bro oleh Grace Natalie di Acara Ulang Tahun PSI
Politik Sontoloyo
Jokowi juga pernah memperkenalkan istilah 'Politikus Sontoloyo'.
Jokowi mengaku jengkel terhadap politikus yang mengadu domba, fitnah, dan memecah belah untuk meraih kekuasaan.
Ia mengatakan, karena jengkelnya, saat acara pembagian 5.000 sertifikat lahan di Lapangan Sepakbola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10/2018), keluarlah pernyataan 'Politikus Sontoloyo'.
Istilah itu ia gunakan untuk menyebutkan politisi yang melakukan praktik seperti yang ia sebutkan.
Dilansir dari Kompas.com, alasan itu diungkap Jokowi saat menerima pimpinan gereja dan rektor/ketua perguruan tinggi Kristen seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/10/2018).
"Sebetulnya ini dimulai dari urusan politik, yang sebetulnya setiap lima tahun pasti ada. Dipakailah yang namanya cara-cara politik yang tidak beradab, yang tidak beretika, yang tidak bertata krama Indonesia."
"Cara-cara politik adu domba, cara-cara politik yang memfitnah, cara- cara politik yang memecah belah hanya untuk merebut sebuah kursi, sebuah kekuasaan, menghalalkan segala cara," ujar Jokowi.
"Makanya saya sampaikan, politikus sontoloyo, ya itu, jengkel saya," lanjut dia.
Jokowi mengaku, selama ini ia menahan diri untuk tak mengeluarkan pernyataan seperti itu.
"Makanya saya sampaikan, politikus sontoloyo, ya itu, jengkel saya," lanjut dia.
Jokowi mengaku, selama ini ia menahan diri untuk tak mengeluarkan pernyataan seperti itu.
Akan tetapi, menurut dia, berlangsung cara-cara politik kotor hanya demi meraih kekuasaan baik di tingkat kota, kabupaten, provinsi, bahkan perebutan kursi presiden.
"Saya itu enggak pernah pakai kata-kata seperti itu. Karena saya itu sudah jengkel, keluarlah itu (sontoloyo). Saya tuh biasanya bisa ngerem. Tapi sudah jengkel, ya gimana," lanjut Jokowi.
• PSI Disebut Unicorn Dunia Politik, Raja Juli Antoni: Kado Terindah dari Big Bro Jokowi
Soal Tampang Boyolali
Sementara itu, istilah tampang Boyolali merupakan istilah yang dikeluarkan oleh calon presiden Prabowo Subianto.
Awalnya, dalam pertemuan dengan tim pemenangan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018), Prabowo membahas tentang akses kesejahteraan yang menjadi agenda besar timnya.
Dikutip dari Kompas.com, Selasa (6/11/2018), adapun satu di antara topiknya membahas tentang peningkatan kapasitas produksi karena menurut data yang mereka terima, terjadi penurunan kesejahteraan di desa.
Dalam isi pidato di hadapan tim pemenangan, Prabowo menyebutkan istilah 'tampang Boyolali' yang menjadi viral dan perbincangan publik.
Adapun bunyi pidatonya sebagai berikut:
"...Dan saya yakin kalian nggak pernah masuk hotel-hotel tersebut, betul? (Betul, sahut hadirin yang ada di acara tersebut). Mungkin kalian diusir, tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini. Betul? ((Betul, sahut hadirin yang ada di acara tersebut)."
Reaksi dari ucapan tersebut ternyata membuat belasan ribu warga Boyolali mendesak Calon Presiden (Capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Boyolali.
Dilansir TribunWow.com dari TribunSolo.com, Minggu (4/11/2018), seorang warga Boyolali, S Paryanto, mengatakan aksi yang terjadi saat ini murni merupakan gerakan masyarakat, tidak ada unsur politis sama sekali.
"Yang kami perlukan adalah Prabowo minta maaf kepada warga Boyolali secara terbuka, karena pidatonya yakni 'Tampang Boyolali' itu menyinggung perasaan warga Boyolali," ungkapnya kepada TribunSolo.com di Gedung Mahesa Boyolali, Minggu (4/11/2018).
Belasan ribu warga Boyolali tersebut memang terlihat tumpah ruah di dua titik lokasi yakni gedung Mahesa dan di jalan Pandanaran, khususnya di simpang siaga dan monumen susu segar, Boyolali.
Spanduk dan poster dengan berbagai tulisan tampak jelas mewarnai aksi tersebut, antara lain bertuliskan #SaveTampangBoyolali, #2019TetapTampangboyolali, Prabowo Harus Minta Maaf, Boyolali Bermartabat dan sebagainya. (TribunWow.com/ Ananda Putri Octaviani)