Pilot Lion Air Grup Bongkar Cara Maskapai Siasati Low Cost Carriers
Kapten pesawat Lion Air Grup, Vincent Raditya angkat suara soal pesawat berbiaya operator rendah atau low cost carriers.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Kapten pesawat Lion Air Grup, Vincent Raditya angkat suara soal pesawat berbiaya operator rendah atau low cost carriers.
Hal ini diungkapkan Vincent melalui YouTube miliknya, Vincent Raditya, Kamis (1/11/2018).
Mulanya, Vincent menceritakan seperti apa low cost carriers tersebut.
"Nah low cost carriers itu seperti apa? Mungkin banyak sekali orang yang tidak tahu, pandangan orang low cost carriers itu semua mengurangi ini, mengurangi orang dan sebagainya, guys kalian mau tahu low cost carriers itu apa?," ujar Vincent.
Ia bercerita ketika dahulu biaya pesawat mahal, kini orang yang bisa menikmati pesawat berbiaya rendah.
"Yang tadinya itu naik pesawat tadinya Rp 2,5 juta sekali naik, orang akan berpikir orang-orang yang tidak mampu itu bisa terbang, otomatis lahirnya low cost carriers, dan itu bukan hanya ada di Indonesia, banyak sekali di Eropa," tambahnya.
• Suaminya Meninggal saat Evakuasi Lion Air, Istri Penyelam Syachrul Anto: Allah Lebih Cinta Padamu
Pesawat berbiaya rendah tersebut biasanya digunakan airlines dengan cara mengganti seat penumpang.
Selain mengganti kursi penumpang, airlines berbiaya rendah juga mengakali pada waktu transit time.
Sehingga low cost carriers banyak terjadi delay karena memiliki jarak landing dan take-off yang sedikit.
"Harusnya sekali jalan tarik Rp 2,5 juta, tapi gimana caranya bisa jadi Rp 500 ribu, airlines berpikir keras, jadi kalau dulunya ada bussines class, saya hilangkan, bisa nambah 12 seat, jadi saya bisa bawa penumpang lebih banyak dengan kelas yang berbeda."
"Trus harga pesawat sama gak? mau yang pakai bussines class atau mau pakai yang ekonomi doang? kurang lebih sama, antara premium dan low cost carriers kurang lebih sama, operating cost-nya sama gak? Sama, lalu bagaimana caranya mereka membuat semua orang bisa terbang?."
"Ia tambahkan kursi penumpangnya, lalu transit time, berapa kali pesawat ini bisa mondar-mandir, otomatis jarak antara landing dan take-off lebih dikit, low cost carriers biasanya transit period-nya kecil, sedangkan premium airlines bisa sampai 1 jam jarak antara landing dan take-off jadi kemungkinan delay-nya kecil."
• Selain Roda Pesawat Lion Air, Tim Penyelam juga Temukan Baju hingga Buku Yasin dalam Kondisi Utuh
"Kalau pesawat yang premium airlines-nya transitannya gede, hari ini dia ada masalah sedikit, kayak misalnya penumpang terlambat ya nggak papa, dia landing dia recovery masih ada 50 menit, lah kalau low cost carriers dia cuma ada 20 menit atau 30 menit."
"Misalnya, setelah kalian mendarat kalian cuma ada waktu 30 menit untuk take-off lagi, lalu ada masalah misal penumpang udah check-in tapi gak ketemu-ketemu, nah udah hilang ceritanya, trus dia sekali terlambat di satu merentet tuh semua 30 menit, sekali delay di sini jadi 40 menit, nah dia akan kena lagi berikutnya, nah itulah low cost carriers," kata kapten Vincent.
Lihat videonya:
(TribunWow.com/Tiffany Marantika)