Kasus Hoaks Ratna Beri Sentimen Negatif ke Prabowo-Sandi serta Turunnya Pemilih Berpendidikan Tinggi
Peneliti LSI Denny JA mengatakan bahwa ada sentimen negatif pemilih pada pasangan Prabowo-Sandiaga pasca kasus Ratna Sarumpaet.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Kasus ujaran kebohongan Ratna Sarumpaet saat ini masih bergulir di kepolisian.
Sebelum dirinya mengakui kebohongan yang ia perbuat, diketahui Ratna merupakan tim pemenangan dari calon presiden (capres) nomor urut 02.
Pasca kejadian tersebut, Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei, Selasa (23/10/2018).
Peneliti LSI Denny JA mengatakan bahwa ada sentimen negatif pemilih pada pasangan Prabowo-Sandiaga.
Tepatnya, sebanyak 17,9 persen yang mulanya mendukung Prabowo kini mencabut suaranya.
"Sebanyak 17,9 persen responden memilih lebih tidak mendukung Prabowo-Sandi, sementara 11,6 persen lebih mendukung, 49,8 persen mengatakan sama saja, dan 20,7 persen menjawab tidak tahu," ujar Ikrama di Graha Rajawali, Jakarta Timur, Selasa (23/10/2018) yang dikutip dari Tribunnews.
Survei yang dilakukan pada 10-19 Oktober lalu ini juga memberikan efek penurunan elektabilitas Prabowo-Sandiaga pada survei sebelumnya.
• Hasil Survei SMRC Menangkan Jokowi, Djayadi Hanan: Dua Kali Lipat Pemilih Prabowo
Elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno pada Oktober 2018 sebesar 28,6 persen, turun dari September 2018 yang mencapai 29,2 persen.
Selain itu, para pemilih kelas terpelajar dan menengah ke atas kurang menyukai calon pemimpin yang mudah dikecoh atau terlalu reaksional pada kasus tertentu.
"Kalangan terpelajar dan segmen menengah ke atas kurang menyukai pemimpin yang mudah dikecoh dan reaksional," tambah Ikrama yang dikutip dari Kompas.com.
Ikrama mengatakan dari total jumlah responden yang berpendidikan tinggi, hanya 37,4 persen yang memilih Prabowo-Sandiaga Uno pada Oktober 2018.
Padahal kata dia, pada survei September 2018, sebanyak 46,8 persen responden berpendidikan tinggi memilih Prabowo-Sandiaga Uno.
• Soal Pemberantasan Korupsi, Jokowi: Kuncinya Bukan Penangkapan, tapi Membangun Sistem
Survei ini dilakukan dengan jumlah 1.200 responden dari seluruh Indonesia.
Sementara metode yang dilakukan yakni multistage random sampling serta pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan kuisioner.
Selain itu survei ini juga dilengkapi dengan Focus Group Discussin (FGD), analisis media, indepth interview, serta margin of eror plus minus 2,8 persen. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)