Kabar Tokoh
Sutopo: Tiap Bencana Saya Melihat Kehancuran Masif Bangunan, tapi Rumah Ibadah Selalu Tegak Berdiri
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo PN mengungkapkan rasa takjubnya terkait rumah ibadah yang tetap kokoh meskipun dilanda bencana.
Penulis: Maria Novena Cahyaning Tyas
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNWOW.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan rasa takjubnya terkait rumah ibadah yang tetap kokoh meskipun dilanda bencana.
Hal ini diketahui melalui cuitan di akun Twitter-nya (@Sutopo_PN) pada Sabtu (13/10/2018).
Sebagai pejabat BNPB, ia mengaku sering melihat kehancuran masif bangunan ketika dilanda bencana.
Namun yang membuatnya takjub adalah kebanyakan dari rumah ibadah tetap tegak berdiri.
Hal ini terjadi di tsunami Aceh tahun 2004, banjir bandang Bahorok (Langkat, Sumatera Utara) tahun 2003, tsunami Mentawai tahun 2010, dan yang terakhir gempa yang melanda Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Dalam setiap bencana besar, saya sering melihat kehancuran masif bangunan. Tapi rumah ibadah tetap tegak berdiri. Saat tsunami Aceh, banjir bandang Bahorok, tsunami Palu dll terlihat masjid dan mushola utuh. Saat tsunami Mentawai 2010 terlihat gereja utuh. Allah Maha Besar," tulis Sutopo.
Dalam cuitannya tersebut, Sutopo juga menautkan sebuah video yang memperlihatkan sebuah masjid di Sulteng tetap kokoh meski diguncang gempa berkekuatan 7,4 SR pada Jumat (28/9/2018) lalu.
Dua masjid utuh saat gempa Aceh tahun 2004
Diberitakan Tribunnews.com pada 27 Desember 2017, dua masjid di Provinsi Aceh utuh setelah diguncang gempa berkekuatan 9,2 SR serta terjangan tsunami setinggi 30 meter pada 26 Desember 2004 silam.
Masjid pertama adalah Masjid Rahmatullah yang terletak 500 meter dari bibir pantai.
Meskipun sekelilingnya tampak rata dengan tanah, namun masjid ini masih terlihat berdiri kokoh.
Selain Masjid Rahmatullah, Masjid Baiturrahman yang terletak di Banda Aceh juga utuh, meskipun keadaan sekitar tampak rusak parah.
Masjid ini menjadi saksi bisu kedahsyatan gempa yang melanda Aceh serta beberapa negara di kawasa Samudera Hindia yang lain.
Banjir bandang di Langkat, Sumatera Utara tahun 2003
Diberitakan Kompas.com pada 24 Agustus 2012, bencana yang terjadi bertepatan dengan bulan puasa, November 2003 silam ini memakan 129 korban tewas.
Dari 129 korban tersebut, tujuh di antaranya merupakan pelancong asing, lebih dari 100 orang dikabarkan hilang, serta 400 bangunan hancur.
Hal ini disebabkan oleh hujan lebat yang turun berhari-hari serta karakter khas alam hulu subdaerah aliran Sungai Bahorok yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 60 persen.
Banjir ini memakan banyak korban jiwa lantaran banyaknya bangunan yang berada di bantaran Sungai Bahorok.
Gereja utuh saat tsunami Mentawai tahun 2010
Sebuah fenomena unik terjadi pasca-tsunami yang melanda Kepulauan Mentawai pada 2010 silam.
Diberitakan Kompas.com pada 30 Agustus 2010, sebuah bangunan gereja yang terletak 100-200 meter dari bibir pantai yang tak hancur dihantam gelombang.
Tim peneliti Indonesia-Jerman menyebut bahwa gereja ini hanya mengalami pergeseran sejauh 1,5 meter.
"Ada sebuah bangunan gereja yang tidak hancur, tetapi hanya bergeser," ungkap Widjo Kongko, ketua tim peneliti dalam proyek tersebut, di Jakarta, Selasa (30/11/2010).
Bagian bawah gereja yang merupakan fondasi sedikit terangkat, tetapi tetap berada pada posisi yang sama. Namun, bagian tembok dan atap yang terbuat dari kayu bergeser sejauh 1,5 meter.
Beberapa rumah ibadah di Sulteng masih kokoh berdiri
Sementara itu, gempa yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulteng pada Jumat (28/9/2018) lalu itu juga menyisakan beberapa rumah ibadah yang masih tegak berdiri meski diguncang gempa 7,4 SR dan diterjang tsunami.
Melansir dari Tribun-Video pada Minggu (7/10/2018) seorang relawan dari Makassar bernama Anwar Faruq melaporkan sebuah masjid yang terletak di Donggala masih kokoh berdiri sementara bangunan di sekitarnya tampak rata dengan tanah.
"Assalamualaikum Wr Wb, saat ini berada di Donggala terlihat satu masjid yang masih berdiri dengan utuh sementara di sekelilingnya hancur," ucapnya.
Selain itu, ikon Kota Palu, yakni Masjid Arqam Bab Al Rahman atau yang lebih dikenal sebagai masjid terapung ini juga hanya mengalami sedikit kerusakan.
Hal ini diketahui dari unggahan seorang warganet di akun Instagram-nya (@jesinta_tan) pada Sabtu (29/9/2018).