Gejolak Rupiah
IMF Berpendapat Pelemahan Rupiah Terhadap Dollar AS Tak Perlu Dikhawatirkan Secara Berlebih
Hingga Selasa (9/10/2018) pukul 17.20 WIB, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 15.233 per dolar America Serikat (AS).
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNWOW.COM - Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan.
Mengutip dari bi.go.id, hingga Selasa (9/10/2018) pukul 17.20 WIB, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 15.233 per dolar America Serikat (AS).
Diberitakan Kontan.co.id, nilai tukar rupiah melemah di tengah mulai menguatnya sebagian mata uang Asia.
Penguatan mata uang terhadap the greenback tampak pada mata uang yuan China, peso Filipina, baht Thailand, dan yen Jepang.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya masih melemah.
• Atasi Pelemahan Rupiah, Menkeu dan Gubernur Bank Indonesia akan Lakukan Pembauran Kebijakan
Di sisi lain, indeks dollar pagi ini terkoreksi tipis ke 95,75 dari sebelumnya 95,76.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail mengatakan, indeks dollar AS berpotensi menguat di kisaran 95,5—95,9.
Selain itu, Kurs dollar AS juga berpeluang menguat terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia.
Penguatan dollar AS ditopang oleh keputusan People’s Bank of China (PBOC) yang menurunkan reserve requirement perbankan sebesar 1% di bulan Oktober.
“Keputusan ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut di tengah risiko perang dagang dengan AS,” ujar Mikail dalam riset, Selasa (9/10/2018).
Penurunan reserve requirement tersebut mendorong pelemahan yuan China sebesar 0,69% selama satu pekan terakhir ke level 6,92 per dollar AS.
Pelemahan yuan China membuat mata uang emerging market lainnya ikut melemah, termasuk rupiah.
Dengan hasil ini, Mikail memprediksi rupiah akan melemah ke level Rp 15.200—Rp 15.280 per dollar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Faisyal menyampaikan, penguatan dollar AS yang masih berlangsung kembali menjadi penyebab utama koreksi yang dialami kurs rupiah.
Belum lagi, yield US Treasury terus bergerak naik dan mencapai level tertingginya sejak tahun 2011.
“Kejatuhan pasar saham AS pada hari kemarin turut memperburuk kinerja mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia,” tambahnya.
Tekanan terhadap rupiah juga makin kuat setelah masalah defisit anggaran di Italia belum usai.
Ditambah lagi, rupiah kekurangan tenaga mengingat belum adanya data ekonomi terbaru yang dirilis.
• Direktur IMF Sebut Indonesia Tak Butuh Pinjaman Karena Perekonomian Sudah Berada di Tangan yang Baik
Menurut Faisyal, pelemahan rupiah masih akan berlanjut hingga penutupan nanti.
Prediksinya, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.200—Rp 15.270 pada hari ini.
Meski demikian, seperti yang TribunWow.com lansir dari Kompas.com, Dana Moneter Internasional (IMF) berpendapat, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ini tidak perlu dikhawatirkan berlebihan.
Hal ini disebabkan, pelemahan rupiah cenderung tak terlampau tajam terhadap mata uang mitra-mitra perdagangan Indonesia.
Kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld menuturkan, sejak awal 2018 atau year to date, nilai tukar rupiah melemah 10 persen terhadap dollar AS.
“Akan tetapi, depresiasi terhadap mata uang negara-negara mitra dagang Indonesia hanya sekitar 4 persen. Ini penting untuk dilihat dalam situasi pelemahan nilai tukar,” ujar Obstfeld dalam press briefing laporan World Economic Outlook pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018.
(TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani)