Breaking News:

Gempa Bumi

Kepala BMKG Ungkap Alat Pendeteksi Bencana yang Dimiliki Indonesia Masih Kurang

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorta Karnawati menyampaikan bahwa alat pendeteksi bencana di Indonesia masih kurang.

Penulis: Mutmainah Rahmastuti
Editor: Wulan Kurnia Putri
Capture/Youtube/Najwa Shihab
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat menjadi narasumber program Mata Najwa yang ditayangkan pada Rabu (3/10/2018). 

TRIBUNWOW.COM - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa alat pendeteksi bencana di Indonesia masih kurang.

Hal tersebut diungkapkan Dwikorita saat menjadi narasumber di program Mata Najwa Trans7 episode 'Bangsa Sadar Bencana' yang ditayangkan Rabu (3/10/2018).

Dwikorita menjelaskan bahwa untuk memasang alat pendeteksi harus berjuang keras, karena untuk memasangnya diperlukan sebuah lahan.

"Untuk mendapat lahan itu perlu perjuangan, apalagi untuk mendapatkan alat tersebut," ungkap Dwikorita.

Dirinya juga mengatakan bahwa untuk wilayah seluas Indonesia, seribu alat pendeteksi bencana saja masih kurang, sedangkan BMKG saat ini baru memiliki 175 alat pendeteksi.

"Kita baru punya 175, akhir tahun ditargetkan menjadi 200 alat pendeteksi," ujar Kepala BMKG.

Selain kurangnya alat pendeteksi bencana, belum ada kesadaran masyarakat untuk menjaga alat tersebut.

BNPB Intensifkan Bantuan Korban Gempa dan Tsunami Sulteng, Simak Informasinya

"Simulasi sudah dilakukan, kurikulum di pendidikan menengah juga ada, tapi belum membangun sikap," terang Dwikorita.

Dwikorita mengatakan Indonesia sering mendapat gempa karena berada di lempeng dan tumbukan, namun, dirinya mengakui mitigasi dan kesadaran akan gempa masih minim.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi.

Selengkapnya dapat disaksikan dalam video berikut.

Diberitakan sebelumnya dari TribunJakarta.com, BNPB meminta kepada BMKG untuk memasang alat pendeteksi tsunami yang lebih cangggih.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bahwa alat tersebut dapat bermaanfaat untuk memprediksi tanda-tanda terjadinya tsunami.

"Jalau menurut saya, memerlukan (alat pendeteksi tsunami), sangat memerlukan. Wilayah Indonesia itu yang rawan tsunami, kejadian tsunami sering terjadi dan menimbulkan banyak korban,” ujar Sutopo, Minggu (30/9/2018).

Sutopo menjelaskan, bahwa sebelumnya buoy (alat pendeteksi tsunami yang mengapung di laut) menjadi alat yang digunakan untuk mendeteksi tsunami.

Namun, buoy tersebut sudah tidak beroperasi sejak tahun 2012.

Adelia Geram saat Pasha Ungu Dituding Tak Bekerja Keras untuk Korban Gempa Palu

Selain itu, buoy juga kerap dirusak oleh oknum warga yang tidak bertanggung jawab saat berada di laut.

“Jadi tidak ada buoy tsunami di Indonesia. Sejak 2012 bouy sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang ya. Buoy tsunami yang memang diperlukan untuk memastikan bahwa tsunami ada sebagai salah satu bagian sistem peringatan dini,” ujar Sutopo.

Selain itu, Sutopo juga mengeluhkan pendanaan fasilitas untuk alat pendeteksi bencana yang setiap tahunnya mengalami penurunan.

Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan terkena bencana, seperti gempa atau tsunami.

"Dulu sempat hampir mendekati 2 triliun tahun ini hanya 700 miliar. Nah ini jadi kendala, di satu sisi ancaman bencana meningkat masyarakat yang terpapar resiko semakin meningkat kejadian bencana meningkat," ujar Sutopo. (TribunWow.com/ Mutmainah)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Sulawesi Tengah (Sulteng)Gempa di Sulawesi TengahSulawesi TengahDonggalaGempa Donggala
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved