Asian Games 2018
6 Fakta Polemik Bayaran Penari Asian Games 2018, Bukan Uang Honor hingga Penjelasan Sekolah
Beberapa siswa Penari Ratoe Jaroe Aceh pada Pembukaan Asian Games 2018 angkat bicara dan mengaku belum menerima pembayaran dari aksinya.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kabar belum dibayarnya para Penari Ratoe Jaroe Aceh pada Pembukaan Asian Games 2018 menjadi perbincangan hangat baru-baru ini.
Kabar tersebut berhembus kencang setelah menyebarnya pesan berantai di WhatsApp tentang curhatan seorang siswa yang tak kunjung menerima pembayaran dari pihak penyelenggara Asian Games 2018.
Pertunjukan Tari Ratoe Jaroe Aceh itu melibatkan sekitar 1.400 siswa SMA di Jakarta.
Beberapa siswa pun angkat bicara dan mengaku belum menerima pembayaran tersebut.
Mereka juga menolak bila uang yang seharusnya ia terima dialihkan untuk kegiatan yang lain yang ditawakan pihak sekolah.
Sementara, pihak INASGOC selalu penyelenggara mengklaim telah mentransfer uang pembayaran untuk para penari kepada sekolah.
• Hasil Sementara Polling Pilpres 2018 yang Dibuat Mata Najwa: Prabowo Unggul 10 Persen dari Jokowi
Pihak sekolah juga mengklaim baru menerima uang tersebut, dan mengatakan kalau uang tersebut bukan lah honor melainkan uang operasional.
Berikut 6 fakta terkait belum dibayarkannya uang penari Asian Games 2018 yang dirangkum TribunnewsBogorcom.
1. Siswa Dijanjikan Rp 200 Ribu Per sekali Latihan
Dikutip dari Warta Kota, panitia Penyelenggara Asian Games atau Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC), berikan honor sebesar 15 dolar AS atau sekitar Rp 200.000 per-hari untuk satu penari.
Pengakuan ini diutarakan oleh salah satu siswi yang turut menjadi penari Ratoeh Jaroe, inisial S (16).
Pengakuan S sampai saat ini pihak dari sekolah belum memberikan honor penari yang diperoleh dari INASGOC.
"Sama sekali belum terima (honor) itu dari sekolah. Enggak hanya saya, namun ada 82 teman saya lainnya di sekolah ini yang jadi penari saat pembukaan Asian Games juga belum dibayar. Ketika kami semua itu meminta kejelasan mengenai honor yang mereka terima dari sana (INASGOC) berkali-kali, pihak sekolah malah menawarkan jalan-jalan, cuman untuk kenang-kenangan," kata S, Rabu (19/9/2018).
Diketahui, tarian Ratoeh Jaroe melibatkan sebanyak 2.000 penari yang berasal dari 18 sekolah di Provinsi DKI Jakarta yaitu SMA 70, SMA 6, SMA 3, SMA 71, SMA 82, SMA 66, SMA 4, SMA 68, SMA 78, SMA 23, SMA 49, SMA 34, SMA 48, SMA 90, SMA 46, SMA 24, SMA Angkasa 1 Halim dan SMA Dian Didaktika. (M16)
2. Ditawari Jalan-Jalan dan Bikin Jaket
S menerangkan, ia dan 82 teman lainnya ogah menerima tawaran dari pihak sekolah.
Ia serta teman-temannya ingin mendapatkan honornya dalam bentuk tunai.
"Kami maunya uang tunai. Enggak mau jalan-jalan. Malahan katanya dana honor untuk membuat jaket. Enggak mau. Maunya tunai. Itu hak kami. Selama belasan hari, latihan menari dan itu dibayar per harinya," katanya.
3. Penjelasan Sekolah
Pihak SMA 23 Jakarta adalah sekolah dari siswi yang ceritanya menjadi viral soal honor tersebut memberi respon.
Edi Susilo, Wakil Kesiswaan SMA 23 Jakarta menegaskan pihak sekolah baru menerima transferan ketiga dari pihak Lima Arus selaku Event organizer yang menangani Asian Games pada malam kemarin.
"Pihak sekolah itu baru diberitahu ada transferan dari Lima Arus itu semalam. Karena kan kita berhubungannya melalui Lima Arus enggak terlibat langsung ke INASGOC," kata Edi saat ditemui di SMA 23 Jakarta, Rabu (19/9/2018) dikutip dari Warta Kota.
Edi mengatakan pihak Lima Arus memang telah melakukan kesepakatan dengan para siswi dan pihak sekolah terkait uang yang akan diberikan.
Total ada 83 siswi SMA 23 Jakarta yang menjadi penari Ratoh Jaroe terdiri dari 75 penari inti dan 8 penari cadangan.
4. Bukan Uang Honor, Tapi Operasional
Dalam kesepakatan itu, ia menyebut uang tersebut bukanlah uang honor melainkan uang operasional selama para siswi berlatih menjelang Asian Games.
"Memang ada perjanjian kita akan dikirim uang selama tiga kali. Namun didalam perjanjian itu sama sekali tidak ada kata-kata honor, hanya operasional," ujar Edi menambahkan.
"Yang ada itu hanya uang operasional yang sekolah gunakan untuk biayai seluruh kegiatan siswi saat latihan menari. Misalnya untuk uang transportasi, makan, sewa kendaraan, dan itu semua kami yang bayar pakai uang operasional itu. Jadi engga ada sama sekali yang namanya uang honor," tambahnya.
Edi mengatakan, rencananya paling lambat pada Jumat (21/9/2018) pihak sekolah akan memberikan sisa uang operasional itu ke siswi-siswinya.
"Paling lambat Jumat kami akan kasih uangnya, tapi tentunya setelah kami potong dengan uang operasionalnya mereka yang selama latihan di Senayan, Jakarta Pusat. Karena memang uang itu adalah uang operasional bukan uang honor," kata Edi.
Edi mengatakan terhitung sejak Mei 2018 total sebanyak 12 kali siswinya berlatih di GBK plus satu kali tampil saat pembukaan Asian Games.
Disanalah, uang operasional itu digunakan untuk keperluan transportasi, makan dan snack bagi para siswa.
Edi mengatakan, dalam kesepakatan yang ditandatangani pihak sekolah dengan pihak di Lima Arus tidak ada sama sekali tertulis uang honor.
• Izin Jokowi untuk Perjuangkan Kebenaran, SBY: Demi Martabat Saya sebagai Mantan Presiden
5. Penjelasan INASGOC
Dikutip dari Bolasport.com, Rabu (19/9/2018), INASGOC menjelaskan jumlah uang operasional 15 dolar AS atau sekitar Rp 223.000 per-hari untuk satu penari.
Selanjutnya, INASGOC juga memastikan pembayaran uang operasional telah dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada April, Juni, dan terakhir 17 September 2018.
Semua bukti pembayaran kepada sekolah terdokumentasi dengan lengkap.
"Panitia sangat berterima kasih kepada penari, guru dan orangtua mereka yang telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia," kata Sekretaris Jendral Inasgoc, Eris Herriyanto dikutip dari Kompas.com, Rabu (19/9/2018).
"Kerja keras dan penampilan penari tidak bisa dinilai dengan apa pun, tetapi apa yang telah dilakukan akan selalu abadi di hati dan benak seluruh rakyat Indonesia juga dunia," tambahnya.
6. Pemprov Ikut Awasi
Pelaksana Tugas (PLT) Dinas Pendidikan DKI Jakarta Bowo Irianto memberikan tanggapan terkait honor para penari Ratoeh Jaroeh di opening Asian Games 2018 yang dikabarkan bermasalah.
Diketahui honor yang sebelumnya telah dijanjikan belum sampai ke tangan para penari. Padahal pihak Inasgoc sudah serahkan ke pihak sekolah.
Bowo mengira pihak sekolah bisa saja tak mengetahui bahwa uang operasional tersebut rupanya sudah dikirimkan lantaran Inasgoc tidak mengkonfirmasi dulu.
"Mestinya dari Inasgoc kan memberitahu kepada Disdik juga kalau memang seperti itu. Kami memang sudah konfirmasi, bahwa katanya baru cair itu hari Senin kemarin dari Inasgoc," ujar Bowo Irianto di Gedung Dinas Teknis, Rabu (19/9/2018).
Saat ini ia sedang meminta data dari pihak INASGOC sekolah mana saja yang sudah diberikan uang operasional tersebut. Sehingga pihak Pemprov DKI Jakarta sendiri bisa segera menelusuri apabila benar terjadi permasalahan atau tidak.
"Makanya l kami sedang meminta data kepada INASGOC, sekolah mana saja yang mereka transfer. Sehingga kami bisa membantu untuk menelusuri. Kan begitu. Sementara (ini) kita nggak tahu. Kita menunggu," kata Bowo. (*)