Gejolak Rupiah
Denni Puspa Purbasari: Rupiah Melemah adalah Konsekuensi Logis
Deputi III Kantor Staf Presiden, Denni Puspa Purbasari memberikan penjelasan terkait dengan gejolak rupiah yang terjadi di Indonesia.
Penulis: Gigih Prayitno
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Deputi Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden, Denni Puspa Purbasari memberikan penjelasan terkait dengan gejolak rupiah yang terjadi di Indonesia beberapa hari terakhir.
Dilansir TribunWow.com, hal ini diungkapkan oleh Denni Puspa Purbasari melalui program ‘ROSI’ yang tayang di KompasTV pada Kamis (6/9/2018).
• Rupiah Bergejolak, Said Didu: Pemerintah Jangan Memberikan Pernyataan yang Tidak Masuk Akal
Awalnya, Denni Puspa Purbasari menerangkan bahwa pemerintah Indonesia sudah porposional memberi penjelasan terkait gejolak rupiah akhir-akhir ini.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika lebih disebabkan oleh faktor eksternal bukan internal.
“Memang tsunami yang terjadi di pasar keuangan ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kebijakan dari Federal Reserve yang menaikkan tingkat suku bunga. Ditambah dengan kebijakan fiskal yang sangat ekspansif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump” Jelas Denni Puspa Purbasari.
Akibat dari kebijakan fiskal ini membuat Amerika mengalami budget deficit yang besar, sehingga AS menjual surat utang kemudian menawarkan suku bunga yang lebih tinggi.
• Tanggapi Ancaman Sri Mulyani pada Spekulan, Kwik Kian Gie: Keterangan Menkeu Aneh
Pada saat yang sama ada dua suku bunga yang bergerak bersama di Amerika dan kedua suku bunga tersebut naik.
Naiknya suku bunga di Amerika mengakibatkan semua uang yang mengalir dari Amerika yang masuk ke emerging market termasuk Indonesia sejak 2008 kembali ke Amerika.
Denni juga menjelaskan bahwa penarikan uang dari Amerika ini terlalu cepat, sehingga terjadi sudden reversal, pembalikan modal asing secara masif ke Amerika.
• Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Terus Menurun, Faisal Basri Berikan Beberapa Langkah Taktis
Selain itu juga pemerintah sudah mengatakan berkali-kali bahwa sejak lama masalah kita adalah current account defisit yaitu defisit neraca berjalan.
“Masalah account defisit ini tidak hanya terjadi tahun 2012 lalu, tapi ini adalah masalah sejak lama,” Terang Denni.
Denni juga menerangkan apa yang terjadi dengan perekonomian Indonesia di masa lalu.
“Dulu kita mengalami twin deficit sejak 1980-an baik ketika harga minyak jatuh pada sesi pertama, kemudian terjadi devaluasi 28 persen, kemudian terjadi lagi penurunan harga minyak yang lebih drastis karena kita bersandar penuh pada ekspor minyak, jadi tahun 86 indonesia mengalami devaluasi lagi sebesar 38 persen” Jelas Denni
“Kalau kita melihat rupiah semakin lemah, ini adalah konsekuensi logis,” Kata Deputi III Kantor Staf Presiden itu.
Denni mengungkapkan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi sudah berusaha dengan melakukan structure adjustment seperti membangun infrastruktur, membuat iklim usaha menjadi lebih bagus, dan kualitas sumber daya manusia yang lebih bagus juga sehingga krisis yang terjadi pada tahun 1998 tidak akan terjadi di 2018.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini.
(TribunWow.com/Gigih Prayitno)