Gejolak Rupiah
Darmin Nasution: Jangan Bandingkan Krisis Ekonomi Indonesia dengan 20 Tahun Lalu
Darwin Nasution meminta masyarakat tidak membandingkan krisis ekonomi Indonesia saat ini dengan 20 tahun yang lalu, yaitu tahun 1998.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, meminta masyarakat tidak membandingkan krisis ekonomi Indonesia saat ini dengan 20 tahun yang lalu, yaitu tahun 1998.
Hal tersebut diungkap Darmin seusai melakukan pertemuan dengan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Rabu (5/9/2018), dilansir TribunWow.com dari Kompas Tv.
Menurut Darmin perbedaan titik awal rupiah saat ini berbeda bila dibandingkan 20 tahun lalu.
"Jangan bandingkan Rp 14.000 sekarang dengan Rp 14.000 tahun lalu. 20 tahun lalu itu berangkatnya dari 2.800 naik ke 14.000 ribu," ujar Darmin.
• Ferdinand Hutahaean Sebut Jokowi Tidak Menguasai Masalah Gejolak Rupiah
"Nah, jadi maksud saya cara membandingkan, dijelaskan, gak sama dari kenaikan dari Rp 14.000 ribu sekian dengan dari Rp 2.800 sekian," ujarnya lagi.
Kompas Tv mencoba membandingkan hitungan gejolak rupiah dengan tahun 1998 dan 2018.
Pada September 1997 rupiah diangka Rp 3.030 dolar AS dan terdepresiasi 245% kemudian berada diangka Rp 10.725 dolar AS pada September 1998.
Sedangkan pada September 2017 rupiah diangka Rp 13.345 dolar AS dan terdepresiasi 11% kemudian berada pada angka Rp 14.815 dolar AS.
• Rupiah Melemah, Warga Ramai Tukarkan Dolar hingga Ratusan Juta
Jika rupiah terdepresiasi dengan persen yang sama pada tahun 1997 ke 1998 maka rupiah akan berada di angka Rp 47.241 dolar AS.

Diberitakan sebelumnya, Jokowi mengungkapkan kunci menghadapi merosotnya rupiah yakni dengan meningkatkan investasi dan ekspor.
Hal tersebut diungkapkan Jokowi saat menghadiri Pelepasan Ekspor Mobil Toyota, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/9/2018) pagi, dilansir TribunWow.com dari situs resmi Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.id, Rabu (5/9/2018).
• Rupiah Bergejolak, Sandiaga Uno Harap Kaum Millenial Kurangi Wisata ke Luar Negeri
“Kuncinya memang hanya ada dua, di investasi yang harus terus meningkat dan ekspor yang juga harus meningkat sehingga bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan," ujar Jokowi.
Jokowi juga mengingatkan pelemahan nilai tukar mata uang negara terhadap dolar AS tidak hanya dialami Indonesia.
“Ini adalah faktor eksternal yang bertubi-tubi, baik yang berkaitan dengan kenaikan suku bunga di Amerika, yang berhubungan dengan perang dagang AS – China, maupun yang berkaitan dengan krisis di Turki dan Argentina,” kata Jokowi.
Yang paling penting, tegas Jokowi, kita harus waspada dan hati-hati.
• Rupiah Melemah, Dahlan Iskan Beri Tanggapan
Jokowi kemudian melakukan koordinasi di sektor fiskal, moneter, industri, dan dengan pelaku-pelaku usaha.
Jokowi menjelaskan, bahwa pemerintah telah memproses dan sudah berjalan mandatory Biodiesel 20 (B20) yang berlaku per 1 September 2018.
Kebijakan ini diyakini Presiden akan mengurangi impor minyak yang tidak sedikit.
“Perkiraan kita hampir 5 miliar dollar AS,” ujar Jokowi.
Selain itu, kalau CPO (minyak kelapa sawit) akan dipakai sendiri untuk B20, menurut Jokowi, nantinya suplai ke pasar akan menjadi naik, sehingga diharapkan harga CPO juga akan merangkak naik.
• Jokowi: Kunci Hadapi Rupiah Merosot adalah Investasi dan Ekspor
Sementara itu, terkait pemakaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), Jokowi telah meminta kepada kementerian, swasta, terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar pemakaian local content ini betul-betul diperhatikan.
Jokowi meyakini, akan ada penghematan 2 hingga 3 miliar dolar AS. (TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)