Pilpres 2019
Andi Arief: Bagaimana Prabowo Bisa Kalahkan Jokowi Bukan Bergantung pada Fatwa Langit Amien Rais
Andi Arief menuliskan sejumlah catatan mengenai kekalahan Prabowo Subianto dari Jokowi di tahun 2014 dan cara untuk memenangkannya di 2019 mendatang.
Penulis: Laila N
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Politisi Partai Demokrat Andi Arief menuliskan sejumlah catatan mengenai kekalahan Prabowo Subianto dari Jokowi di tahun 2014 dan cara untuk memenangkannya di 2019 mendatang.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui laman Twitter pribadinya pada Sabtu (25/8/2018).
Andi Arief mengungkapkan apabila Prabowo bisa kalah lantaran Joko Widodo (Jokowi) memanfaatkan sejumlah sektor, seperti pendidikan dan kesehatan zaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sementara itu, Andi Arief juga mengatakan jika kemenangan Prabowo di Pilpres 2019 bukan bergantung pada hasil Ijtima Ulama dan fatwa langit Amien Rais.
Melainkan bergantung apa apa yang ditawarkan kepada rakyat yang lebih dari era SBY dan zaman Jokowi.
Berikut tulisan lengkap Andi Arief mengenai hal tersebut.
"Jaring Pengaman Sosial 10 th dibangun sistem dan pendanaannya oleh SBY, dilanjutkan hanya sebagian lalu ada modifikasi kartu oleh Jokowi.
Bukan GBHN yg diperlukan, komitmen utamakan rakyat yang dibutuhkan.
• Update Peringkat Sementara Asian Games 2018, Indonesia Terus Tambah Perolehan Emas
Kenapa Prabowo kalah oleh Jokowi tahun 2014 terutama di kalangan wong cilik?
Karena Jokowi memanfaatkan mandatory apending sektor pendidikan dan kesehatan jaman SBY yg hanya diubah dengan kartu.
Jokowi berhasil klaim sukses SBY ke dalam dirinya.
Mengapa jika dalam survey Jokowi didukung rakyat berpendidikan rendah kategori miskin, itu karena Jokowi identik dengan bantuan dana pendidikan dan kesehatan utk rakyat miskin peninggalan SBY.
Soal infrastruktur tambahan kecil.
Kekalahan Prabowo di 2014 karena Ia tak eksploitir keberhasilan SBY selama 10 tahun terutama dalan mengurus rakyat yang kongkret dan tak menjanjikan program itu akan diteruskan.
Jokowi yg klaim itu lewat kampanye kartu.
Jokowi tidak banyak berbuat untuk rakyat tapi dianggap kerakyatan karena rakyat identikkan dana kesehatan dan pendidikan yg mandatory peninggalan SBY adalah upaya dirinya.
Memang ini tidak salah, keberuntungan menjabat setelah pemerintahan berhasil.
Bagaimana Prabowo bisa mengalahkan Jokowi di 2019 bukan bergantung pada ijtima' ulama atau fatwa langit Amien Rais, tetapi bergantung pada apa yg ditawarkan buat rakyat yg lebih dari SBY dan dilanjutkan Jokowi saat ini.
Ini bukan pilkada DKI, ini pilpres.
Amien Rais Sahabat dan Guru saya di UGM, ikut bersama kami mahasiswa 1992 an melawan Soeharto.
Tapi Pak Amien selalu keok dalam politik elektoral Pilpres karena tesisnya Islam pemilih mayoritas.
Terbukti isu agama selalu kalah di Pilpres.
Di 2019 Prabowo ikut nasehat Pak Amien.
Partai Demokrat dan SBY yg sukses dua pilpres dengan isu kerakyatan, meski bersama Pak Amien dalam koalisi saat ini memenangkan Prabowo tentu siap berbeda cara dan taktik pemenangan.
Kardus itu simbol plin-plan, Prabowo harus pilih jalan yg tepat untuk menang.
• Sindir Jokowi, Ratna Sarumpaet: TNI Itu Alat Pertahanan Negara, Bukan Humas Presiden

Islam di Indonesia ini punya sejarah yang unik, Jangankan urusan coblosan di bilik suara, menyangkut puasa, hari raya dan berbagai ibadah saja bisa berbeda.
Tidak ada centralisme.
Tak mungkin ada seorang tokoh Islam bisa mengatur semua prilaku memilih Islam dalam Pilpres.
Partai Demokrat akan berjuang maksimal untuk mengubah keadaan.
Tidak mudah memang, karena rumor di rakyat Jokowi kuar karena lawannya tidak kuat.
Partai Demokrat akan mengajak Prabowo untuk kembali ke Revolusi Putih Plus.
Dulu Revolusi Putih ini pernah digagas Prabowo.
Mudah2an dengan Revolusi Putih plus tawaran Demokrat bisa menjadi alternatif," tulis Andi Arief.
• Rizal Ramli Sebut Sri Mulyani Hanya Berani Debat dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan: Payah

Diketahui, sebentar lagi, masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi pemilihan presiden 2019.
Para tokoh politik telah membuat keputusan sesuai pilihan partai untuk berkoalisi.
• Jokowi Minta TNI/Polri Sosialisasi Capaian Pemerintah, Rocky Gerung: Dia Tak Paham Cara Bernegara
Terdapat dua pasangan bakal capres dan cawapres, yakni Jokowi-Ma'ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Jokowi-Ma'ruf Amin diusung oleh partai PDIP, Partai NasDem, Hanura, Golkar, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Persatuan Pembangunan, Perindo, serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno diusung empat parpol, yakni Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat.
Kedua paslon tersebut telah mendaftarkan ke kantor Komisi Pemilihan Umum ( KPU), Jakarta Pusat pada Jumat (10/8/2018) siang. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)