Breaking News:

APBN Dinilai Cukup Ekspansif, IHSG Berpeluang Menguat Besok

Analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaskan pidato kenegaraan yang mengindikasikan APBN di Indonesia cukup ekspansif dinilai mempengaruhi IHSG.

Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Lailatun Niqmah
Tribunnews.com
Ilustrasi pergerakan harga saham 

TRIBUNWOW.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan penguatan 108,39 poin atau 1,87 persen menjadi 5.892,19 pada Senin (20/8/2018).

Dilansir TribunWow.com dari Kontan.co.id pada Senin (20/8/2018) Analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaskan pidato kenegaraan yang mengindikasikan APBN di Indonesia cukup ekspansif dinilai mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini.

Selain itu, kenaikan Dow Jones sebesar 400 poin saat libur beberapa hari yang lalu, negosiasi Amerika Serikat (AS) dengan Cina mengenai perang dagang juga mempengaruhi pergerakan IHSG.

Edwin memprediksi, IHSG hari ini berpeluang mengalami kenaikan dengan rentang 5.850 sampai 5.940 pada perdagangan besok.

Namun kenaikan IHSG diperkirakan tak akan sebesar hari ini.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pergerakan nilai tukar rupiah.

Menurut Edwin, kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia belum bisa membuat rupiah menguat.

Diberitakan dari situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id pada Rabu (15/8/2018) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan  BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

Keputusan RDG ini dipengaruhi oleh adanya ketidakpastian ekonomi global ditengah gejolak pertumbuhan ekonomi yang tidak merata termasuk rencana kenaikan Fed Funds Rate dan ketegangan perdagangan AS dengan Tiongkok serta gejolak ekonomi yang terjadi di Turki.

Bank Indonesia terus mewaspadai adanya risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan melakukan langkah stabilisasi nilai tukar dan menjaga pengembangan pasar keuangan.

Diwartakan sebelumnya dari Kompas.com pada  Jumat (17/8/2018) Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa pengelolaan utang negara saat ini semakin baik.

Hal ini bisa dilihat dari dua indikator yang menunjukkan kesehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni defisit APBN dan tingkat keseimbangan primer.

Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa defisif APBN terus pengalami penurunan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Tahun 2015 defisit APBN sebesar 2,59 persen dari PDB senilai Rp 298,5 triliun.

Angka tersebut turun pada tahun 2016 menjadi 2,49 persen dan kembali turun di tahun 2017 menjadi 2,15 persen.

Target defisit APBN pada tahun 2018 adalah 2,12 persen.

"Kelihatan bahwa trennya yang mendekati nol dari yang tadinya pernah mencapai 2,59 persen yang terdalam di tahun 2015, itu dikarenakan tahun itu harga komoditas jatuh sehingga counter fiskal hingga defisit," ujar Sri Mulyani.  (TribunWow.com/Qurrota Ayun)

Tags:
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)BisnisEkonomiFinansial
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved