BNPB Melarang Pemberian Sumbangan Susu Formula bagi Balita Korban Gempa di Lombok, Ini Alasannya
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat agar tak memberikan sumbangan susu formula bagi bayi korban gempa Lombok dan NTB.
Penulis: Ekarista Rahmawati P
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengimbau masyarakat agar tak memberikan sumbangan susu formula bagi bayi dan anak-anak untuk para korban gempa Lombok, NTB.
Sutopo menjelaskan pemberian susu formula bisa menyebabkan diare, kurang gizi, dan risiko kematian pada bayi.
Apalagi air bersih dan botol steril masih terbatas di lokasi pengungsian.
• Ruko Es Krim Digerebek Polisi, Diduga Dijadikan Tempat Dugem Terselubung Anak di Bawah Umur
Lewat unggahan twitternya, Sutopo menunjukkan beberapa gambar di lokasi pengungsian.
Di foto-foto tersebut tampak beberapa bayi dan balita yang diasuh oleh ibunya.
Sutopo menegaskan bahwa air susu ibu (ASI) tak bisa digantikan dengan susu formula.
• Live Streaming SCTV Sepakbola Asian Games 2018: Timnas Indonesia Vs Taiwan Pukul 19.00 WIB
Dalam cuitan berikutnya Sutopo menyatakan UNICEF dan WHO telah mengingatkan bahaya pemberian susu formula di pengungsian.
Banyak kasus saat bencana di dunia, pemberian susu formula kepada balita dan anak-anak justru meningkatkan penderita sakit dan kematian, termasuk yang terjadi pada korban gempa Yogyakarta 2006.
Dari pengalaman lalu, disebutkan banyak balita menderita diare setelah mengonsumsi susu formula.
"UNICEF dan WHO telah mengingatkan bahaya pemberian susu formula di pengungsian. Pada gempa Yogyakarta 2006, pemberian susu formula meningkatkan diare pada anak di bawah usia 2 tahun. 25 % dari penderita itu meminum susu formula karena terbatasnya air bersih dan botol hiegienis," tulis Sutopo dalam cuitannya, Minggu (12/8/2018).
• Politisi PDIP Bela Maruf Amin: Belum Juga Pertandingan Dimulai, Ratna Sarumpaet Sudah Menyerang
Bayi juga boleh diberi susu formula pengganti ASI, namun harus di bawah pengawasan petugas medis.
"Jika ada bayi yang tidak bisa disusui. Atau ibunya tidak dapat menyusui. Bayi tersebut dapat diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut di bawah pengawasan yang ketat oleh tim dokter dan kondisi kesehatan bayi harus tetap dimonitor," lanjutnya.
Sutopo juga mengunggah bagan gambar keterangan dari UNICEF tentang pentingnya menyusui di situasi bencana.
"Pentingnya menyusui di situasi bencana sudah ada Panduan Operasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat (WHO, 2007). Intinya kita ingin menyelamatkan bayi dan anak saat darurat bencana karena bayi dan anak termasuk kelompok rentan. #PrayForLombok #PrayForNTB," jelas Sutopo.
Karenanya, sumbangan susu formula pada bayi dan balita tak direkomendasikan untuk menolong korban bencana.
Diberitakan sebelumnya gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Lombok,NTB dan sekitarnya, Minggu (5/8/2018), pukul 18.46 WIB.
Hingga kini jumlah korban tewas gempa 7 SR di NTB dan Bali berjumlah 387 orang.
Sementara itu, korban luka-luka tercatat 13.688 orang.
Pengungsi tercatat 387.067 jiwa tersebar di ribuan titik.
Ratusan ribu jiwa pengungsi tersebut tersebar di Lombok Utara (198.846 orang), Kota Mataram (20.343 orang), Lombok Barat (91.372 orang) dan Lombok Timur (76.506 orang). (TribunWow.com/Ekarista R.P)