Pilpres 2019
Budiman Sudjatmiko Beri Nasehat kepada Andi Arief soal Isu Mahar Rp 500 M
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Budiman Sudjatmiko beri nasehat kepada politisi Partai Demokrat soal mahar 500 miliar.
Penulis: Maria Novena Cahyaning Tyas
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Budiman Sudjatmiko memberi nasehat kepada politisi Partai Demokrat Andi Arief terkait mahar 500 miliar yang kini menjadi polemik.
Hal tersebut ia tuliskan di akun Twitternya @budimansudjatmiko pada Jumat (10/8/2018).
Budiman Sudjatmiko memberi nasehat sekaligus penyemangat agar Andi Arief menghadapi polemik ini dengan berani.
• Mahfud MD Janji Bakal Jelaskan Kronologi Terkait Cawapres Pekan Depan
"Bukan hal menakutkan kan untukmu ruang pengadilan itu?
Selama bukan kamu sbg terdakwanya krn kasus korupsi, masuki ruang sidangnya dgn kepala tegak.
Begitu juga saat keluar dari pintunya...sbg pemenang." tulis Budiman Sudjatmiko

Sebelumnya, Andi Arief menuliskan di akun Twitternya @andiarief__ bahwa dirinya diancam oleh PKS dan PAN yang akan membawa masalah mahar 500 miliar ini ke ranah hukum.
• Kubu Jokowi-Maruf Bahas Tim Kampanye
Oleh sebab itu, Wasekjen Partai Demokrat ini siap menjelaskan kepada publik perihal perkara tersebut.
"Saya terpaksa mentuit soal mahar ini karena PAN dan PKS memberi ancaman untuk membawa ke ranah hukum. saya siap dan kesempatan ini menjelaskan pada publik," tulis Andi Arief.

Tudingan mahar yang kabarnya diberikan Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS sebesar masing-masing 500 miliar itu memang diketahui pertama kali melalui Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief.
Dirinya mengaku mendapat informasi tersebut dari beberapa politisi Partai Gerindra, yakni Fadli Zon, Dasco Ahmad, Prasetyo, dan Fuad Bawzier pada Rabu (8/8/2018) pukul 16.00 WIB.
• Tanggapi Sikap PKS soal Mahar Politik, Teddy Gusnaidi: Paling Ujung-ujungnya Andi Arief Minta Maaf
Lebih lanjut, Andi Arief menjelaskan bahwa dirinya sengaja menuliskan cuitan tersebut dengan tujuan agar Prabowo mengetahuinya dan bisa dijadikan pertimbangan dalam memilih cawapres.
Namun ternyata, Prabowo tetap pada pendiriannya memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya di Pilpres 2019 dan mengabaikan saran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Soal Mahar ke PKS dan PAN masing2 500 M ini penjelasan Saya: Sekjen Hinca, Waketum Syarief Hasan dan sekrt Majelis tinggi partai Amir Syamaudin mendapat penjelasan itu langsung dari tim kecil Gerindra Fadli zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier 8 Agustus 2018 pk 16.00 .
Soal Mahar 500 M masing2 pada PAN dan PKS itu yang membuat malam itu saya mentuit jendral kardus.
Besar harapan saya dan partai Demokrat Prabowo memilih Cawapres lain agar niat baik tidak rusak.
Tanggal 9 Agustus pagi, pertemuan SBY-Prabowo membahas soal bagaimana kembalikan politik yang baik dan terhormat tanpa mahar.
SBY usulkan Prabowo cari cawapres lain yang bukan Sandi, bukan AHY, bukan Zul hasan, bukan Salim Al jufri seperti permintaan Zul has agar tokoh netral.
Prabowo tetap tak hiraukan usul SBY soal tokoh netral.
Herannya Zul Has dan Salim Al Jufri juga berubah pendiriannya dari harus figur dari PAN atau PKS atau tokoh netral tiba2 sepakat memilih aetuju Sandi yang juga dari gerindra, ada apa?
Semua sudah terjadi, tapi proses ini pubik harus mengerti," tulis Andi Arief.

Polemik soal mahar 500 miliar ini juga melahirkan julukan 'jenderal kardus' yang juga pertama kali dituliskan oleh Andi Arief.
"Operasi pertama adalah Jokowi Calon tunggal. Jika tidak berhasil maka operasi selanjutnya menunjuk wakil Prabowo yang lemah dengan memanfaatkan kesulitan logistik Prabowo.
Kalau sepakbola namanya pengaturan skor.
Sejak dulu saya ragu apakah gelegar suaranya sama dengan mentalnya. Dia bukan strong leader, dia chicken.
Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan.
Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi.
Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus.
Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan.
Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS.
Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami,
Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami," tulis Andi Arief.

Meskipun hubungan antara Partai Gerindra dan Partai Demokrat sempat memanas akibat polemik ini, namun akhirnya Partai Demokrat memutuskan untuk mendukung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno untuk maju di Pilpres 2019, dikutip TribunWow dari Kompas TV.
• Tanggapi soal Mahar Cawapres Rp 500 M, Guntur Romli: Prabowo Ingin Benar-benar Menang?
"Hasil survei internal menunjukkan bahwa 62 persen mendukung Pak Prabowo dan 38 persen mendukung Pak Jokowi.
Atas dasar ini, dan sejumlah pertimbangan-pertimbangan lainnya, Majelis Tinggi Partai Demokrat memutuskan untuk melakukan penjajakan koalisi dengan Bapak Prabowo Subianto.
Setelah beberapa kali melakukan pertemuan dengan pihak Pak Prabowo dan Partai Gerindra, serta partai pengusung lainnya maka Majelis Tinggi Partai Demokrat pada sidang pagi hari ini (10/8/2018) memutuskan untuk mengusung pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno," tegas EE Mangindaan, seperti dikutip dari KompasTV. (*)