Pilkada Serentak 2018
6 Fakta Debat pamungkas Pilgub Sumut, Bahas Insiden Ramunia, Pantun dari Edy, hingga Sindiran Djarot
Berikut ini fakta-fakta debat pamungkas Pilgub Sumut, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Debat pamungkas Pilgub Sumatera Utara telah berlangsung, Selasa (19/6/2018).
Diselenggrakan di Santika Dyandra Convention Centre, debat ditayangkan langsung oleh TV One dan INews TV.
Debat pamungkas mengusung tema hak azasi manusia (HAM) dan persoalan hukum di Sumatera Utara.
Dirangkum oleh TribunWow.com, berikut ini fakta-fakta terkait debat pamungkas dua kandidat Pilgub Sumut, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus.
• Denira Wiraguna: Aku Pengen Banget Nyobain Karakter Psikopat
1. Persepsi Penegakan Hukum dan Ham versi Djoss dan Eramas
Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat menjelaskan persoalan hukum dan ham masih banyak terjadi di sumut.
Kecenderungan penanganan hukum itu menurut Djarot lebih berpihak kepada mereka yang punya memiliki modal.
"Hukum cenderung tidak berpihak rakyat kecil,oleh karena itu kami meluncurkan tiga kartu yakni, Kartu Sumut Pintar, Kartu Sumut Sehat dan Kartu Sumut Keluarga Sejahtera," ujarnya, Selasa (18/6/2018).
Menurut Djarot dengan adanya ketiga kartu tersebut hal-hal yang berkaitan dengan hak asasi manusia seperti pendidikan, kesehatan serta kesejahteraan akan tercapai.
"Lagipula bila APBD ditangani dengan transparan akan menghindari pelanggaran hukum," ujarnya.
Kemudian Cawagub nomor urut dua Sihar Sitorus menambahkan kesejahteraan guru honorer, madrasah,buuh,petani dan nelayan juga akan menjadi prioritas utama.
Sebelumnya Cagub nomor urut satu, Edy Rahmayadi menyampaikan, semuanya harus kembali pada sumber hukum yakni Pancasila serta UUD 45.
"Hukum membela kelompok tertentu bahkan hal tersebut diaminkan oleh aparat tertentu. Marilah bertaubat, agar kita benahi ini," katanya.
Edy menyayangkan upaya kriminalisasi yang marak terjadi akhir-akhir ini.
• Politikus PKPI Sebut Koalisi Keumatan Dikhianati Amien Rais: Rizieq Menyadari Hanya Dimanfaatkan
2. Djarot dan Edy Bersoal Jawab Insiden Ramunia
Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat menukil permasalahan konflik tanah Ramunia yang menurutnya banyak menindas rakyar kecil.
Pernyataan Djarot tersebut bermula saat menanggapi jawaban Edy Rahmayadi terkait upaya mendorong iklim investasi dalam hal penanganan hukum serta HAM.
"Masalah landreform atau reforma agraria sudah dilakukan oleh Pak Jokowi dalam sertifikasi untuk rakyat kecil. Saya harap tidak ada lagi rakyat kecil yang tertindas," ujarnya, Selasa (19/6/2018).
Menurut Djarot masalah reforma agraria masih terkendala dengan konflik agraria yang terjadi di sumut.
"Contohnya Pak Manurung, seorang petani kecil di Ramunia tertindas dan tidak ada yang berpihak padanya," katanya.
Djarot mengatakan pihaknya siap mengawal reforma agraria dan mendukung upaya pemerintah pusat dalam mewujudkan keadilan sosial di bidang pertanahan.
Sontak pernyataan tersebut ditanggapi oleh Cagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi.
"Menurut saya masalah Ramunia hanya diketahui orang Sumut, kalau tidak orang Sumut dia tak akan tahu masalah Ramunia," ungkapnya.
Edy menegaskan tanah Ramunia merupakan tanah negara serta ada oknum yang berbuat untuk kepentingannya semata.
"Kebetulan pada 2015 itu tanggung jawab saya, ketika saya menjabat Pangdam," katanya.
Sebelumnya, kedua pasang Cagub-Cawagub itu sempat berbeda paham terkait penanganan investasi di Sumut.
Djarot mengatakan penanganan investasi diawali dengan sistem perizinan terpadu, agar tidak ada piungutan liar yang menghambat investasi itu.
Sementara Edy Rahmayadi berpendapat iklim investasi di Sumut terjadi karena banyak oknum pembuat keputusan yang ulok (berbohong dalam istilah Medan).
• Breaking News: Rumah di Semarang Hangus Terbakar saat Ditinggal Mudik Pemiliknya ke Palembang
3. Pendukung kedua kubu sempat saling sindir
Dua pendukung calon Gubernur Sumatera Utara saling ejek di acara debat kandidat ketiga.
Ihwalnya, para pendukung Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah atau Eramas berteriak teriak sampaikan yel yel. Merasa sebut Sumut berbeda dengan Jakarta.
"Satu satu pilihanku Eramas nomor satu pilihanku. Satu-satu pilihanku Eramas nomor satu pilihan satu. Di sini beda sama ibu kota Jakarta," teriak para pendukung.
"Siapa yang suruh datang ke Sumut, siapa yang suruh datang ke Sumut. Lebih baik berdiam di rumah," tambah pendukung Eramas sambil melompat menunjuk ke arah pendukung Djarot-Sihar.
Kemudian, pendukung Djarot Saiful membalas dengan menirukan ucapan Edy Rahmayadi saat memaki petani Ramunia. Setelah itu, mereka diam alias tak membalas dengan berteriak kencang.
"Kamu siapa ? Kamu mau apa ? Main-main dengan saya. Huuuuuuu," ujarnya.
Tidak lama kemudian, moderator meminta para pendukung pasangan calon untuk tenang. Selain itu, para pendukung diminta untuk tertib supaya masing-masing pasangan calon bisa memperlihatkan kepiawaiannya.
"Tenang dan tertib supaya masing masing calon bisa memperlihatkan kepiawaiannya. Kami hanya membacakan pertanyaan dan dibacakan dalam durasi dua menit," ungkapnya.
• Ombudsman Dukung Kebijakan Polri Terapkan Tes Psikologi dalam Pembuatan SIM
4. Debat Djarot dan Edy perihal HAM para nelayan
Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat menjelaskan permasalahan nelayan merupakan prioritas utamanya kala memimpin nanti.
"Pemberdayaan nelayan menjadi prioritas bagaimana membuat asuransi untuk nelayan, pendidikan bagi anak-anaknya serta jaminam kesehatan,ini sidah ada di program kami dan siap diaplikasikan," ujar Djarot.
Pernyataan tersebut sontak disanggah oleh sang rival, Edy Rahmayadi. Menurut Edy terkait topik debat yakni Penanganan Hukum dan HAM masalah nelayan haruslah berhubungan dengan penindakan tegas bagi siapa saja yang melanggar batas teritorial Indonesia di perairan.
"Bagi saya Pak Djarot, yang melewati ZEE itu yang harus diitindak demi nelayan. Bukan masalah pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Sudah ada payung hukumnya kita harus menindak tegas," katanya.
Tak mau kalah Djarot mengomentari jawaban Edy dengan senyuman.
"Aduh pak Edy, mungkin pak Edy lupa. Permasalahan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan nelayan itu merupakan hak asasi para nelayan. Topik kita yakni Penegakan Hukum dan Ham, jangan lupa Pak Edy,"kata Djarot.
Pada segmen ketiga debat tersebut, para cawagub baik Musa Rajecksah dan Sihar Sitorus juga bersoal jawab mengenai Taman Nasional Gunung Leuser serta penanganan narkoba.
5. Pantun dari Edy
Calon Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, mengungkapkan penegakan hukum yang ada saat ini masih dirasakan tumpul ke atas tajam ke bawah.
Hal tersebut dikatakannya saat memaparkan visi dan misi pada debat ketiga Pilgub Sumut, di Hotel Santika, Jalan Pengadilan, Medan, Selasa (19/6/2018).
Keresahannya pun diluapkannya dalam sebuah pantun sesuai tema debat, yang membahas tentang penegakan hukum dan HAM.
"Alangkah elok emas dan intan, sering dipakai berhias diri. Alangkah elok hukum dan HAM dibicarakan, tapi terasa keberpihakan dan kriminalisasi," ujar Edy dalam pantunnya.
Meskipun begitu, ia bersama pasangannya Musa Rajekshah mengatakan akan terus berjuang menegakkan hukum dan HAM di Sumut. Ia juga percaya di Sumut masih banyak orang yang tetap menghormati permasalahan tersebut.
"Kami yakin masih banyak orang baik di sini, dan kami percaya Tuhan bersama orang yang seperti itu. Saya berharap Sumut cepat bermartabat," pungkasnya.
6. Sindiran Djarot
Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat memberikan pernyataan menyindir di Debat Publik Ketiga Cagub-Cawagub Sumut.
Djarot membahas permasalahan pusaran korupsi di Sumatera Utara.
"Bagaimana kita mau membicarakan masalah hukum kalau mohon maaf, Pak Ijeck dipanggil KPK untuk dimintai keterangan," ujarnya.
Pernyataan tersebut terjadi pada segmen keempat debat yang mengangkat topik penanganan hukum serta HAM itu.
Pernyataan tersebut dibalas oleh Cawagub nomor urut satu Musa Rajekshah.
"Bapak harus lebih lama lagi di Sumut untuk mengetahui kasus ini. Gubernur yang lalu-lalu juga sudah mengalami kasus yang sama," katanya. (*)