Ali Ngabalin Gabung ke Istana, Fahri Hamzah: Istana Terlalu Merah, Kasih Kuning Semoga Jadi Ijo
Wakil DPR RI, Fahri Hamzah memberikan ucapan selamat kepada Ali Mochtar Ngabalin melalui unggahan Twitternya, Kamis (24/5/2018).
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Wakil DPR RI, Fahri Hamzah memberikan ucapan selamat kepada Ali Mochtar Ngabalin melalui unggahan Twitternya, Kamis (24/5/2018).
Ucapan selamat tersebut diberikan karena politisi dari Partai Golkar tersebut telah diangkat sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP).
Fahri berharap dengan masuknya Ali Mochtar Ngabalin, Istana jadi lebih relijius mengingat Ali Ngabalin adalah kader Golkar dari kalangan santri.
Fahri juga berharap semoga Ali Mochtar Ngabalin dapat mewarnai Istana yang menurutnya terlalu merah.
"Selamat kepada om Ali NGABALIN, semoga bisa bikin istana lebih paham agama. Itu aja dulu. Saya sih baik sangka aja. Bung Ali adalah kader Golkar dari unsur santri. Semoga bisa mewarnai. Soalnya istana terlalu merah. Kasi kuning dikit semoga jadi Ijo. #RamadhanKareem," ujar Fahri.
• Harga BBM Dikabarkan Naik, SBY: Tak Perlu Unjuk Rasa Besar-besaran Seperti Era Saya Dulu
Pernyataan Moeldoko
Diketahui sebelumnya, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko membenarkan dirinya merekrut Ali Mochtar Ngabalin sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP.
Moeldoko menegaskan, pengangkatan Ali untuk memperkuat peran KSP berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2015.
Salah satunya soal fungsi komunikasi politik kepada publik.
"Dia adalah politikus senior yang punya banyak pengalaman dan jaringan. Dia ini juga akan membantu mengkomunikasikan apa yang sudah dikerjakan oleh pemerintah. Sudah banyak program dan kebijakan yang dibuat pemerintah serta memerlukan komunikasi ke publik yang lebih luas," kata Moeldoko di Jakarta, Rabu (23/5/2018).
Mantan Panglima TNI itu sekaligus membantah pemberitaan yang menyebutkan bahwa Ali Mochtar diangkat sebagai Staf Khusus Presiden atau Juru Bicara Presiden.
"Tugasnya itu adalah sebagai Tenaga Ahli Utama di Kantor Staf Presiden, bukan sebagai Juru Bicara Presiden atau Staf Khusus Presiden," lanjut Moeldoko.
Mengenai aksi Ali Mochtar pada masa lalu yang lebih banyak melontarkan kritik untuk pemerintah Jokowi, Moeldoko tidak mempersoalkannya.
"Bagi pemerintah, tidak ada yang namanya lawan politik. Semua adalah partner dalam demokrasi," ujar dia.
Tidak hanya Ali Mochtar Ngabalin Selain Ali Mochtar, Moeldoko rupanya juga merekrut sejumlah tokoh untuk dijadikan sebagai tenaga profesional lainnya.
Mereka adalah praktisi ekonomi Hari Prasetyo sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian III (bidang kajian dan pengelolaan isu-isu ekonomi strategis), Novi Wahyuningsih sebagai Tenaga Ahli Muda Kedeputian IV (bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi) yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha sekaligus programmer aplikasi percakapan buatan dalam negeri Callind.
Selain itu, mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Juri Ardiantoro sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian V (bidang politik dan pengelolaan isu Polhukam).
• Fadli Zon Tanggapi Isu Perselingkuhan yang Dituduhkan Padanya: Itu Fitnah
Ali Ngabalin: politik itu dinamis
Ali Mochtar Ngabalin juga angkat bicara mengenai pengangkatannya tersebut.
"Iya betul, saya jadi tenaga ahli utama KSP," kata Ngabalin kepada Kompas.com, Rabu.
Ali Ngabalin menceritakan, awalnya ia dihubungi oleh Staf Khusus Presiden Nico Harjanto.
Nico lalu menyampaikan pesan dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan mengajak Ngabalin bergabung membantu pemerintah.
"Ya saya bilang terima kasih, waktu, tenaga pikiran, ilmu, saya persembahkan ke negara," kata Ali Ngabalin.
Ali Ngabalin mengakui bahwa ia sebelumnya kerap mengkritik pemerintahan Jokowi.
Namun, ia justru beralasan bersedia masuk ke pemerintahan agar bisa menjadi penyambung antara kepentingan ulama dan pemerintah.
Lagipula, Ali Ngabalin menegaskan bahwa tak ada yang abadi dalam politik.
"Ya politik itu kan sebetulnya dinamis. Saya pikir teman teman di media tahu politik itu dinamis. Itulah khasanah politik yang membuat kita menjadi kaya," ujarnya. (*)