Bom di Surabaya
Bom Surabaya! Ferdinand: Ganti Kepala BIN hingga Tak Bisa Bayangkan Nasib Bangsa 2 Bulan ke Depan
Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menilai jika Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) harus diganti.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menilai jika Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) harus diganti.
Pernyataan Ferdinand tersebut merupakan respon dari adanya peristiwa peledakan bom di Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Selain penggantian, Ferdinand juga mengatakan bahwa evaluasi kinerja perlu dilakukan di tubuh BIN.
"Bg saya, penting sekali mengganti Kepala BIN saat ini. Evaluasi kinerja perlu dilakukan," ujar Ferdinand dalam Twitternya, Minggu.
• Insiden Ledakan Bom di Surabaya, Paus Frasiskus Kirimkan Doa untuk Korban
Selain itu, Ferdinand juga resah membayangkan nasib Indonesia ke depan.
Menurutnya, berbagai ujian telah melanda Indonesia.
"Sy mah blm bs bayangkan nasib bangsa ini 2 bulan kedepan dgn segala perisitiwa2 yg terjadi dan masih akan terjadi.
Situasi Politik, Hukum dan Ekonomi tampaknya akan bersatu menguji bangsa ini.
Melihat pemimpin sekarang, saya pesimis, saya takut dan saya resah," kicau Ferdinand.
• Pelaku Ledakan Bom di Surabaya Diduga Satu Keluarga, Ini Peran Para Pelaku
Belasungkawa
Sebelumnya Ferdinand juga menyatakan rasa belasungkawanya kepada korban.
"Duka dan belasungkawa paling dalam atas tragedi, kejahatan terhadap kemanusiaan, tindak pidana terorisme peledakan Bom di Surabaya.
Doa yg terbaik utk para korban," ucap Ferdinand melalui kicauan Twitternya.
Selain menyatakan belasungkawa, Ferdinand juga menuntut tanggung jawab pemerintah atas insiden tersebut.
"Knp ya narasinya jd di seputar 'Kami Tidak Takut'?
Ini bukan soal takut tidak takut. Tapi soal negara yang wajib melindungi warganya. Kata GAGAL layak disematkan.
Semua ini imbas dr sikap pemerintah. Jgn jd hilang tanggung jawab akibat narasi tak pantas.
#BomSurabaya," kicau Ferdinand.
"Kalau hanya soal takut dan tidak takut, org bodoh yg tak paham ular berbisa pun tdk akan takut megang ular berbisa mematikan.
Jangan sampai kita jd bodoh krn hanya pd narasi tdk takut.
Tuntut tanggung jawab pemerintah. Pejabat keamanan jgn kebanyakan berpolitik
#BomSurabaya."
Menurut Ferdinand, masalah terorisme di Indonesia berasal dari adanya ketidak-adilan.
"Masalah terorisme ini lbh diakibatkan ketidak adilan. Kebencian yg dibangun akhirnya tumbuh akibat ketidak adilan yg dipelihara dan dipertontonkan secara vulgar olh penguasa.
Mmgnya masalah ketidakadilan selesai dgn narasi Kami Tidak Takut?
#BomSurabaya."
"Sy mengajak kita semua utk melihat #BomSurabaya adlh tragedi dsn kejahatan kepada kemanusiaan.
Kejahatan kemanusiaan itu bisa dilakukan olh siapa sj tanpa melihat agama dan sukunya.
Kejahatan kemanusiaan hrs dilawan dgn benar olh semua pihak. Bkn dgn narasi Kami Tidak Takut."
"Mari mengheningkan cipta, berdoa utk para korban. Jgn ada yg merasa senang melihat korban berjatuhan.
Kita semua adlh manusia yg sama, terlepas dr agamamu apa, sukumu apa. #BomSurabaya adlh teror dan kejahatan kpd kemanusiaan.
Kita hrs lawan dgn cara yg tepat."
Undang-Undang Terorisme
Ferdinand juga menyinggung mengenai Undang-Undang Terorisme yang sampai saat ini belum disahkan.
Menurut Ferdinand, insiden terorisme di Surabaya tidak boleh dijadikan sebagai pembenaran untuk menciptakan Undang-Undang Terorisme yang bisa menangkan dan menahan orang tanpa bukti.
Bagi Ferdinand, hal tersebut berbahaya bagi demokrasi.
Maka dari itu, Ferdinand meminta agar permasalahan terorisme ini diselesaikan akarnya, yakni menghentikan ketidak-adilan.
"Jgn sampai kejahatan kemanusiaan #BomSurabaya jd pembebaran menciptakan UU Terorisme yg bs menamgkap, menahan org tanpa bukti. Ini bahaya bg demokrasi.
Selesaikan akar masalahnya, hentikan ketidak adilan, mk semua tidak akan takut dan tdk perlu teriak Kami Tidak Takut," ungkap Ferdinand.
(*)