2 Anak Tewas Saat Acara Bagi Sembako di Monas, Ferdinand Hutahaean: Aktivis dan Politisi Kampungan
Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahean buka suara soal tewasnya 2 bocah di acara bagi-bagi sembako di Monumen Nasional (Monas).
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahean buka suara soal tewasnya 2 bocah di acara bagi-bagi sembako di Monumen Nasional (Monas), Sabtu (28/4/2018).
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter pribadinya yang diunggah pada Senin (30/4/2018), Ferdinand Hutahaean menyampaikan duka sedalam-dalamnya atas insiden tersebut.
Ferdinand Hutahaean mengaku sangat sedih mendengar kabar tersebut.
• Reaksi Mahfud MD Saat Dibilang Getol Bela Ibu yang Diintimisadi tapi Diam soal 2 Anak Tewas di Monas
Terlebih lantaran kasus ini dianggapnya tenggelam oleh insiden intimidasi terhadap ibu dan anak di acara Car Free Day (CFD) keesokan harinya.
Menurut Ferdinand Hutahaean, aktivis dan politisi kampungan karena membiarkan nyawa melayang begitu saja.
@LawanPoLitikJKW: Turut berduka cita sedalam2nya.
Sedih rasanya mendengar berita ini, prihatin semakin dalam karena berita ibu2 sm anaknya yang mendapat perlakuan tdk semestinya terjadi, harus menenggelamkan tewasnya 2 bocah ini.
Dasar aktivis dan politisi kampungan, nyawa diabaikan begitu sj.
• Rocky Gerung: Dollar Belum Full Speed, Teoretis Masih Akan Melaju, Mau Dikejar Pakai Chopper?

Menurut Ferdinand Hutahaean, panitia bagi-bagi sembako bisa dipidana atas kejadian itu.
@LawanPoLitikJKW: Panitia bisa dipidana atas kelalaiannya mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
Ia pun menyebutkan Pasal 359 KUHP yang dianggapnya bisa dikenakan pada panitia.
@LawanPoLitikJKW: Pasal 359 KUHP menyatakan:
“Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun atau kurungan selama-lamanya 1 tahun”
Pasal ini bisa diterapkan kepada panitia pembagian sembako di Monas yang mengakibatkan hilangnya nyawa 2 org anak.
Postingan tersebut kemudian mendapat komentar dari @id_catur yang menanyakan kenapa panitia justru disalahkan, buka orang tua yang lalai?
@id_catur: Knp panitia yg dituduh? Anak itu dtg sendiri atau diajak ortu/wali kah?
Kasus ini bs dibaca sm dg kasus bapak yg tendang anak orang lain krn si bapak lalai jaga keselamatan si anak yg tiba2 masuk ke jalur ayun ayunan.
@id_catur: Acara bagi sembako ato zona permainan itu minim bahaya tp bukan lantas ortu ga boleh lengah krn insiden apa pun bs saja terjadi.
Peran ortu harus lbh bijak dgn situasi kondisi.
Menanggapi hal tersebut, Ferdinand Hutahaean kembali memberikan tanggapan seperti berikut.
@LawanPoLitikJKW: Acara itu secara keseluruhan berada dibawah tanggung jawab panitia.
Mau datang sendiri atau datang dijemput olh panitia, ttp penanggung jawab dlm kegiatan tersebut.
Bpk yg nendang anak itu hqrusnya dipidana kekerasan thdp anak.
@id_catur: Tepat. zona permainan itu pun tanggung jawab pemilik tempat.
Pertanyaan sederhana, di mana peran/kehadiran kedua ortu itu di saat insiden terjadi?
@LawanPoLitikJKW: Peran org tua mengawasi, artinya org tua si anak perempuan tdk mengawasi anaknya lewat dijalur yg seharusnya dijauhi krn main ayunan itu bkn mainan yg punya rem khusus.
Sdh salah, melakukan kekerasan pula.
Mgkn dia kalau disenggol kereta api, dia akan nendang kereta api juga.
• Video Mesra Young Lex dan Kathy Indera Tersebar hingga Putri Mulan Jadi Sorotan Saat Promp Night

Diberitakan Kompas.com, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebut jika 2 anak yang tewas di Monas meninggal karena berdesak-desakan.
Adinda Rizki, bersama dengan Mahesha Janaedi, harus kehilangan nyawa karena berdesak-desakan," kata Sandiaga, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (30/4/2018).
Menurut hasil investigasi, mereka dikerahkan oleh pihak RW setempat untuk datang di acara tersebut.
Diketahui, Mahesa berusia 10 tahun, sedangkan Adinda berusia 12 tahun.
Sandiaga Uno pun mengaku akan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengusut kasus ini.
Acara bagi-bagi sembako di Monas itu digelar Forum Untukmu Indonesia.
Ratusan ribu massa hadir ke Monas sejak Sabtu pagi, untuk mengambil sembako dan makan gratis.
Akibatnya, kawasan sekitar Monas menjadi macet, semrawut, dan kotor.
Sementara itu, Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede menyatakan jika TNI dan polisi sampai kewalahan menanggani masa yang datang sejak pagi.
Menurutnya, panitia tidak memperkirakan jumlah masa yang akan dihadirkan.
Pada pukul 11.15, massa yang masuk ternyata sangat banyak, sekitar 100 ribuan orang.
"Panitia tidak menjelaskan perkiraan jumlah massa yang akan dihadirkan dan ternyata pada jam 11.15 berdasarkan hasil pemantauan dari Monas, massa yang sudah masuk kurang lebih 100.000-an," ujar Mangara di Balai Kota, Senin (30/4/2018).
Diketahui, ada 3 jenis sembako yang dibagikan.
Antrean yang terpisah disinyalir menjadi sebab kekacauan pembagaian.
"Sembakonya ada tiga macam, beras; minyak; mie instan; tapi pintu loket mengambil berbeda dan ini membuat ribet. Akhirnya saya, Kapolres, Dandim, dan Karoops sepakat memberhentikan sementara," imbuh Mangara.
Tak hanya kemacetan, Mangara juga menyebut banyak massa yang pingsan dan bahkan dilarikan ke rumah sakit akibat insiden ini. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
• PSI Laporkan ke Polisi Perilaku Intimidasi Terhadap Ibu dan Anak yang Pakai Kaos #DiaSibukKerja