Breaking News:

Ferdinand Hutahaean: Presiden Jokowi Saya Duga Cuma Sedang Bermain Retorika, Tak Berani Debat

Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean turut menanggapi omongan Jokowi soal utang luar negeri Indonesia.

Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Ferdinand Jokowi 

TRIBUNWOW.COM - Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean turut menanggapi omongan Jokowi soal utang luar negeri Indonesia.

Dilansir TribunWow.com, hal itu tampak dari unggahan laman Twittermnya pada Kamis (26/4/2018).

Menurut Ferdinand Hutahaean, Presiden Jokowi hanya sedang bermain retorika.

Ia juga menyebut jika Jokowi tidak berani membuka data utang, apalagi debat.

@LawanPoLitikJKW: Presiden Jokowi sy duga cm sdg bermain retorika.

Tdk akan berani buka data utang apalagi debat.

Jawaban Yusril Saat Ditanya Menaker Hanif Dhakiri, Apa Saat Abang Menteri Gak Ada TKA di Indonesia?

Diberitakan sebelumnya, Jokowi memberikan tanggapan soal utang negara, dalam cara Mata Najwa pada Rabu (25/4/2018).

Pada akhir 2017 utang Indonesia tercatat berada pada kisaran Rp 4.000 triliun.

Utang yang terus menumpuk ini dinilai tidak sejalan dengan laju ekonomi nasional.

INDEF bahkan mengungkapkan kekhwatirannya akan kemampuan pemerintah dalam membayar utang luar negeri.

Menanggapi hal tersebut, Jokowi mengaku jika kenyataannya, kepercayaan internasional kepada Indonesia semakin meningkat.

"Saya kira kepercayaan seperti itu yang harus menjadi optimisme kita bahwa moneter kita itu baik dan hati-hati.

Fiskal kita itu juga baik dan hati-hati, defisit kita juga semakin mengecil," kata Jokowi.

Beredar Video Kader Demokrat Dianggap Hina Nabi Muhammad, Ferdinand Hutahaean: Kami Minta Maaf

Jokowi kemudian mengungkit jika ketika dirinya dilantik, ia telah diwarisi utang oleh periode sebelumnya, sebesar Rp 2,700 trilun dengan bunga kurang lebih 250 triliun.

Menurut Jokowi, yang paling penting adalah utang tersebut dipakai untuk hal-hal yang produktif dan manfaatnya ada.

"Jangan dipakai untuk hal-hal yang konsumtif, subsidi BBM itu yang tidak boleh," imbuh Jokowi.

Najwa Shihab kemudian menyinggung omongan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut jika pihak-pihak pengkritik utang itu lebay.

"Apakah Presiden Jokowi juga menganggap kritikan-kritikan itu tidak mendasar dan berlebihan?" tanya Najwa.

"Ya kalau gini, kalau ornag berbicara dnegan angka-angka dengan basis data itu bagus.

Atau ekonom, jago ekonomi makro seperti Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani, dengan ekonom yang ngerti masalah makro untuk berdebat dengan angka-angka itu bisa, dengan basis data yang jelas.

Itu bagus.

Ruhut Sitompul: Pak Jokowi Benar-benar Seorang Negarawan Sejati, Lawan Politik Saja Dirangkul

Kalau yang satu ahli ekonomi makro, yang satu politikus (berdebat utang-red).

Ya, nggak nyambung.

Yang satu pakai data dan angka-angka yang satu hanya berbicara.

Kalau saya lebih percaya kepada yang mengerti masalah ekonomi makro, ya Bu Sri Mulyani. Track record-nya jelas," ujar Presiden Jokowi.

Mbah Mijan: Saya Diteror dan Diancam Habis-habisan karena Dianggap Hina Ulama

Jokowi menegaskan jika dirinya sangat percaya dengan Sri Mulyani.

Najwa lantas menunjukkan data keluaran INDEF yang menurutnya sangat komprehensif, sebagai indakor yang mengkhawatirnya.

Jokowi lantas mempersilahkan pihak-pihak untuk berdebat dengan angka dan data.

Tapi ia masih percaya dengan data Sri Mulyani.

Menanggapi ini, Mantan Menteri Keuangan sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keungan dan Perindustrian (Menko Perekonomian) Rizal Ramli meminta diaturkan jadwal untuk berdebat dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Rizal mengaku siap debat dan buka data dengan Sri Mulyani soal utang luar negeri Indonesia. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)

Jokowi Blak-blakan Mengaku Dekati PKS dan Masih Terbuka Jika Prabowo Ingin Bergabung di Pilpres 2019

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Ferdinand HutahaeanPresiden Joko Widodo (Jokowi)Twitter
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved