7 Fakta Pembunuhan IRT di Semarang, Kehidupan Masa Kecil hingga Perangai 'Kurang Genap' Pelaku
"Mereka tak ada upaya perlawanan saat ditangkap, cuma yang cewek ini agak aneh tingkahnya," ujar Kanit Reskrim Polsek Banyumanik AKP Andi.
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Penangkapan dua terduga kasus pembunuhan Metha Novita Handayani (38), ibu cantik beranak tiga, warga Bukit Delima IX Ngaliyan dilakukan oleh anggota Polsek Banyumanik pada Sabtu (3/3/2018).
Terduga pelaku adalah L (16) mantan pembantu rumah tangga korban dan Rifai (23) kekasih L.
Tak ada perlawanan yang berarti ketika L dan Rifai diamankan oleh anggota Polsek Banyumanik.
Namun sikap L, membuat heran para petugas.
"Mereka tak ada upaya perlawanan saat ditangkap, cuma yang cewek ini agak aneh tingkahnya," ujar Kanit Reskrim Polsek Banyumanik AKP Andi pada Tribunjateng.com.
Berikut ini fakta-fakta dari pelaku pembunuhan yang dirangkum oleh TribunWow.com.
Populer: Kronologi Lengkap Penangkapan Pelaku Pembunuhan Metha IRT di Semarang, Tak Ada Perlawanan Berarti
Seperti orang 'kurang genep'
Tingkah L sedikit tak lazim, yaitu kadang tersenyum tanpa sebab waktu jawab pertanyaan.
"Kesannya seperti orang 'kurang genep' waktu itu," tutur AKP Andi terheran-heran.
Meskipun L dan R tetap menjawab semua pertanyaan yang diajukan petugas dengan jelas, namun perilaku yang ditunjukkan L membuat para petugas Polsek Banyumanik heran.
Tak ada raut penyesalan di wajah Rifai
Tidak ada raut penyesalan di wajah Rifai saat digelandang ke Polsek Ngaliyan, Semarang, Sabtu.
Ia bahkan dengan tenang memalingkan wajah menghadap kamera saat awak media ingin memotret sosoknya.
Senyum nanggung bahkan sedikit tersimpul di bibir pria yang badannya penuh tato tersebut.
Sembari jalan agak terpincang dan dirangkul anggota polisi, sesekali pemuda 23 tahun itu masih sempat menyibakkan rambutnya yang sedikit panjang di bagian depan.
Hadiah untuk Rifai
Rifai sempat dihadiahi timah panas di lutut bagian kiri.
Seorang anggota polisi berujar Rifai sempat berusaha melawan petugas.
Rifai juga hendak kabur ketika diminta menunjukkan tempat ia membuang pisau yang digunakan untuk membunuh Metha.
Populer: Kronologi, Pengakuan Saksi, dan Dugaan Pelaku Pembunuhan Ibu Tiga Anak di Ngaliyan Semarang
Perangai L
Sementara itu, L dikehatui kerap berperilaku tidak baik selama bekerja di rumah korban.
Karena itulah, ia dipecat setelah bekerja di rumah Metha selama 2 bulan.
L sering berpakaian seronok saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga,
Ia juga sering bicara keras lantang melebihi suara majikannya yang ramah dan sopan.
Saat bekerja, L kerap mengenakan sepatu hak tinggi, rambut pirang, dan sering didatangi lelaki entah siapanya.
Masa kecil L
Pria berinisial IS (29) yang merupakan kakak ipar dari L juga menceritakan watak dari adiknya tersebut.
Pria yang bekerja sebagai perangkai atap baja itu ikut terkena imbas ulah bandel adik iparnya.
Karena perbuatannya, IS mengaku sudah dua hari tidak bisa bekerja karena diajak anggota polisi untuk memburu adik ipar bersama sang kekasih.
Oleh karena itu, wajahnya juga masih tampak lelah saat ditemui di Polsek Ngaliyan.
Dari pengakuan IS, L memang dikenal bandel oleh keluarganya.
"Dia memang bandel susah dibilangi," tandas pria yang akrab disapa IS tersebut.
Tak lulus SD
IS juga menuturkan jika adiknya tidak tamat sekolah dasar.
"Setahu saya dia cuma sampai kelas lima, nggak lulus," bebernya.
Menurutnya, adik ipar tirinya itu mulai susah dipantau dan diatur setelah tidak tamat SD.
Istri IS memang kakak tiri L.
Semakin bandel semenjak berpacaran dengan Rifai
IS merasa ulah adiknya semakin menjadi sejak berpacaran dengan Rifai.
Sepengawasannya, L dan Rifai telah menjalin hubungan selama satu setengah tahun.
Karena hanya sibuk pacaran dan tidak bisa menghidupi diri sendiri, IS kemudian mengarahkan adiknya untuk bekerja.
Mulai menjadi pembantu, penjaga toko, ia tawarkan sebagai profesi.
"Tapi ya gitu, harus didorong, kalau ndak didorong nggak bakal mau dia kerja, bari jadi pembantu sekali malah kayak gini," sesalnya. (*)