Soal Ketua BEM UI Acungkan Kartu Kuning ke Jokowi, Mahfud MD: Menyampaikan Aspirasi dengan Sensasi
Kartu kuning itu diberikan oleh Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa di penghujung pidato Jokowi dalam acara Dies Natalis UI ke 68 di Balairung UI, Depok, Jabar
Penulis: Dian Naren
Editor: Dian Naren
TRIBUNWOW.COM - Pemberian kartu kuning yang dilakukan oleh Ketua BEM UI kepada Jokowi menjadi pembicaraan di kalangan warganet.
Kartu kuning itu diberikan oleh Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa di penghujung pidato Jokowi dalam acara Dies Natalis UI ke 68 di Balairung UI, Depok, Jawa Barat.
Menanggapi hal tersebut, Mahfud MD mengatakan opininya terkait kasus yang sedang viral itu, Sabtu (3/2/2018).
Dilansir Tribunwow.com dari akun Twitternya @mohmahfudmd, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu mengatakan,"Itu menyampaikan aspirasi dengan sensasi dgn maksud menarik perhatian. Mnrt saya biasa saja. Tak ada yg istimewa utk dikomentari."
BACA Hotman Paris: Bukan Laki Kalau Buang Istri dan Anak-anaknya Hanya Karena Tergoda Selangkangan Lain
Melihat cuitan Mahfud MD, netizen memberikan komentar.
@tsubatsa08: Betul Prof., sangat biasa saja... Di alam demokrasi semua orang bebas menyampaikan aspirasinya...
Salut buat pa' presiden @jokowi , yg merespon aksi simpatiq mahasiswa UI dng biasa pula.
Yg ribut khan cuma pendukung & hatersnya. Dan ini menurut saya juga biasa.
@Edisuparno19: Jangan pelit pujian ngapa prof
@adesabihin: Yang lucu itu klo klo ada yg ikut2an(pake kartu merah ) trus ngga "ngaca" dulu sebelumnya pak prof
@azzbhn: Menurut aku juga biasa saja, engga ada yang istimewa. Namun keberanian dia patut diapresiasi. Dan semoga semuanya berawal dari niat baik demi kejayaan NKRI.
BACA Tuntutan BEM UI Beri Kartu Kuning ke Jokowi, Klarifikasi Orang Papua Berikan Fakta Menohok
Dikabarkan sebelumnya, Zaadit Taqwa mengatakan dirinya nekat melakukan hal tersebut lantaran ingin menyampaikan tiga tuntutan kepada presiden.
Tiga tuntutan itu antara lain:
1. Terkait gizi buruk di Papua untuk segera diselesaikan oleh pemerintah karena lokasi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, merupakan bagian dari Indonesia.
"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ucapnya.