Presiden PKS Tunggu Sikap Jokowi Terkait Pidato Kapolri yang Dinilai Fatal dan tak Pantas
Tito Karnavian dianggap memecah belah NKRI karena pidatonya yang menginstruksikan polisi untuk bersinergi dengan NU dan Muhammadiyah saja.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pidato Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian terkait ormas menuai kecaman dari berbagai pihak.
Salah satunya Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman.
Dilansir TribunWow.com dari Twitter Sohibul Iman yang diunggah pada Rabu (31/1/2018) Presiden PKS Sohibul Iman menyampaikan pendapatnya.
Presiden PKS Sohibul Iman menganggap jika pidato Tito Karnavian benar, maka termasuk provokatif lantaran mempertentangkan NU dan Muhammadiyah dengan Ormas Islam lainnya.
"Jk pidato pak Tito itu benar, ini bahaya: 1. Provokatif krn mempertentangkan NU+Muhammadiyah dg Ormas Islam lain. Ini provokasi SARA; 2. Ahistoris krn menafikan peran ormas2 Islam lain dlm perjuangan kemerdekaan NKRI. Ini hate speech.
Smg presiden @jokowi memperhatikan mslh ini," katanya.
Baca berita ini: Super Moon 2018: dari Gerhana Bulan Total, Ancaman Bencana hingga 10 Amalan
"Sekali lg jk video itu benar, saya heran kok pak Tito bisa pidato yg provokatif n ahistoris. Sulit ditolerir jk Kapolri jd pelontar isu SARA n hate speech. Tp kalau tdk paham sejarah sih dpt dimaklumi, toh pak Anton Charliyan jg di ILC tdk tahu anggota2 Panitia Sembilan. @jokowi," imbuhnya.
Viral! Tobat, Waria yang Nyaris jadi Wanita Tulen Ini Viral Usai Bagikan Kisahnya di Media Sosial
Tak hanya itu, Sohibul Iman juga menyetujui saran yang meyebutkan jika Kapolri perlu dicopot.
"Terkait twit saya ttg pidato Kapolri ada bbrp yg japri, menyayangkan saya tdk minta pak @jokowi mencopot Kapolri krn katanya kesalahan Kapolri fatal n jauh dr kepantasan. Saya setuju dg saran tsb tp saya kira pak @jokowi lbh paham ttg masalah tsb. Kita tunggu saja sikap Presiden," kata Sohibul Iman.
Baca: Presiden Jokowi jadi Imam Salat di Afganistan, Fadli Zon: Menurut Saya Itu Pencitraan yang Bagus
Postingan Sohibul Iman tersebut menuai beragam komentar dari netizen.
@pudjoatmadji: Jelas menuduh ormas lain sebagai perontok nkri .......itu ujaran kebencian yg nyata.
@gunaditaufiq: Saya sebagai anggota Muhammadiyah tidak bangga dengan provokasi semacam ini, saya lebih suka ummat Islam dari ormas apapun bersatu.
Top 5 seleb: Juri Indonesian Idol Ungkap Sosok Joan hingga Maia Estianty Disindir Kangen Mantan
@Wongawam08: Seorang Kapolri yg memiliki intelektual yg brilliant berani korbankan integritas dan keprofesionalannya berarti Ada yang salah dalam kepemimpinan nasional dinegeri ini...Bangsa ini telah kehilangan integritas moral para pemimpinnya.
@miftahul_iman: Tidak pantas dan tidak etis (bukan kurang) seorang pimpinan penjaga keamanan memprovokasi ormas.
@SweetCorn1883: Sedih dg kapasitas seorang yg semestinya jadi pengayom dan pelindung masyarakat justru mjd pemecah belah persatuan rakyat.
@hilmisobari: tabayyun dulu. hal kaya gini sebaiknya jangan dipolitisasi.
Diberitakan sebelumnya, pidato Tito ini sebenarnya disampaikan pada 2016, akan tetapi menjadi viral pada 2018 ini.
Baca: Terkait Postingannya yang Ramai Dikritik, Mahfud MD Beri Klarifikasi
Dalam pidato tersebut, Tito menginstruksikan kepada jajarannya untuk bekerjasama dengan NU dan Muhammadiyah dan memperkuat mereka, tidak dengan yang lainnya.
"Semua Kapolda saya wajibkan untuk membangun hubungan dengan NU dan Muhammadiyah tingkat Provinsi. Semua Kapolres wajib untuk membuat kegiatan-kegiatan untuk memperkuat para pengurus di tingkat kabupaten atau kota. Para Kapolsek wajib untuk di tingkat kecamatan, bersinergi dengan NU dan Muhammadiyah, jangan yang lain. Dengan yang lain itu nomor sekian, karena yang lain bukan pendiri negara, mau merontokkan negara malah iya," kata Tito saat itu.
Video pidato tersebut beredar dan menuai banyak kecaman, bahkan Wasekjen MUI mengirim surat terbuka kepada Kapolri dan menuntut permintaan maaf dari Tito, lantaran dianggap memecah belah kesatuan NKRI.
Top 5 News! Najwa Shihab Menyerah Wawancara Riana hingga Pria Lumpuh Asal Taiwan dapat Jodoh dari Indonesia
Tak hanya mereka, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid juga meminta agar jasa ormas yang lain tidak dilupakan.
"Peran Muhammadiyah&NU pastilah diakui. Tapi mrkpun akui peran Ormas&Orpol Islam yg lain, unt Indonesia Merdeka,Pancasila&NKRI. spt Jamiyatul Khair (th 1901), PUI (Perikatan Umat Islam)th 1911. PSII (1929), Partai Islam Indonesia (1938), Masyumi (1945).#JasMerah,tapi juga JasHijau," tulisnya.
Selanjutnya, ia kemudian meminta agar masyarakat tidak menghilangkan jejak ulama yang lainnya.
"IndonesiaMerdeka,Selamatkn Pancasila&NKRI,dlm konteks Umat Islam, libatkn Tokoh2 Muhammadiyah (spt KiBagus Hadikusumo)&NU (spt KH Wahid Hasyim) jg PUI(KH Anwar Sanusi), jg Parpol Islam (AbiKusnoC/PSII),Mr Kasman S(PII)&M Natsir(Masyumi).#JasHijau(JanganSe-kali2HilangkanJejAkUlama," ungkap Hidayat Nur Wahid. (*)
Baca juga: Wasekjen MUI KH Tengku Zulkarnain Kirim Surat Terbuka untuk Kapolri: Tuntut Permintaan Maaf Tito
Viral! Merasa Jadi Korban Salah Tangkap dan Divonis 8 Tahun, Pria di Palembang Ini Tulis Surat untuk Jokowi