Breaking News:

Gurun Sahara Mendadak Diselimuti Salju Tebal Sepanjang Mata Memandang, Apa yang Terjadi?

Bukit pasir yang khas dengan warna merahnya tersebut diselimuti salju membentang sejauh mata memandang.

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
GEOFF ROBINSON PHOTOGRAPHY/The Sun
Kondisi Gurun Sahara di sekitar kota Ain Sefra, Aljazair yang sempat diselimuti salju pada Minggu (7/1/2018). 

TRIBUNWOW.COM - Kabar mengejutkan datang dari Gurun Sahara, salah satu tempat terpanas yang ada di dunia.

Melansir dari Forbes pada Rabu (10/1/2018), orang-orang Aljazair yang tinggal di Gurun Sahara mengalami musim dingin dan turun salju yang menutupi bukit pasir pada Minggu (7/1/2018).

Diketahui, kejadian langka ini baru terjadi tiga kali dalam 37 tahun terakhir di dekat Kota Ain Sefra di Aljazair.

Bukit pasir yang khas dengan warna merahnya tersebut diselimuti salju membentang sejauh mata memandang.

Hal ini ternyata bertepatan dengan cuaca ekstrem yang terjadi di belahan dunia lain.

Pantai timur Amerika Serikat terus menghadapi badai musim dingin yang sejuk seperti di Grayson dan Sydney, Australia.

Tekanan tinggi di Eropa menyebabkan udara dingin ditarik ke Afrika Utara dan masuk ke Gurun Sahara.

BACA: Pria Ini Dinyatakan Meninggal Dunia Oleh 3 Dokter Lalu Hidup Kembai Saat Akan Diautopsi

Massa udara dingin ini naik 3.280 kaki ke ketinggian Ain Sefra, sebuah kota yang dikelilingi oleh Pegunungan Atlas.

Ain Sefran juga dikenal sebagai 'pintu gerbang ke padang pasir' yang memiliki suhu rata-rata 37,6 celcius selama bulan Juli.

Hal tersebut tentunya membuat penduduknya lebih terbiasa dengan suhu panas ekstrem dibandingkan salju.

Namun, salju yang turun di Sahara tersebut juga tidak bertahan lama karena menjelang sore suhu naik 5 derajat celcius.

Gurun Sahara yang diselimuti salju ini bukan pertama kali yang terjadi.

Gurun Sahara pernah mengalami hal yang sama pada tahun 1979, 2016, dan 2017.

Gurun Sahara memang terkenal dengan suhu ekstremnya.

Para ahli pun juga mengatakan bahwa hujan salji jarang terjadi.

Meskipun tidak ada yang tahu betapa jarangnya, karena padang pasir itu sangat luas dan hanya ada sedikit fasilitas pemantauan.

"Di Sahara, masalahnya adalah kelembaban, bukan suhu," kata Stefan Kröpelin, seorang ahli geologi di Universitas Cologne di Jerman yang telah meneliti iklim Sahara selama bertahun-tahun dilansir dari New York Times pada Rabu (10/1/2018).

"Sahara sama besarnya dengan Amerika Serikat, dan hanya ada sedikit stasiun cuaca," tambahnya.

"Jadi konyol mengatakan bahwa ini adalah yang pertama, kedua, ketiga kalinya turun, karena tidak ada yang tahu berapa kali salju turun di masa lalu kecuali mereka berada di sana." jelas Stefan.

Rein Haarsma , seorang peneliti iklim di Royal Netherlands Meteorological Institute, memeringatkan agar tidak menganggap bukit-bukit pasir tertutup salju tersebut terjadi dari perubahan suhu karena polusi.

BACA JUGA:  Miliki Bau Kaki yang Tidak Sedap, Pria Ini Tak Sengaja Bunuh Semua Ikan yang Ada di Dalam Kolam Spa

"Ini langka, tapi jarang," kata Haarsma dalam sebuah wawancara. "Ada cuaca yang luar biasa di semua tempat, dan ini tidak terjadi karena perubahan iklim."

Salju turun di Sahara pada ketinggian lebih dari 3.000 kaki, di mana suhu juga sangat rendah. (*)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Gurun SaharaAljazairForbesNew York Times
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved