Kunker ke Kamp Pengungsi Rohingnya, Fadli Zon: Kondisnya Sangat Menyedihkan, Begini Sederet Fotonya
Fadli Zon mengaku bangga karena ada beberapa organisasi kemanusiaan Indonesia yang turut menjadi relawan di lokasi pengungsian Kutupalong.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua Dewan perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon tiba di lokasi pengungsian Rohingya di Kamp Kutupalong, Bangladesh pada Kamis (21/12/2017).
Sebelum berkeliling meninjau lokasi pengungsian, Fadli Zon dan delegasi DPR RI berkoordinasi dengan beberapa relawan dari UNICEF Indonesia.
Fadli Zon mengaku bangga karena ada beberapa organisasi kemanusiaan Indonesia yang turut menjadi relawan di lokasi pengungsian Kutupalong.
Salah satunya adalah relawan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Dalam kunjungannya tersebut, DPR RI tampak didampingi Dubes LBBP RI Bangladesh.
Para delegasi dari DPR RI juga melakukan pengecekan terhadap kartu antrian pengambilan makanan di posko bantuan pengungsi Rohingya.
Mereka mengaku sangat prihatin lantaran melihat banyak anak-anak Rohingya yang tinggal di lokasi pengungsian.
Saat ini, pengungsi Rohingya di Cox's Bazar sudah mencapai lebih dari 500 ribu orang.
Baca: AS Kalah Telak, Pengakuan Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel Batal, Begini Rinciannya
Menurut Fadli Zon, para pengungsi hidup dalam penderitaan dan kondisi kamp pengungsian yang sangat menyedihkan.
Lokasi Pengungsian di Cox's Bazar sudah mencapai 3.000 hektar dan menjadi tempat pengungsi yang paling luas di dunia.
Fadli Zon mengungkapkan bahwa saat ini jumlah pengungsi mencapai 1,1 juta jiwa.

Ironisnya, kebanyakan pengungsi adlh anak-anak. Ada 500.000 anak-anak di Kutupalong.
Dari jumlah itu, 30.000 adalah anak anak yatim piatu.
Baca ini: Peringati Hari Ibu di Papua, Jokowi Minta Warga Lakukan Hal Ini, Para Tamu Langsung Heboh
Dari dialog singkat dengan para pengungsi, Fadli Zon mengatakan jika mereka adalah korban militer Myanmar yg brutal, rumah dibakar, perempuan diperkosa, ada yg ditembak atau dipenggal.
Setelah melakukan tinjauan ke kamp pengungsian, para delegasi Indonesia menemui Deputy Commissioners Cox's Bazar, MD Ali Hossain.
Dalam pertemuan tersebut, Fadli Zon menyampaikan bahwa Indonesia akan mengawal MoU Repatriasi Bangladesh-Myanmar.
Dan jika repatriasi tak berjalan baik, maka perlu langkah politik di kawasan ASEAN.
Baca berita ini: Anies Baswedan Sebut Otoritas Anggaran TGUPP Ada Pada Pemprov, Bukan Kemendragi


Seperti diberitakan sebelumnya, kondisi kamp Cox's Bazar memang terkenal sangat memprihatinkan.
Di sana gadis-gadis muda Rohingya yang berumur sekitar 12 tahun terpaksa menikah hanya untuk mendapatkan makanan.
Diberitakan The Guardian, Kamis (30/11/2017), hal tersebut dilakukan oleh mereka, lantaran alokasi jatah makanan untuk pengungsi sangat sedikit.
Baca: Putri Setnov Dwina Michaella Sudah Diperiksa, Kini Giliran Sang Putra, KPK Harap Rezha Kooperatif
Sesampainya di Bangladesh, mereka dipaksa menikah untuk mendapatkan makanan, bagi dirinya sendiri dan keluarga mereka.
Pernikahan dianggap menciptakan keluarga baru dan dapat menjamin kehidupan mereka pasca mengungsi dari Myanmar.

Petugas medis di Bangladesh mengatakan bahwa gadis-gadis muda menjadi sasaran kekerasan seksual di negara bagian Rakhine di Myanmar.
Tapi di camp Cox's Bazar, mereka terus menghadapi kekerasan dalam bentuk pernikahan dini, yang menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis. (*)
Baca juga: Gedung Putih Kirim Surat Balasan, Ketum MUI Maaruf Amin: Aksi Bela Palestina di Monas Efektif