Breaking News:

Gojek Bakal Jual Saham, Anda Perlu Perhatikan Hal Ini Sebelum Putuskan Beli Sahamnya

"Semoga dalam beberapa tahun ke depan kami bisa IPO karena itu tujuan dan cita-cita saya," ujar Nadiem.

Editor: Dian Naren
kompas.com
ilustrasi 

TRIBUNWOW.COM - Gojek mulai mengembuskan rencana untuk menawarkan sahamnya kepada publik dalam beberapa tahun ke depan.

CEO GoJek Nadiem Makarim menyatakan hal itu dalam diskusi panel di acara Bloomberg The Year Ahead Asia, Rabu (6/12), kemarin.

Skemanya tentu saja melalui penawaran umum perdana atau initial public offering ( IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) .

"Kami pasti akan IPO, tapi semua tergantung situasi dan kondisi ke depan. Semoga dalam beberapa tahun ke depan kami bisa IPO karena itu tujuan dan cita-cita saya," ujar Nadiem, dikutip dari Tribun Jambi (17/12/2017).

Niat perusahaan ini untuk IPO sepertinya bakal dinantikan oleh pelaku pasar.

Pasalnya Gojek merupakan perusahaan rintisan pertama di Indonesia yang memiliki valuasi nilai jual melebih US$ 1 miliar.

Perusahaan rintisan Indonesia yang kini sudah menyandang status "unicorn", status ini merupakan kasta tertinggi.

POPULER  Viral! Bendera Indonesia Dikibarkan Warga Palestina di Gaza, Pertanda Apa?

Status unicorn diperoleh saat perusahaan perintis yang valuasinya mampu menembus US$ 1 miliar (setara sekitar Rp 13,5 triliun).

Lalu, bagaimana apabila rencana tersebut terwujud? Menarikkah sahamnya untuk dibeli?

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menilai, untuk tahap awal, belum bisa dipastikan prospek saham Go-Jek, apakah akan menarik untuk dibeli atau tidak.

Ini tergantung pada kemampuan Go-Jek sendiri dalam mengembangkan bisnisnya.

"Tergantung dari laporan keuangan yang akan disampaikan dan pengembangan bisnis Go-Jek ke depannya," kata Reza, Jumat (8/12/2017).

BACA Lihat Video Jokowi Antarkan BJ Habibie sampai di Kediamannya, Netter Kehabisan Kata-kata

Belajar dari pengalaman, sejumlah perusahaan rintisan global lainnya yang memutuskan untuk IPO, kemudian seiring berjalannya waktu, hasilnya malah tidak sesuai keinginan dan sahamnya menjadi kurang menarik.

Terkait hal tersebut, Reza mengatakan hal tersebut lebih kepada mekanisme pasar.

Sejatinya perusahaan rintisan adalah perusahaan tahap awal dan kinerjanya masih harus diuji.

"Beda dengan perusahaan yang sudah mature, di mana kinerjanya lebih mudah terukur," ujar Reza.

Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar apabila harga saham perusahaan rintisan kemudian turun.

Pasalnya, kinerjanya belum sepenuhnya stabil.

Kalau melihat industri digital yang kini tengah berkembang pesat, maka perusahaan rintisan bisa saja memanfaatkan momentum ini untuk melantai di bursa.

Namun, kemudian yang menjadi pekerjaan rumah adalah memastikan kinerjanya bagus sehingga harga sahamnya akan menarik.

"Yang namanya pasar dari dulu sama saja, kinerja bagus, volume beli naik, maka harga akan naik, tapi (kalau) sebaliknya, harga akan turun," jelas Reza.  (*)

Sumber: Tribun Jambi
Tags:
Gojek IndonesiaGojek
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved