KPK Datangi Rumah Setya Novanto, Akan Jemput Paksa? Ini Rekam Jejaknya, Jual Beras hingga Pimpin DPR
Penyidik KPK datangi kediaman Setya Novanto, apakah akan dijemput paksa di puncak karirnya? Berikut ini jejak karir Setnov sejak masih muda.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendatangi kediaman pribadi Ketua DPR RI, Setya Novanto di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (15/11/2017) malam.
Di lokasi kediaman Setya Novanto terlihat sejumah personil kepolisian dari Brimob yang berjaga-jaga.
Awak media juga terlihat bersiap-siap menunggu kehadiran Setya Novanto dan penyidik KPK yang memasuki rumah pribadinya.
Muncul dugaan, Setya Novanto akan dijemput paksa oleh KPK.
Hingga berita ini diturunkan oleh Tribunnews.com, belum ada keterangan resmi dari KPK maupun pihak Setya Novanto mengenai tujuan dari kedatangan KPK di kediaman Setya Novanto tersebut.
Setya Novanto tersangka
Diketahui sebelumnya, Setya Novenato kembali ditetapkan sebagai tersangka kasus E-KTP oleh KPK.
Pengumuman tersangka tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua KPK Saut Situmorang dalam jumpa pers di Gedung KPK Jakarta, Jumat (10/11/2017).
"Setelah proses penyelidikan dan terdapat bukti permulaan yang cukup dan melakukan gelar perkara akhir Oktober 2017, KPK menerbitkan surat perintah penyidikan pada 31 Oktober 2017 atas nama tersangka SN, anggota DPR RI," ujar Saut, dikutip dari Tribunnews.com.
Mangkir dari pemeriksaan
Diberitakan sebelumnya di Tribunnews.com, Setya Novanto kembali tidak menghadiri pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka dalam kasus korupsi proyek e-KTP, Rabu (15/11/2017).
Setya Novanto telah tiga kali mangkir dari panggilan KPK tersebut.
Fredrich Yunadi mengatakan, ketidakhadiran kliennya lantaran pihaknya sedang mengajukan uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap Undang-Undang KPK.
Pihak kuasa hukum Novanto menggugat dua pasal dalam UU KPK, yakni Pasal 46 Ayat 1 dan 2, serta Pasal 12 dalam UU KPK.
Fredrich mengatakan, jika gugatan mereka dikabulkan MK, maka kliennya tidak perlu hadir dalam pemeriksaan KPK.
Namun jika tidak dikabulkan, pihaknya akan tunduk pada putusannya.
Menjadi tersangka di puncak karirnya
Di puncak karirnya, Setya Novanto kini sedang diterpa banyak ujian.
Padahal posisi tersebut diraihnya dengan kerja keras.
Dalam arsip Tribunnews.com masih tersimpan rapi rekam jejak Setya Novanto sejak ia masih duduk di bangku perkuliahan hingga mampu menjadi pemimpin salah satu partai terbesar di Indonesia.
Perjalanan hidupnya pun terbilang tidak mudah.
Pria kelahiran Bandung, 12 November 1954 ini tercatat pernah berjualan beras hingga menjadi sopir pribadi.
Namun berkat keuletannya, alumnus Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya ini berhasil meraih posisi puncak di Partai Golkar.
Rekam jejak perjalanan Setya Novanto
Dari Bandung, Setya Novanto pindah ke Jakarta pada tahun 1967.
Saat itu, Setya Novanto memutuskan untuk sekolah di SMA 9 yang kini dikenal dengan SMAN 70.
Di SMA 9, Setya Novanto bertemu dengan Hayono Isman, yang pada akhirnya nanti menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga pada era Presiden Soeharto.
Pertemuan dengan Hayono Isman inilah yang menjadi tonggak awal Setya Novento terjun di dunia politik.
Kuliah di Surabaya dan memulai karir bisnis
Usai menempuh jenjang SMA, Setya Novanto melanjutkan perkuliahan di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Tak seperti sekarang, saat masih berstatus mahasiswa, Setya Novanto, sangat minim meluangkan waktunya untuk kegiatan sosial dan politik.
Saat kuliah, Setya Novanto juga diketahui memiliki banyak pekerjaan.
Ia pernah berjualan beras dan madu dengan modal hanya Rp 82.500.
Saat itu ia juga memilki kios di pasar Keputren, Surabaya.
Namun usaha tersebut tak berumur panjang setelah mitra usahanya ketahuan berlaku tidak jujur.
Tak berhenti disitu, Setya Novanto kemudian mendirikan CV Mandar Teguh bersama rekannya yang bernama Hartawan yang merupakan putra dari Direktur Bank BRI Surabaya.
Namun, setelah ia dtawari pekerjaan sebagai salesman mobil Suzuki untuk Indonesia Bagian Timur, Setya Novanto memutuskan untuk membubarkan CV-nya.
Bakat berbisnis memang dimiliki oleh Setya Novanto sejak muda, pasalnya saat masih berusia 22 tahun dan berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Widya Mandala Surabaya, ia sudah menjadi Kepala Penjualan Mobil untuk wilayah Indonesia Bagian Timur.
Tak hanya pandai berbisnis, Setya Novanto juga memiliki paras yang rupawan, sehingga ia pernah berkecimpung dalam dunia modeling.
Ia juga terpilih sebagai pria tampan Surabaya pada tahun 1975.
Lulus dari Widya Mandala, Setya Novanto bekerja untuk PT Aninda Cipta Perdana milik Hayono Isman, teman SMA-nya.
Perusahaan tersebut bergerak sebagai perusahaan penyalur pupuk PT Petrokimia Gresik untuk wilayah Surabaya dan Nusa Tenggara Timur.
Setelah itu ia kembali ke jakarta pada tahun 1982, dan meneruskan jenjang perkuliahan jurusan akuntansi di Universitas Trisakti.
Selama kuliah, ia tinggal di kediaman Hayono, di Menteng, Jakarta dan tetap bekerja di PT Aninda Cipta Perdana.
Meski sudah bekerja di PT Aninda Cipta Perdana, Setya Novanto juga mengurus kebun, menyapu, mengepel, hingga menyuci mobil dan menjadi sopir pribadi keluarga Hayono.
Binaan Sudwikatmono
Sebagai seorang pengusaha, Setya Novanto dikenal sebagai salah satu binaan konglomerat Sudwikatmono.
Sudwikatmono bahkan mengakui kemampuan Setya Novanto yang di atas rata-rata dalam melakukan lobi, walaupun kurang matang.
Saat diwawancarai tabloid SWA di tahun 1999, Setya mengaku, "Sudwikatmono adalah pembina usaha saya, Hayono Isman membina saya dalam politik, dan Wismoyo Arismunandar membina wawasan pengabdian pada bangsa dan negara."
Setelah berhasil di dunia usaha, pada tahun 1974, Setya Novanto terjun ke dunia politik.
Ia memulai kiprahnya dengan bergabung sebagai kader Kosgoro.
Dari Kosgoro itu, Setya Novanto menjelma menjadi seorang politikus besar yang mengetuai DPR RI pada periode 2014 - 2019.
Prestasi tertingginya di Partai Golkar saat ini adalah menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar sejak 17 Mei 2016 lalu.
(TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)