Romantisnya Puisi Jusuf Kalla untuk Sang Istri Sebagai Kado Pernikahan Emas, Bikin Klepek-klepek!
Untuk merayakan 50 tahun pernikahannya dengan sang istri, Jusuf Kalla pun menyiapkan kado spesial berupa puisi.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
TRIBUNWOW.COM - Pernikahan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan istri, Mufidah memasuki usia pernikahan emas pada tanggal 27 Agustus kemarin.
Untuk merayakan 50 tahun pernikahannya dengan sang istri, Jusuf Kalla pun menyiapkan kado spesial berupa puisi.
Melansir dari Kompas.com, siapa yang menyangka bahwa Jusuf Kalla juga bisa romantis.
Orang nomor dua di Indonesia ini memang bukanlah seorang pujangga, namun untuk sang istri, diketahui ia cukup serius menulis puisi ini.
7 Alasan Duda Lebih Menggoda di Mata Wanita, Nomor 7 Bisa Buat Garansi, Nih!
"Ah, kamu ini tahu saja, jadi seumur-umur, ini sajak kedua yang saya bikin. Pertama untuk Ambon," kata Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jumat (25/8/2017).
Jusuf Kalla juga menceritakan bahwa puisi pertama yang ia buat untuk Ambon saat itu hanya dikarang dalam waktu yang singkat.
Ia pun menuliskannya di dalam pesawat saat akan terbang menuju Ambon.
Sementara, untuk orang spesialnya, Jusuf Kalla mengaku bahwa ia menyiapkannya lebih lama.
Kita Rival Tapi Bukan Musuh! Sebuah Pesan Menyejukkan Hati Dari Malaysia untuk Indonesia!
"Itu (puisi untuk Ambon) cuma lima belas menit, kalau ini agak lama sedikit," kata pria asal Makassar yang menikah dengan Mufidah pada 27 Agustus 1967.
Saat ditemui, Jusuf Kalla masih malu-malu menunjukkan puisi karyanya tersebut.
"Wah, itu nantilah, ya, sambil berpikir dua jamlah," kata dia menjawab waktu yang diperlukan untuk menulis puisi itu.
Informasi bahwa Kalla sedang menyiapkan hadiah puisi untuk Mufidah Jusuf Kalla datang dari Juru Bicara Wapres Husain Abdullah saat mengkonfirmasi bahwa kabar JK jatuh sakit pada Kamis (24/8/2017) adalah hoaks.
Kabar Terbaru Ahok: Penyakit Sembuh hingga Otot Lengannya Besar-besar!
Bahkan perayaan ulang tahun ke-50 pernikahan Jusuf Kalla dan istri pun berjalan dengan lancar.
Melansir kembali dari Kompas.com, perayaan ini diadakan di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Minggu (27/8/2017).
Perayaan pun dihadiri oleh para pejabat negara dan tokoh politik, saat itu Jusuf Kalla membacakan puisi karyanya tersebut untuk sang istri yang diberi judul 'Setengah Abad yang Indah'.
Bagaimana puisi spesial Jusuf Kalla untuk sang istri?
Indo Es Krim Nusantara Bikin Video Lagi, Videonya Kocak Banget!
Simak selengkapnya di sini!
"Setengah Abad yang Indah
Di hari Minggu yang sama setengah abad yang lalu, kita duduk bersanding dengan penuh bahagia.
Di aula hotel Negara, Makassar yang pada waktu itu cukup terpandang. Sekarang sudah bubar itu hotel.
Setelah paginya akad nikah di rumah, yang dipenuhi para keluarga, itu hari terindah dalam hidupku.
Aku pertama kali melihatmu, waktu kita di SMA. Kita bersebelahan kelas. Karena kau adik kelasku.
Aku terpesona dengan kesederhanaanmu. Walaupun kau sempat takut tak peduli padaku.
Aku menyukaimu pada detik pertama aku melihatmu.
Tujuh tahun lamanya aku berusaha untuk mendekati dan meyakinkanmu.
Tapi engkau seperti jinak-jinak merpati. Sama dengan nama jalan di depan rumahmu.
Antara mau dan tidak sering membingungkan tidak jelas.
Aku bersabar berjuang dengan waktu. Namanya pacaran tapi kurang asyik seperti teman teman saya lainnya.
Ke mana-mana kau dikawal oleh adik-adikmu kayak Paspampres saja.
Walaupun aku punya vespa tapi kamu enggak pernah mau dibonceng.
Selama tujuh tahun kita hanya sekali nonton bioskop. Itu pun dengan teman-temanmu. Sehingga untuk bisa memegang tanganmu saja, sangat sulit.
Tapi kutahu hal yang sulit biasanya berakhir manis. Akar budaya kita memang berbeda, antara Bugis dan Minang.
Orangtuamu terkadang khawatir karena engkau anak perempuan satu-satunya. Adiknya laki-laki semua.
Orangtuaku pula sering salah mengerti adat Minang. Kenapa perempuan lebih banyak menentukan. Perbedaan yang nyaris menduakan kita.
Kalau ke rumahmu harus siap untuk sabar. Mendengar petuah bapakmu dengan suara yang pelan, seperti guru menasehati muridnya.
Karena memang bapak dan ibumu juga guru.
Aku ingin menemuimu tapi bapakmu menyembunyikanmu. Kau baru dipanggil keluar kalau saya permisi pulang.
Sebenarnya itu termasuk perilaku yang kejam.
Datang ke rumahmu sore hari sebelum magrib, begitu magrib aku berdiri dan adzan dengan fasih.
Keluar salat berjamaah yang diimami oleh bapakmu. Ini juga penting dengan bapakmu aku juga lagi shalat.
Setelah tamat SMA kau bekerja di BNI. (Lalu) kuliah sore.
Sampai kuliah aku juga bekerja di kantor bapakku, agar bisa sering terbang, sekali seminggu aku minta menjadi asisten dosen dan mengajar di kelasmu tanpa honor.
Semua itu agar bisa bertemu denganmu, dan melihat senyummu.
Keras sekali perjuanganku tapi demi menatapmu. Akhirnya kau luluh juga.
Ayahku akhirnya memahami perbedaan adat kita, selain ibuku dan sahabatnnya memberi nasihat.
Mungkin juga setelah membaca buku Hamka, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk.
Semua itu karena untuk melihat senyummu.
Saat orangtuaku melamarmu untuk jadi istriku, aku melihat cakrawala tersenyum perjuangan cinta bertahun-tahun yang berbuah manis.
Setelah kita menikah, aku menjalankan perusahaan ayahku. Kau sekretaris, merangkap keuangan karena kita belum bisa, memegang pegawai tambahan.
Di samping mengasuh anak dan mengurus rumah dengan baik.
Anak-anak kita kau asuh sendiri tanpa suster-suster seperti cucu kita sekarang.
Selama 50 tahun kau chef terbaik yang kukenal karenanya kita jarang makan di restoran.
Di kantor pun setiap hari kau kirim makanan. Teman-teman selalu menunggu apa yang akan kau hidangkan.
Kau tahu cintamu terus mengitariku karena hidangan yang kau buat. 50 tahun kita jalani, 33 tahun di Makassar dan 17 tahun di Jakarta.
Sungguh suatu perjalanan yang panjang.
Kita jalani hidup tanpa tanpa berubah kecuali aku suka kesederhanaanmu sejak pertama aku melihatmu dan sekarang kesederhanaanmu terindah.
Secara ekonomi gaji pejabat negara tidak besar. Termasuk Bapak Jokowi.
Lebih besar hasil usahamu yang bermacam-macam, sampai tambak udang sambil menelepon dari meja riasmu.
Mungkin perpaduan semangat Minang dan Bugis yang kau alami.
Kau perempuan hebat istriku. Dalam aura kesederhanaanmu tersimpan energi yang dahsyat.
Orang Bugis tak fasih berkata-kata indah. Kecintaannya ditunjukkan oleh perilaku, bahasa tubuh, dan senyumnya.
Untuk romantis pun aku tak pandai ucapkan dengan kata-kata.
Karena itu aku minta maaf kepadamu, karena selama 50 tahun aku tak pernah beri bunga sambil berucap I love you."
Romantis sekali Pak Jusuf Kalla, selamat merayakan ulang tahun ke-50 pernikahan. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)