Breaking News:

Tolak Full Day School, Santri dan Guru Madin Bentangkan Spanduk, Begini Isinya!

Gelombang penolakan terhadap kebijakan full day school (FDS) kembali terjadi di Kabupaten Pasuruan.

Editor: Galih Pangestu Jati
KOMPAS.com/Moh Anas
Seusai memasang 1.000 spanduk tolak FDS, santri dan guru Madin asal Kabupaten Pasuruan menggelar orasi yang meminta Presiden Joko Widodo mencabut Permendiknas Nomor 23/2017. 

TRIBUNWOW.COM - Gelombang penolakan terhadap kebijakan full day school (FDS) kembali terjadi di Kabupaten Pasuruan.

Ratusan santri dan guru memasang 1.000 spanduk penolakan FDS di sepanjang jalur Pantura dan jalan protokol, Minggu (20/8/2017).

1.000 spanduk yang dipasang berukuran beragam, dari 3 meter hingga 8 meter persegi. 

Spanduk yang dipasang di jalan-jalan strategis ini diisi beberapa tulisan, di antaranya  "Pak Jokowi Kami Menolak Lima Hari Sekolah!

Curhatan Lena, Atlet Takraw Indonesia Beberkan Fakta di Balik Insiden Timnya Terpaksa Pilih Walk Out

Selamatkan Madrasah Diniyah dan TPQ".

Lalu ada spanduk bertuliskan "Five Day School dan Permendikbud 23/2017 mematikan Madrasah Diniyah dan TPQ dan Membunuh Karakter Anak Bangsa"; dan "Sahabat Sidogiri Menolak Permendikbud 23/2017". 

Seusai memasang spanduk, sebagian santri dan guru madin berkumpul menggelar orasi di pertigaan Jalan Raya Grati, tepatnya di Pertigaan Semambung Kecamatan Grati.

Pada intinya, mereka mendesak pemerintah mencabut Permendiknas Nomor 23 Tahun 2017.

Mereka menilai kebijakan tersebut menjadi biang kegaduhan pendidikan pesantren.

Bahkan, akan membunuh eksistensi Madrasah Diniyah (Madin) dan Tempat Pendidikan Qur'an (TPQ).

"Ini adalah pesan kami para santri. Agar Pak Jokowi dan Menteri Pendidikan segera mencabut Permendiknas Nomor 23 Tahun 2017, yang di dalamnya mengatur soal lima hari sekolah dan delapan jam dalam sehari", terang KH Shonhaji Abdussomad, Plt Ketua NU Pasuruan.

Dia menjelaskan, kebijakan FDS mengancam eksistensi TPQ dan Madin yang selama ini menjadi kebutuhan orangtua selain pendidikan formal.

Karena pelaksaan Madin biasa dilakukan seusai pulang sekolah hingga sore hari.

"Seperti diketahui, akibat FDS, mereka (santri) tentu tidak bisa mengikuti madin karena pulangnya lebih sore", tambahnya.

Bus yang Membawa Atlet Squash SEA Games 2017 Kecelakaan, Beberapa Pemain Alami Cedera

Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif Kabupaten Pasuruan, KH Mujib Imron menilai, secara politik kebijakan, aturan FDS akan membuat madrasah diniyah tidak diperhatikan nasibnya.

"Tentu kebijakan yang sifatnya longgar itu akan merugikan Madin. Untuk itu Pak Jokowi harus tegas, kalau dicabut ya segera dicabut (Permendikbud 23/2017)", tegasnya.

Dia menjelaskan, di Kabupaten Pasuruan, pendidikan Madin dan TPQ menjadi pilihan orangtua untuk menambah pengetahuan agama selain di pondok pesantren.

Bahkan Pemkab Pasuruan sudah menerbitkan Perda Khusus Wajib Madin bagi siswa yang beragama Islam.

"Kalau madin kemudian bubar efek dari implementasi FDS tersebut, maka sama halnya juga membunuh pendidikan karakter anak. Karena di Madin juga memberikan pendidikan tentang moralitas anak", pungkasnya. (Kompas.com/Moh. Anas)

Berita ini telah diterbitkan Kompas.com dnegan judul "Santri dan Guru Madin Pasang 1.000 Spanduk Tolak "Full Day School""

Sumber: Kompas.com
Tags:
Presiden Joko Widodo (Jokowi)PasuruanJawa Timur
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved