Dugaan Penyebab 7-Eleven Tutup hingga Pengaruhnya Bagi Ekonomi Indonesia
Sejumlah pihak kemudian menyatakan dugaan terkait penyebab tutupnya 7-Eleven.
Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
TRIBUNWOW.COM - Seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia akan tutup akhir Juni mendatang.
Hal ini menyusul keputusan yang sudah dibuat oleh pihak manajemen toko retail tersebut.
Pada Jumat (22/6/2017) lalu, Direktur PT Modern Sevel Indonesia memberikan keterangan terbuka kepada Bursa Efek Indonesia mengenai penutupan 7-Eleven yang akan dilakukan per tanggal 31 Juni 2017.
Sejumlah pihak kemudian menyatakan dugaan terkait penyebab tutupnya mini market tersebut.
Market Kenamaan 7 Eleven Akan Tutup, Gara-gara Dilarang Jualan Ini?
Dikatakan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, 7-eleven awalnya memiliki konsep yang bagus dengan menghadirkan tempat nongkrong untuk anak-anak muda.
Meski begitu, dikatakan Hariyadi, larangan soal penjualan minuman beralkohol bisa jadi penyebab tutupnya gerai tersebut.
"Di konsep awal cukup bagus menyajikan lifestyle. Bisa kumpul-kumpul disitu."
Ini Ucapan Pemilik Willis Canteen hingga Diboikot Warga Sydney yang Berimbas Bangkrutnya Restoran

"Saya gak tahu persis konon katanya yang menyebabkan drop, penjualan minuman beralkohol tidak boleh, mulai mereka kehilangan salah satu kompetitif advantage dibanding yang lain," ungkap Hariyadi saat ditemui usai menghadiri open house yang digelar Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Senin (26/6/2017), seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Benarkah Gara-gara Bangkrut? Ini Jawaban Mulan Jameela Ditanya Kenapa Jualan Cilok
Selain itu, menurut Hariyadi, tutupnya 7-Eleven lantaran pihak manajemen kurang siap mengantisipasi persaingan dengan toko retail yang lain.
"Karena memang di retail kalau konsep tidak kuat sama dengan yang lain, berat persaingannya," ucap Hariyadi.
Di sisi lain, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan tutupnya 7-Eleven lantaran adanya masalah dalam internal manajemen.
"Iya manager pengelolaan atau pemilik dari pada 7-eleven kan terdiri dari berbagai pemegang saham. Itu masalah internal saja," ucap Airlangga saat ditemui di kediaman dinas Menteri Koordinator Perekonomian, di kawasan Widya Candra, Jakarta Selatan, Senin (26/6/2017).
Seperti dilansir oleh Tribunnews, Airlangga kemudian menjelaskan perusahaan swasta seperti 7-Eleven bisa mengalami masalah dari berbagai sisi.
"Pertama tentu namanya 7-eleven kan perusahaan swasta. Perusahaan swasta itu kan penyebabnya berbagai macam . Apakah itu business planing, apakah itu managemen, apakah itu pemegang saham. Jadi itu beberapa hal berkaitan perusahaan swasta," ungkap Airlangga.

Lebih lanjut, Airlangga juga menyatakan perecanaan pasar 7-Eleven cenderung terlalu agresif.
"Nah, oleh karena itu tinggal berapa kuat pemegang saham untuk meng-invest dananya. Nah pada saat pemegang sahamnya bermacam ragam, itu kan mempunyai time frame yang berbeda untuk return of investment. Jadi sih menurut saya ini murni kasus swasta saja," pungkas Airlangga Hartanto.
Berkaitan dengan tutupnya 7-Eleven, Hariyadi dan Airlangga sepakat tak akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia.
Menurut Hariyadi, hal ini lantaran gerai 7-Eleven tak terlalu banyak sehingga karyawan yang kehilangan pekerjaan juga tak membludak.
"Dampaknya kecil 7-eleven. Kalau Alfamart dan indomart problem,baru kita bermasalah, karena karyawannya banyak banget. 7-eleven gak terlalu," ucap Hariyadi.
Sementara Airlangga, dalam wawancaranya bersama Tribunnews, menyatakan tak ada dampak kebijakan yang terlalu terasa berkaitan dengan tutupnya gerai 7-Eleven.
"Jadi dampaknya kalau 7-eleven ke ekonomi tidak ada. Dari kebijakan, kebijakan itu berdampak kalau kena ke beberapa player. Tetapi ini kan cuma 1 player," ucap Airlangga.
"Jadi kalau menurut saya itu kasus bisnis saja," tambahnya lagi. (Tribunwow.com/Dhika Intan)